Piala Dunia U17, Coldplay, Pemilu dan Legasi Jokowi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Oleh: Agung Wibawanto

Jangan kaget jika beberapa hari ini, Indonesia, terutama Jakarta, terasa lebih sesak. Hal ini disebabkan ada tiga perhelatan sekaligus berkelas nasional bahkan internasional. Pihak maskapai Garuda memberi penjelasan bahwa jumlah penumpang ke Jakarta naik signifikan. Yang disayangkan, presiden Jokowi justru tengah melawat ke Amerika Serikat. Ia dipastikan hanya mendengar, menonton berita dan mendapat laporan atas kejadian yang berlangsung di Indonesia.

Ketiga event tersebut adalah babak final Piala Dunia U17 yang menggunakan lapangan JIS (Jakarta), Manahan (Solo), Si Jalak Harupat (Bandung), dan Gelora Bung Tomo (Surabaya). Timnas Indonesia U17 turut serta dalam perhelatan ini disebabkan berlaku sebagai tuan rumah. Sudah dua pertandingan dilakoni timnas Garuda yang mampu menahan imbang Ekuador dan Panama. Peluang Indonesia yang baru pertama mengikuti ajang piala dunia ini, terbilang masih terbuka untuk lolos babak selanjutnya.

Pada pertandingan terakhir di fase grup, anak-anak coach Bima Sakti akan berhadapan dengan Maroko. Setidaknya mampu menahan seri, maka Indonesia kemungkinan lolos dengan mendapat jatah sebagai tim urutan tiga terbaik dengan nilai 3. Sebuah prestasi yang membanggakan tentunya karena persiapan tim yang relatif singkat (Indonesia menjadi host piala dunia U17 menggantikan Peru yang tidak siap). Sampai saat ini pun Kaka dkk belum merasakan kekalahan menghadapi tim pemilik peringkat FIFA yang lebih tinggi.

Event ini sedikitnya mengobati rasa kecewa masyarakat akibat pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah piala dunia U20 yang lalu. Erick Thohir membuktikan bahwa dirinya memang memiliki akses, koneksi dan jaringan cukup luas di dunia internasional sepak bola. Media bahkan mengatakan kini Indonesia menjadi “anak emas” FIFA, terlebih setelah presiden FIFA mendapat gelar kehormatan dari negara melalui presiden Jokowi. Indonesia juga dijadikan sebagai kantor perwakilan FIFA di Asia.

Event berikutnya adalah kehadiran band legend dari Inggris, Coldplay. Meski kedatangan Coldplay untuk konser di Indonesia berbau kontroversi. Kelompok Islam garis keras melakukan aksi demo menolak konser Coldpay karena dianggap membawa simbol-simbol LGBT. Dari jumlah peserta demo, masih banyak penonton dan penggemar Coldplay yang sudah memesan tiket jauh-jauh hari. Penonton memadati stadion GBK hingga di bagian luar (yang tidak memiliki tiket), berharap bisa menikmati dari video layar lebar.

Coldplay adalah band berkelas internasional dan banyak lagu-lagunya yang menjadi trend. Bahkan beberapa gaya bermusiknya juga ditiru, salah satunya seperti band Noah (Peterpan). Dengan begitu tidak heran melihat tata panggung yang demikian mewah (sangat besar) dengan tata lampu (light) dan sound yang menakjubkan. Penonton larut dalam lantunan lagu-lagu yang memang sudah dikenal. Andai timnas Inggris tahu dan dibolehkan menonton, mereka anak-anak muda the three lion pasti juga akan hadir.

Sebaliknya, apakah Coldplay mengetahui jika timnas Inggris tengah mengikuti piala dunia U17 di Indonesia? Jika tahu, mungkin saja mereka akan memperpanjang masa berkunjungnya di Indonesia. Sebanyak 3.906 personil gabungan melakukan pengamanan dalam konser tersebut. Kawasan GBK benar-benar menjadi lautan massa. Mau tetap tidak suka? Silahkan saja, itu pilihan, asal tidak memaksakan kehendak. Yang pasti beberapa ruas jalan di sekitar GBK mengalami kemacetan.

Event ketiga yang tidak kalah serunya adalah penyelenggaraan pemilu serentak 2024 nanti. Meski masih tahun depan (89 hari lagi), namun proses dari tahap-tahap pemilu sudah berjalan. Terbilang menguras energi pikiran dan juga kesabaran di saat mengalami kemacetan tentu dalam proses pilpres. Beberapa kali Jakarta harus macet oleh kerumunan suporter atau pendukung kandidat. Mulai pendaftaran hingga penetapan nomer urut. Massa tampak tumpah ruah di sepanjang jalan menuju kantor KPU.

Lepas dari adanya drama-drama Korea ataupun drama politik, pemilu kali ini juga merupakan sebuah proyek besar dan baru ada di dunia. Pemilu dilakukan secara serentak (pileg maupun pilpres). Belum lagi berselang atau sebelumnya, diadakan pilkada. KPU memang tidak mudah mengatur serta melaksanakan proyek raksasa ini. Dalam pilpres terdapat tiga paslon capres dan cawapres. Sementara ada ratusan ribu caleg yang akan berkompetisi meraih suara. Meski begitu, acara berlangsung lancar tanpa kendala berarti.

Lantas, apa yang bisa dicatat dari tiga mega event yang berlangsung serentak ini? Bahwa tidak ada kerusuhan ataupun bentrok yang terjadi dalam kerumunan massa. Itu menunjukkan bangsa kita semakin dewasa mensikapi segala hal dengan lebih demokratis. Indonesia juga sudah lebih terbiasa menggelar event-event internasional seperti sebelumnya yang sudah terjadi. Dengan demikian tingkat kepercayaan dunia kepada Indonesia akan semakin tinggi sebagai host.

Semoga devisa negara juga akan bertambah serta membawa dampak baik kepada masyarakatnya. Sandiaga Uno malah berharap agar konser Coldplay bisa diadakan tidak hanya sehari tapi dua atau tiga hari. Efek kehadiran dan pengunjung dari luar negeri menjadi target Sandiaga sebagai menteri pariwisata. Hotel akan terisi penuh, UMKM diuntungkan dengan banyak pembeli serta destinasi wisata internasional dapat menggeliat kembali setelah dua tahun kemarin lesu darah akibat covid19.

Indonesia kini dianggap menjadi barometer penyelenggaraan acara-acara bertaraf dunia. Banyak negara lain kemudian mencontoh cara dan gaya entertaint yang dibuat oleh panitia acara. Sebut saja sejak acara kolosal opening ceremony Asian Games dilanjut Asian Paragames 2018 di Jakarta. Sejak itu berturut-turut Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah menggelar acara-acara bertaraf internasional terutama event kenegaraan. Acara deseting demikian cair dan penuh keakraban.

Beberapa pertunjukan disajikan kepada peserta acara agar tidak berkesan terlalu formal. Biasanya menampilkan dan memperkenalkan aneka budaya Nusantara, mulai dari kostum, lagu, tarian hingga kuliner yang dihidangkan. Peserta dan tamu undangan benar-benar dimanjakan terlebih dengan pemilihan venue yang memiliki view menakjubkan seperti di Labuhan Bajo. Semua ini baru dimulai dan hanya ada di era pemerintahan Jokowi. Jokowi memang tidak tanggung-tanggung dalam menyambut tamu negara.

Sepertinya, prinsip utama Jokowi agar setiap event tidak hanya fokus kepada acara formal, melainkan juga segala hal yang bisa membuat peserta merasa terkesan. Diharapkan semua acara-acara memiliki dampak pengenalan budaya Indonesia kepada dunia internasional. Indonesia yang bangsa besar ini tidak hanya sebagai pengikut melainkan juga bisa kreatif bahkan menjadi pusat perhatian dunia. Inilah salah satu pondasi yang sudah ditanamkan Jokowi tinggal diteruskan dan dikembangkan.

- Advertisement -

Berita Terkini