Hari Kesiapsiagaan Bencana, MT Natalis Situmorang:  Peringatan untuk Kita Semua, Apakah Sudah Siap Kalau Ada Bencana?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Jakarta – Dosen Universitas Sahid, Dr M.T Natalis Situmorang dalam seminar yang dilakukan secara online pada Selasa 26 April 2022 dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) yang diselenggarakan oleh Universitas Sahid mengatakan, peringatan HKB tiap tahunnya mestinya sebuah refleksi apakah kita (pribadi), sebagai warga kampus, warga masyarakat sudah siap belum kalau terjadi bencana.

Peringatan HKB adalah media kita untuk berefleksi sejauh mana kita menyadari betapa bencana itu ada diantara kita dan selalu mengintai kita, walaupun persis dia datangnya kita tidak tahu, jadi seperti pencuri, nah persoalannya bagaimana kemampuan kita sebagai pribadi, khususnya di kampus misalnya, sudah siap betul menghadapi bencana?

“Untuk itulah seminar ini salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas kita semua dalam menghadapi bencana, dan menyadarkan kita semua untuk mulai melaksanakan mitigasi bencana, ya sederhananya ada tanda/sign lah di tempat kita berada, misalnya di kampus ini, ada tanda dimana jalur dan tempat evakuasi, semoga juga hal yang sama kita buat di rumah atau tempat tinggal kita, ya tergantung misalnya bencana apa yang sering terjadi, banjir misalnya, bagaimana kesiapsiagaan kampus, atau rt rw dimana kita tinggal,” jelasnya dalam tanya jawab dengan peserta seminar.

Natalis juga menjelaskan bahwa peran aktif seluruh pihak seperti masyarakat, pengusaha, pemerintah, wartawan dan perguruan tinggi sangat diharapkan (khususnya mereka yang tergabung dalam forum perguruan tinggi pengurangan resiko bencana-FPTPRB) sangat penting untuk kefektifan pengurangan risiko bencana. Artinya, dunia perguruan tinggi bisa berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kapasitas masyarakat mulai dari dirinya sendiri, keluarga, hingga tempat dimana dia berada.

“Jadi kita semua sebagai warga negara bukan objek saat bencana tiba, tapi juga harus bertindak sebagai subjek, apalagi dengan pengetahuan dan kemampuan siapsiaga yang kita milik,” tambahnya.

Dijelaskannya, puncak peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2022 yang dilakukan oleh Universitas Sahid Jakarta hanya dengan diskusi secara online ini sebenarnya terkesan mendadak karena informasi terkait penyelenggaraan peringatan ini baru di dapat seminggu lalu itupun karena saya konfirmasi ke pengurus Forum Perguruan Tinggi untuk Pengurangan Risiko Bencana (FPTPRB) kalau Usahid Jakarta tidak masuk dalam daftar perguruan tinggi anggota FPTPRB.

Padahal, kata Natalis, registrasi terakhir pun sudah dikirimkan ke pengurus FPTPRB, setelah beberapa hari ada penjelasan ya kita buatlah walaupun acaranya sangat sederhana begini.

Natalis mencontohkan, salah satu langkah yang pernah dilakukan oleh Universitas Sahid Jakarta setelah bencana di anyer melakukan mitigasi bencana kepada masyarakat di anyer. Mitigasi ini tidak hanya berfokus pada keselamatan warga setempat, namun juga kepada pengunjung wisata.

Natalis berharap, kesiapsiagaan mahasiswa dan segenap akademisi di Universitas Sahid Jakarta dapat menjadi role model (contoh) bagi tempat tinggalnya, khususnya misalnya bagi mahasiswa yang berasal dari saerah yang rawan bencana, semoga juga hasil seminar ini bisa dilaksanakan di tempat asalnya,sehingga kesiapsiagaan bencana ini bisa diketahui dan dilaksanakan setiap orang.

Hari Kesiapsiagaan Bencana
Tangkapan Layar (dok istimewa)

Sementara itu, dukungan Hari Kesiapsiagaan Bencana juga disampaikan oleh Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LLPM Usahid), Prof. Dr. Gyatmi.

Beliau menyebutkan, peran LPPM dalam mendukung mitigasi bencana dengan memberikan kesempatan kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat kepada dosen secara penuh.

“Dukungan ini dilakukan karena disadari betul bahwa bencana berhubungan dengan infrastruktur yang terdiri dari tanda/sign, dan penyebar luasan informasi kepada masyarakat, dengan mendorong para dosen untuk melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat yang kaitannya dengan mitigasi bencana maka masyarakat bisa memahami informasi terkait bencana tersebut dan bagaimana mengurangi resiko bencananya,” jelas Gyatmi.

Hal ini menjadi penting karena menurut, setelah masyarakat memahami informasi terkait bencana, memang belum tentu menjamin mereka mau melakukan upaya-upaya yang direkomendasikan namun universitas sahid Jakarta tetap berusaha menjadi salah satu media edukasi dalam sosialisasi mengurangi resiko bencana.

“Harapannya walaupun mendadak dan sangat sederhana pelaksanaan seminar dalam rangka peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana dapat menjadi tempat kita semua civitas akademika usahid untuk mendengar dan berlatih hingga akhirnya nanti menjadi pelatih yang mau melatih masyarakat di kehidupannya sehari-hari,” tutup Gyatmi.

(red)

- Advertisement -

Berita Terkini