Perguruan Tinggi dan Kemajuan Peradaban Indonesia Masa Depan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Oleh: Hanief Saha Ghafur (Ketua Program Doktor Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG), Universitas Indonesia)

Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan 2019 ini sebesar 265 juta. Sekarang dan ke depan, jumlah penduduk dipastikan akan terus bertambah. Sedang laju pertumbuhannya 278,8 pada 2023.

Jumlah ini naik 1.1% dibandingkan 275,7 juta tahun 2022. Berarti terjadi peningkatan dari pertumbuhan pada dekade 2000-an sebesar 1,45 %.

Menurut data BPS (Maret 2023) Jumlah penduduk miskin di Indonesia = 25,9 juta orang. (13,33 % dari total penduduk). Sedang pada Maret 2019 sebanyak 32,53 juta orang (14,15 %). Berarti terjadi penurunan angka kemiskinan di Indonesia.

Menurut data BPS tersebut, keluarga miskin hanya memiliki rata-rata pengeluaran Rp.311.762 (per kapita perbulan), baik untuk belanja makan maupun non makan.

Mereka bisa bertahan berkat dukungan sumberdaya lingkungan, seperti tanaman sayur mayur, lauk pauk, ikan, dan sebagainya. Walaupun APK Nasional perguruan tinggi meningkat dari semula 31.16 di masa pandemi Covid-19 antara 2020- 2022.

Namun terjadi peningkatan menjadi 31.45 di tahun 2023 ini. Walaupun APK 2023 meningkat. Namun tetap bagi masyarakat miskin kuliah di perguruan tinggi merupakan barang mahal.

Mengapa mahal ? Sebab dana yang dibutuhkan masih sangat besar. Dana itu mulai dari puluhan hingga ratusan juta per tahun. Jumlah itu tentu tidak terjangkau bagi rakyat miskin.

Kemiskinan inilah yang memperkecil akses bagi rakyat miskin untuk masuk perguruan tinggi. Semakin miskin semakin kecil akses dan peluang untuk bisa kuliah. Apalagi sampai lulus menyelesaikan studinya.

Begitulah yang terjadi dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, lulusan SMA/SMK/MA tahun 2020 yang lulus 1.814.531 siswa. Dari jumlah tersebut yang bisa melanjutkan ke PT sebesar = 997.531 orang (54,97 %). Dari jumlah mahasiswa yang diterima di perguruan tinggi, hanya 17 % saja yang berasal dari keluarga miskin.

Selebihnya adalah kelas menengah ke atas. Walaupun terus ada penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia dari tahun ke tahun. Namun bukan berarti telah terjadi peningkatan jumlah mahasiswa miskin yang masuk ke perguruan tinggi.

Bahkan yang terjadi adalah
sebaliknya, yaitu trend semakin mengecilnya jumlah siswa miskin yang dapat bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Mengapa semakin mengecil ? Karena logika untuk melanjutkan ke perguruan tinggi tidak akan mengikuti trend menurunnya angka kemiskinan, tapi akan mengikuti logika keterjangkauan biaya.

Logika keterjangkauan terus berkejaran dengan kebutuhan biaya operasional perguruan tinggi. Bagi mahasiswa, setidaknya ada 3 komponen yang harus ditanggung oleh mahasiswa untuk bisa kuliah secara normal di perguruan tinggi, yaitu: a). BOP (Biaya Opersional Pendidikan/ SPP); b).

Biaya hidup (makan, minum, kos, transport, dsb); c). Biaya buku, alat tulis, riset, dsb. Biaya ini adalah biaya minimal yang tentu di luar kebutuhan dan biaya lain-lain.

Sedang bagi perguruan tinggi, setidaknya ada dua komponen biaya yang harus ditanggung, yaitu biaya operasional dan biaya hidup dan biaya rutin yang memiliki trend terus meningkat dari tahun ke tahun.

Pertama, biaya operasional dan
belanja kebutuhan perguruan tinggi terus meningkat. Kedua, biaya hidup dan belanja rutin yang terus mahal, karena berbagai faktor, seperti laju inflasi, dsb.
Jadi anda para para wisudawan/ti dan mahasiswa/wi baru patut senang, bangga, dan berbahagia dapat diterima menjadi mahasiswa dan dapat menyelesaikan studinya.

Banyak anak bangsa ini yang belum bernasib seberuntung anda semua. Selain patut bangga dan bahagia, tentu dan pasti anda semua patut bersyukur kepada Allah SWT dan berterima kasih kepada kedua orang tua anda.

Peluk dan ciumlah kedua orang tuamu yang berkeringat membiayai hidupmu. Juga berterima kasih-lah kepada UMU Buton tempat anda menimba ilmu pengetahuan. Anda sebagai mahasiswa/winya, rawatlah,
hidupilah, dan majukanlah UMU Buton ini agar kelak menjadi kebanggaan bagi anda, bagi bangsa, dan kebanggaan bagi masyarakat Buton, Sulawesi Tenggara khususnya dan Indonesia umumnya.

Para hadirin, khususnya wisudawan/ti dan para tamu undangan yang berbahagia.
Mengapa bangsa ini perlu memperkuat dan memajukan perguruan tinggi ? Kemajuan peradaban suatu bangsa berkorelasi positif dan signifikan dengan kemampuan Iptek dan kekuatan ekonominya.

Semakin maju Iptek-nya dan semakin kuat ekonominya, maka semakin maju peradaban bangsa itu. Tidak akan ada kemajuan Iptek dan kekuatan ekonomi tanpa pendidikan tinggi yang baik.

Semakin bermutu suatu pendidikan tinggi, semakin tinggi kemampuan Iptek-nya dan akan semakin sejahtera masyarakatnya bila dikelola dengan baik. Kemampuan Iptek, kekuatan ekonomi, dan perguruan tinggi bermutu harus menjadi pilar penting bagi kemajuan peradaban bangsa.

Kemajuan peradaban Indonesia masa depan adalah kemajuan dalam tiga pilar tersebut. Bahkan ketiga pilar tersebut harus menjadi kekuatan, daya saing, dan posisi tawar bangsa dan negara berhadapan dengan bangsa dan negara lain di dunia. Kekuatan, daya saing, dan posisi tawar ini bergantung kepada anda semua generasi emas Indonesia.

Andalah potensi dari generasi emas yang kelak ke depan harus menjadi bonus demografi. Bukan malah menjadi bencana demografis bagi masa depan Anda sendiri dan masa depan Indonesia.

Indonesia dan Anda juga di saat pandemi Covid-19 ini memiliki posisi yang sama dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Siapa yang bergerak cepat, maka merekalah yang akan ada di depan, sukses, dan unggul. Bisa saja yang dulunya bangsa yang maju dan unggul, maka dengan pandemi Covid-19 ini mereka ambruk dan terpuruk. Begitu juga sebaliknya, kita bangsa Indonesia akan maju dan unggul karena kita bergerak cepat, berbenah diri, dan sukses.

Generasi muda saat ini harus menjadi generasi emas dan bonus demografi bagi masa depan Indonesia. Kita semua sebagai orang tua harus terus mengawal
dan mendorong generasi muda menjadi generasi emas dan bonus bagi kemajuan Indonesia masa depan.

Kita ini sumber potensi atau masalah ? Kita ini bonus masa depan atau bencana masa depan ? Semua bergantung kepada sukses kita mendidik generasi emas saat ini dan mengantar dan mengawal mereka menuju cita-citanya. Yaitu cita-cita Indonesia yang maju, sejahtera, dan berperdaban tinggi.

Bangsa Indonesia umunya, khususnya kita semua harus menjadi potensi bukan masalah, harus menjadi bonus emas bukan bencana masa depan (disaster
demography). Masyarakat Sulawesi Tenggara & Buton khususnya harus menjadi bagian paling inti dalam mengambil peluang dan kesempatan besar ini.

Mengapa peluang ini penting ? Sebab bonus demografi ini hanya berlangsung antara tahun 2020 s/d 2035. Bonus Demografi hanya terjadi pada setiap 100 tahun. Bila peluang bonus ini tidak kita raih saat ini, maka berarti itu adalah bencana.

Bila bencana saat ini, maka berarti itu juga bencana berlipat ganda bagi masa depan kita bangsa Indonesia. Demikian harapan besar saya kepada anda para wisudawan/wati, calon mahasiswa, kepada pimpinan perguruan tinggi, kepada para orang tua, kepada
para pejabat dan para undangan semua.

Semoga Allah SWT memberkati kita memperoleh kekuatan untuk meraih sukses dan mencapai cita-cita. Kurang dan lebihnya saya mohon maaf. Sekian dari saya yang mencintai masyarakat Buton.

- Advertisement -

Berita Terkini