Kalah, Masih Ada Asa

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Oleh: Haedar Natsir

Kesebelasan Indonesia U-23 kalah dari Irak 1-2 untuk memperebutkan posisi tiga besar guna melaju ke Olimpiade 2024. Meski kalah, Indonesia masih punya peluang terakhir kesempatan lolos ke Paris lewat pertandingan Playoff lawan Wakil Afrika Guinea pada 9 Mei. Semoga menang, sehingga kekecewaan beruntun di Qatar ini dapat terobati.

Kalaupun kontra Guinea misalkan kalah, jangan terlalu kecewa. Itulah perjuangan sepakbola sebagaimana berjuang dalam dinamika hidup lainnya. Hal yang pasti, Rizky dan kawan-kawan telah bermain hebat hingga kalah tipis lawan Irak di extra-time. Luar biasa. Kita bangga menontonnya.

Menang dan kalah adalah bagian dari kontestasi. Politik pun demikian. Jangan larut meratapi kekalahan, sebaliknya jangan jumawa kala menang. Sikapi semua dengan tengahan, disertai semangat berjuang memperbaiki diri secara optimal disertai ikhtiar plus tawakal.

Coba belajar pada kekalahan negara-negara paling jago dalam sepakbola di kejuaraan dunia. Belanda yang bertaburan bintang kala itu seperti Johan Cruyff, Johan Neeskens, Van Basten, Ruud Gullit, Frank Rijkaard sampai dua kali gagal di final Piala Dunia di Jerman tahun 1974 serta di Meksiko tahun 1978.

Itali sang juara dunia empat kali bahkan tragis. Tim Azuri bertabur bintang itu pernah gagal tiga kali melaju ke Piala Dunia. Pada Piala Dunia 2018 di Rusia, Italia gagal lolos setelah kalah oleh Swedia. Tahun 2022 bahkan gagal mengenaskan setelah dikalahkan negara kecil Makedonia Utara 1-0 di semi-final play-off Path C zona Eropa. Jauh sebelumnya, tahun 1958 ketika Brasil juara dunia di Swedia, Itali juga gagal lolos dikalahkan Irlandia Utara kala itu.

Anda tahu hebatnya Brasil sang juara dunia lima kali? Kini Brasil berada di ujung tanduk, terancam nasibnya melaju ke Piala Dunia 2026. Posisi sementara negeri Samba itu di urutan ketujuh kualifikasi zona CONMEBOL. Memang masih ada pertandingan lain, kans-nya masih terbuka. Tapi, kesebelasan terhebat di dunia itu justru nasibnya tertatih-tatih. Padahal rival abadinya Argentina nyaman kedinginan di puncak klasmen.

Itulah dunia sepakbola. Sebagaimana ruang kehidupan pada umumnya, penuh warna dan dinamika. Kalah dan menang biasa, sikapi dengan kesungguhan tapi wajar dan tengahan. Tidak usah berlebihan. Tetaplah berjuang gigih. Jangan patah arang dan harapan. Ayo Garuda Muda, masih ada asa di Paris!

Sumber dok: PSSI

- Advertisement -

Berita Terkini