Solusi Atasi Varian Covid

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – SAR-COV2 ini terus akan bermutasi, entah sampai kapan dan berapa banyak nanti jenis mutasinya. Tentu saja itu bukan masalah yang tidak ada solusinya.

Banyak solusi bisa dilakukan untuk mengatasi, mencegah tertular virus SAR-COV2 atau lazim disebut virus Komunis Tiongkok. Solusi utama adalah lockdown, atau pemblokiran ruang gerak virus ini. Lockdown ini bisa dilakukan berlapis, mulai dari level individu, dimana tiap-tiap orang memastikan dirinya tidak melakukan kontak langsung dengan manusia lain yang tidak jelas apakah seseorang itu telah terinfeksi atau tidak.

Cara ini disebut social distanching atau jaga jarak. Tapi ini tidak cukup, karena interaksi/kontak bisa saja terjadi melalui benda-benda yang telah disentuh oleh seseorang. Maka sebelum dan sesudah menyentuh suatu benda, hendaknya melakukan cuci tangan dengan handzanitizer. Sementara itu, guna menghindari transmisi melalui udara, dianjurkan selalu menggunakan masker. Inilah cara yang dianjurkan oleh para ahli virologi, dan ahli kesehatan masyarakat.

Lockdown dalam skala sosial dapat dilakukan secara mikro untuk satu lingkungan tertentu, dan skala luas untuk beberapa lingkungan dalam satu kota, bahkan untuk satu kota secara full dikunci. Dan inilah tugas Pemda atau Satgas Covid di suatu daerah. Tidak perlu menunggu pemerintah pusat, daerah mestinya bisa melakukan berdasarkan kemampuan masing-masing daerah, dan jika tidak mampu barulah minta bantuan pemerintah pusat.

Selama ini, pemerintah pusat terlalu memikirkan kepentingan orang kaya, pengusaha besar, dan para investor. Sehingga semua jenis level lockdown itu ditarik jadi kebijakan pusat, yang intinya adalah tidak mau ada lockdown demi melindungi para pengusaha itu dari kebangkrutan. Tapi lihatlah, yang terjadi bagaimana? Pandemi tidak dapat diatasi dan makin meluas, namun ekonomi tetap saja ambruk.

Pemerintah terpaksa mensubsidi para pengusaha itu melalui aneka kebijakan, seperti pemberian tambahan modal dan pembebasan pajak (tax amnesty), sementara warga terus diperas dengan aneka jenis pajak. Solusi lockdown ini dilakukan di banyak negara, dan banyak yang telah bebas Covid dengan solusi ini.

Solusi lain adalah solusi dengan vaksinasi massal. Solusi ini kombinasi dari solusi pertama di atas. Jadi suatu daerah/kota yang terlanjur terjadi infeksi dalam jumlah yang diduga massal, namun tidak terdata dengan pasti, dilockdown lalu dilakukan vaksinasi dua kali. Selama warga di daerah itu belum seluruhnya divaksinasi, maka mereka tidak boleh keluar batas kota, hingga semua telah di vaksinasi.

Tentu vaksin yang digunakan adalah yang efikasinya tinggi, di atas 90 persen, bukan seperti vaksin buatan komunis tiongkok yang efikasinya di bawah 60 persen. Memadukan kedua pendekatan di atas itulah yang direkomendasikan oleh para saintist. Dan itu adalah dimensi luar (zahir) dari manusia dan lingkungan sosial.

Sementara itu, pada dimensi batin (wilayah esoterik), peran agama tidak kalah pentingnya dalam rangka menjaga imunitas tubuh manusia. Secara ilmiah sesungguhnya virus ini makhkuk kasat mata yang sangat kecil, bisa diamati dengan menggunakan alat bantu microskopik. Sejalan dengan agama, (terutama Alquran), makhkuk itu memang bermula dari makhkluk bersel satu (nafsin wahidah) lalu membelah diri, bermutasi. Jadi sebenarnya tidaklah bertentangan, bahkan sejalan. Nah, Alquran lebih mencakup dalam memberikan penjelasan ilmiah tentang segala ciptaan.

Termasuk bagaimana suatu makhluk hidup keluar secara azali dari “lautan keazalian” dengan membawa kemurnian zati yang diibaratkan seperti mutiara. Dari “lautan keabadian” keluar apa yang diibaratkan sebagai marjan. Kedua lautan (azali dan keabadian) ini oleh Allah dibiarkan bertemu, namun tidak bercampur, melainkan dipisahkan dengan dinding yang disebut barzakh.

Siapapun yang mencoba memasuki barzakh ini akan hancur (kullu man alaiha faan), kecuali dengan Rahmat-Nya. Rahmat Allah yang beristawa di antara dua lautan inilah yang meliputi segala sesuatunya, termasuk di antara muatan genom dan mRA dari makhkuk-makhluk kecil seperti virus itu.

Dalam hal ini, Alquran sama sekali tidak mengajarkan bahwa virus-virus itu berbahaya, jika manusia mampu memahami dan memperlakukannya sebagaimana mestinya, tidak mencampuradukkannya dengan genom atau nRA yang tidak semestinya, sehingga tidak berprilaku radikal. Pelanggaran atas barzakh, yang mestinya tidak dilakukan para virolog itulah yang menyebabkan SAR-COV2 ini terus bermutasi dengan watak radikalnya yang ekspansif.

Jika terjadi hal demikian, maka tidak ada cara yang paling efektif menghindarkan dari serangan virus yang teradikalisasi ini selain bahwa “hendaknya setiap diri jangan tinggalkan atau keluar dari zat” dan “jika perlu mengendalikan apa yang ada di luar diri, maka kontrollah sifatmu”. Karena demikianlah sesungguhnya maksud manusia diciptakan.

Allah SWT berfirman:

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (13)

Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Al-Jatsiyah ayat 13).

وَاللَّهُ يَقُولُ الْحَقَّ وَهُوَ يَهْدِي السَّبِيلَ (4)

Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar. ( QS. 33:4)

Semoga Bermanfaat….

Oleh : Hasanuddin
Ketua Umum PB HMI 2003-2005

- Advertisement -

Berita Terkini