6 Tips Istiqomah Pasca Ramadhan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Istiqamah berasal dari kata “qomah”, yang artinya melaksanakan sesuatu dengan benar dan sempurna. Istiqomah adalah upaya untuk melaksanakan perintah Allah secara sempurna. Konsisten melaksanakannya dengan baik. Nabi Muhammad mengakui bahwa istiqamah adalah tuntunan Allah yang sangat berat untuk dilakukan. lstiqomah tercermin dalam firman Allah SWT, yakni: (Q.S. al- Ahqaf/46:13).

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ
Terjemahan :
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati. (Q.S. al- Ahqaf/46:13).

Idul Fitri datang berarti sebagai tanda akhir dari Ramadhan, dengan rasa gembira di satu sisi namun rasa sedih bagi orang beriman karena di tinggalkan Ramadhan di sisi yang lain, namun tiada langkah yang mulia kecuali menikmati kebahagiaan dan kenangan. Pasca berakhirnya Ramadhan, paling tidak ada 6 ikhtiar untuk diamalkan, yaitu :

Pertama, menjaga iman

Keimanan yang kokoh yang ditarbiyah selama Ramadhan akan senantiasa istiqamah manakala dijaga dan dirawat, sebagaimana Rasulullah saw bersabda.

جدّدوا إيمانكم بقول لا اله إلاّ الله
Artinya: Perbaiki iman kamu sekalian dengan mengucap la ilaha illallah (HR Bukhari).

Iman seseorang terkadang naik turun, sehingga kita harus selalu merawatnya seperti tanaman, maka Rasulullah saw bersabda.

الإيمان يزيد وينقص، يزيد بطاعة الله وينقص بمعاصى الله
Artinya: Iman akan senantiasa bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan kepada Allah dan berkurang dengan kemaksiatan kepada Allah.

Kedua, Membuat Planning

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Ta’ala  adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Perencanaan adalah ilmu dasar yang dapat kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kita ingin mudik ke kampung halaman, maka perlu membuat perencanaan terlebih dahulu.

Minimal, merencanakan apa saja yang dibutuhkan selama perjalan sampai ke kampung halaman, dan berapa budget yang dialokasikan untuk mudik. Sebagai patokan, agar saat mudik tidak keluar dari jalur, yang mengakibatkan isi kantong menjadi ludes, kandas, apalagi minus terhutang.

Sama halnya dengan menjaga istiqomah ibadah pasca Ramadhan. Dibutuhkan membuat planning, paling tidak mengetahui apa perilaku yang telah diperbaiki semasa bulan Ramadhan, dan bagaimana caranya untuk mencegah agar perilaku buruk tidak lagi terulang.

Misalnya, sebelum Ramadhan terbiasa memberikan posting dan komentar negatif di medsos. Namun, saat Ramadhan berusaha mengurangi posting dan comment negatif. Maka, perlu di planning bagaimana cara-caranya agar setiap insan tidak lagi melakukan perilaku yang sama.

Malaikat Jibril pernah berdoa dan diaminkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: “Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni (oleh Allah Ta’ala).” (HR Ahmad, al-Bukhari).

Ketiga, Berniat untuk Istiqomah

Menjaga istiqomah ibadah memerlukan tekad yang kuat. Meneguhkan tekad ini bisa dimulai dari menanamkan rasa percaya dalam hati, bahwa kita percaya kepada Allah. Bahwa Allah senantiasa ada untuk mengiringi ibadah pasca Ramadhan.

Peneguhan tekad ini juga membutuhkan bi’ah yang positif dan mendukung. Hal ini tentu dikomunikasikan kepada keluarga, kerabat, atau kawan, tentang niat dan tekad untuk hijrah ke arah yang positif. Dalam rangka menjaga istiqomah pasca Ramadhan.

فَاسۡتَقِمۡ كَمَاۤ اُمِرۡتَ وَمَنۡ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطۡغَوۡا​ ؕ اِنَّهٗ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِيۡرٌ‏ ١١٢
“Tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Keempat, Thalabul ilmi Sepanjang Hayat

Istiqomah adalah tuntunan yang sangat berat. dibutuhkan ilmu pengetahuan agar tetap dalam ril yang benar. Sama halnya dengan istiqomah menjaga ibadah. Diperlukan memiliki pengetahuan, apa saja perilaku-perilaku yang baik, yang disukai Allah. Serta apa saja perilaku-perilaku buruk yang dapat membawa kita kepada kemudharatan. Pengetahuan ini akan mengingatkan untuk berada di jalur yang benar.

Kelima, Ikhtiar terus menerus mengendalaikan emosi

Menjadi istiqomah saat menjalani ibadah pasca Ramadhan, tentu bukanlah hal yang enteng. Akan ada gejolak emosi dalam diri yang saling tarik menarik. Mungkin saja menggoda diri untuk kembali berbuat negatif. Untuk menjaga istiqomah ibadah pasca Ramadhan, diperlukan usaha melatih diri mengendalikan emosi, seperti melakukan berzikir, sholat sunnah, tilawah Al-Quran dll.

Dalam Al-Quran surat Ar-Radu’ ayat 28, Allah memberitahu kepada umat muslim, bahwa dengan mengingat Allah hati dapat menjadi tenang dan tenteram. “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS.Ar-Ra’du ayat 28).

اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ طُوۡبٰى لَهُمۡ وَحُسۡنُ مَاٰبٍ
Seseorang yang berhasil mengendalikan emosi, saat beribadah tidaklah berlebih-lebihan. Tidak juga kurang ibadahnya. Ibadah yang dilakukan dalam kecukupan. Dengan bersyukur, juga dapat membuat kita merasa cukup.

Keenam, Memulai Ibadah Dari yang Paling Mudah

Hal besar tidak akan pernah terjadi tanpa memulai dari hal-hal kecil. Tamsilan ini sesuai dengan kondisi bagi ikhtiar menjaga istiqomah ibadah pasca Ramadhan. Istiqomah ibadah akan sulit dijaga, jika kita tidak mulai rutin memulainya dari melakukan dari hal yang kecil.
Setiap insan dapat memulainya dengan melakukan ibadah yang paling mudah. Ibadah yang paling mudah seperti tersenyum.

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan  At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Baihaqi. ”Tabassumuka Fii Wajhi Akhiika Shodaqoh.” Artinya, “Tersenyum ketika bertemu dengan saudara kalian adalah termasuk sedekah.”

Mulai dari tersenyum, minimal memberikan senyum kepada diri kita sendiri. Senyum dapat membuat hati kita menjadi lebih tenang, dan juga memiliki nilai ibadah. Jika rutin dilakukan, dengan memberikan senyum kepada saudara, maka sedikit demi sedikit ibadah menjadi maksiamal.

Ibadah-ibadah sederhana dan mudah dilakukan selain senyum, seperti menyingkirkan duri, menolong orang lain, bersedekah, dan lain sebagainya. Diriwayatkan Ad-Dailamy, Rasulullah SAW bersabda: ”Sesungguhnya pintu-pintu kebaikan itu banyak: tasbih, tahmid, takbir, tahlil (dzikir), amar ma’ruf nahyi munkar, menyingkirkan penghalang (duri, batu) dari jalan, menolong orang, sampai senyum kepada saudara pun adalah sedekah.”

Semoga tulisan yang sederhana ini dapat menginspirasi bagi setiap pembaca untuk terus berikhtiar memperbaiki diri dan nilai-nilai ramadhan menjadi manusia yang bertaqwa dapat teraflikasikan dalam kehidupan nyata. Wallahumuwafiq ila aqwamit thoriq.

Wallahu’alam bi al-showab. Wassalam.

Oleh : Dr. H. Muhammad Khalid, MA (Ketua MUI Langkat Sumut)

 

 

- Advertisement -

Berita Terkini