Efek Elektoral Julukan Gemoy untuk Prabowo

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Oleh: Denny JA

Dalam pilpres kali ini muncul satu kata yang kemudian menjadi branding baru Prabowo. Awalnya Prabowo sendiri tidak tahu apa arti kata itu.

Yaitu GEMOY. Kita dapat membaca beberapa judul berita. Misalnya: “Momen Prabowo Berjoget Gemoy Usai Pidato di Depan Megawati dan Para Ketum Parpol. “

Berita lainnya: “Relawan di Banten Teriak Prabowo Gemoy Saat Nobar Pengundian Nomor Urut Capres.” Berita lain lagi: “Prabowo Cekikikan Diteriaki Emang Boleh Segemoi Ini,” oleh relawan.

Tapi arti kata gemoy itu? Mengapa kata gemay itu kemudian dilengketkan kepada Prabowo? Dan yang jauh lebih penting lagi: apa efek elektoral julukan gemoy itu bagi Prabowo?

Ini cuplikan video dari berbagai event yang dihadiri Prabowo. Ia berjoget dengan gaya yang khas setiap kali ditanya soal hujatan padanya. Prabowo kembali berjoget ketika diminta respon mengenai hal yang menyerangnya.

Atau kadang, Prabowo berlari- lari kecil seolah pergi meninggalkan wartawan. Gerakan ini membuat yang melihatnya tertawa, dan berteriak: Gemoy.

Saya mencari di Google apa arti kata gemoy itu. Ternyata itu plesetan dari kata gemes, atau menggemaskan, perilaku yang lucu, yang imut- imut, yang humoris, tapi membuat orang suka.

Survei LSI Denny JA baru saja selesai untuk bulan November2023. Data menunjukkan peningkatan dukungan kepada Prabowo dari kalangan milenial. Yaitu pemilih muda yang lahir setelah tahun 1982.

Di bulan Oktober 2023, di kalangan milenial sebanyak 36,9% mendukung Prabowo. Tapi sejalan dengan semakin populernya istilah gemoy, di bulan November 2023, kalangan milenial yang mendukung Prabowo meningkat menjadi 41,6%.

Populernya kata gemoi ini sendiri memberikan efek elektoral yang signifikan kepada Prabowo. Atau semakin populernya julukan gemoy untuk Prabowo itu cerminan semakin Prabowo disukai, terutama di kalangan mienial.

Tiga hal penyebab mengapa julukan gemoy itu positif buat Prabowo. Pertama, kata gemoy itu memberikan citra baru kepada Prabowo.

Kini Prabowo dianggap sebagai tokoh yang rileks saja, yang penuh humor. Bahkan menanggapi hal-hal yang negatif keras sekali kepadanya, respon Prabowo menenangkan.

Kesan ini sangat berbeda dengan citranya di masa silam. Dulu Prabowo dianggap angker, sangat tegang dan emosional.

Mengapa terjadi perubahan citra itu? Ujar Prabowo dengan jenaka, ia dua kali sudah dikalahkan di pemilu presiden. Karena itu ia mengubah penampilannya menjadi lebih rileks. Semua ia anggap keluarga dan teman.

Kedua, gemoy ini sebagai sebuah kata baru sangat populer di kalangan milenial. Ini memang bahasa anak- anak muda. Dua tahuh ini memang ada beberapa kata baru yang menjadi kata pergaulan. Gemoy salah satunya.

Terutama di kalangan pemain TikTok, atau TikTokers, kata gemoy itu diucapkan untuk mereka yang dianggap menggemaskan, lucu. Ini kata yang diberikan kepada orang-orang yang mereka suka, yang disayangi.

Ketiga, kata gemoy ini juga membangkitkan kreativitas bertutur. Sekarang banyak ucapan yang menyertai kata gemoy itu.

Kemana pun Prabowo pergi, relawan dan publik yang hadir meneriakkan kata gemoi dengan berbagai redaksi yang berbeda. Salah satu yang populer sekarang ini adalah: Apakah boleh presiden segemoy ini?

Pilpres masih 3 bulan lagi. Gemoy menjadi branding baru yang organik dan viral. Jelaslah ini menguntungkan Prabowo jika ia tetap menampilkan citranya yang segemoy itu, yang rileks saja, yang humoris, yang akrab, menganggap semua kawan dan keluarga.

Pilpres kali ini lebih semarak, lebih humoris, karena juga mempopulerkan sebuah kosa kata baru, yang mungkin pada waktunya akan menjadi kata resmi di kamus bahasa Indonesia.

- Advertisement -

Berita Terkini