Moderasi Beragama: Konsep Marhamah dalam Al Quran

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Oleh : Putra Pratama S

ISU moderasi beragama di Indonesia masih menjadi isu yang sangat sentral. Hal ini dikarenakan impelentasi moderasi beragama tidak berjalan baik. Di sisi lain, terkadang kita terjebak kepada isu moderasi beragama yang hanya berkisar kepada moderat (tawasuth), seimbang (tawazun) dan toleransi (tasamuh).

Padahal konsep moderasi beragama bukan hanya stagnan pada pemahaman tersebut, melainkan ada konsep moderasi beragama yang Allah Swt juga menjelaskannya di dalam Al Ouran: “Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk kasih sayang” (Qs. Al Balad: 17).

Pada ayat tersebut dijelaskan konsep marhamah (berkasih sayang). Dimana pemahamannya adalah tidak dikatakan orang yang beriman kalau tidak saling berkasih sayang .

Marhamah (berkasih sayang) pada ayat tersebut ada dua hal yang harus diperhatikan: 1) Berpesan dengan pesan yang penuh kasih dan sayang, hal ini seperti megucapkan perkataan yang penuh hikmah, nasehat-nasehat yang baik, dan ucapan-ucapan yang positif mengarah
kepada perbuatan baik kepada Allah, kepada manusia dan seluruh makhluk hidup.

2) Sedangkan yang kedua adalah berkasih sayang pada hal impelementasi (prakteknya). Seorang muslim sudah harus bisa berbuat kasih dan sayang kepada sesama manusia atau bahkan
sesama makhluk hidup. Berkasih sayang ini bisa kita terapkan di hal terdekat sampai hal terjauh, seperti ketika sesama tetangga, sesama sahabat, sesama manusia dan bahkan sesama makhluk
hidup.

Konsep marhamah (berkasih sayang) ini Allah jelaskan bukan hanya pada ke sesama agama Islam, melainkan harus juga dilaksanakan kepada agama lainnya. Oleh karena itu pada konsep ini tidak ada batasan untuk berbuat baik ke sesama manusia jika sudah berbicara kemanusiaan.

Islam dalam berkasih sayang juga menepis isu antar agama dan antar golongan. Intinya adalah harus berkasih sayang kepada seluruh makhluk, itu merupakan bagian dari keimanan.

Marhamah (berkasih sayang) terasa mudah di lidah namun terasa berat dipikul pada prakteknya.Melihat fenomena acuh tak acuh sesama manusia dan kurangnya rasa kepedulian kepada sesama manusia juga menjadi tantangan dari penerapan konsep marhamah ini. Terlebih lagi
zaman sudah berkembang dan kemajuan teknologi sudah membuat manusia tidak peduli berkenaan isu kemanusiaan. Bukankah manusia diciptakan selain mempunyai tugas kepada Allah Swt tetapi juga kepada manusia?

Konsep marhamah (berkasih sayang) ini harus memiliki kesadaran secara pikiran (agliyah) dan hati (bathiniyah). Oleh karenanya kedua hal tersebut bisa sejalan juga dilandasi pemahaman keagamaan. Tanpa hal tersebut pemahaman moderasi beragama sulit dibentuk.

Di balik perkembangan zaman, isu berkasih sayang menjadi isu yang layak diperbincangkan. Manusia sudah tidak menghormati sesama manusia, manusia sudah tidak peduli sesama manusia, manusia sudah kehilangan perasaan untuk mau saling tolong menolong kepada sesama manusia lainnya.

Al Ouran sendiri memberikan pandangan tentang moderasi beragama yang sangat vital untuk diimplementasikan. Sifat tenggang rasa dan toleransi juga
sudah terkikis di saat sekarang ini. Tidak mengherankan jika banyak kita temukan orang kaya tidak peduli dengan orang miskin, anak muda tidak menghormati yang tua, orang tua tidak menyayangi yang muda. Inilah fakta saat sekarang ini yang harus diubah dengan konsep marhamah (berkasih sayang). **

*) Penulis adalah aktivis Sumatera Utara dan juga adalah Sekretaris PAC GP ANSOR Percut Sei Tuan

- Advertisement -

Berita Terkini