Bisakah Doa Hentikan Pandemi Covid-19

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Saya ingin membagi satu tulisan menarik di media online Newsweek tanggal 17 Maret 2020 kemarin, ditulis oleh Prof. Craig Considine, seorang Sosiolog Amerika yang juga seorang influencer global dari Rice University, Houston Texas.
Mendalami Pluralisme Agama, Hubungan Kristen-Islam, Islamophobia, dan tentang Nabi Muhammad SAW. Sebagai influencer, ia punya ratusan ribu pengikut di Twitternya, Instagram, Facebook dan Youtubenya.

Opininya meluas keberbagai media global seperti New York Times, CNN, Al Jazeera, Newsweek, BBC, CBS News, Washington Post, France-24, Toronto Star dan banyak lagi.
Tulisan Craig kemarin membuat kejutan dunia dengan artikel berjudul, “Can the Power of Prayer Alone Stop a Pandemic like the Coronavirus? Even the Prophet Muhammad Thought Otherwise”.

Dalam bahasa kita, kira-kira artinya “Bisakah Kekuatan Doa Sendiri Menghentikan Pandemi seperti Coronavirus? Bahkan Nabi Muhammad Berpikir sebaliknya”.

Sisi yang hampir sama pernah saya tulis dan edarkan melalui WA dengan judul “Belajar dari abad ke-7 Tentang Keberhasilan Menghadapi Wabah” tanggal 15 Maret 2020.

Dunia tidak perlu mengulang kesalahan dari pengalaman yang sudah terjadi dimasa yang lalu, apalagi ada tuntunannya dari Orang yang mendapat hidayah dari Tuhan YMK.

Sumber:
– https://www.newsweek.com/prophet-prayer-muhammad-covid-19-c…
– https://www.npr.org/…/mystery-in-wuhan-recovered-coronaviru…

Kebersihan, Karantina dan Isolasi Diri

PSBB Versus COVID-19, Akurasi Data Syarat Sukses Habisi Covid-19
Ilustrasi

Dirjen WHO Dr.Tedros Adhanom (Ethiopian, Mantan Menkes dan Menlu) pada tanggal 12 Maret 2020 menyatakan Covid-19 sebagai Pandemi.

Pandemi COVID-19 telah memaksa Pemerintah dan sumber berita untuk memberikan saran yang paling akurat dan bermanfaat bagi populasi dunia. Karena penyakit ini mempunyai jangkauan global. Para profesional kesehatan sangat berminat terhadap masalah ini. Demikian pula para ilmuwan yang mempelajari transmisi dan efek pandemi, kata Craig mengawali artikelnya.

Pakar seperti ahli imunologi Dr. Anthony Fauci dan reporter medis Dr. Sanjay Gupta mengatakan bahwa kebersihan dan karantina yang baik, atau praktik isolasi dari orang lain dilakukan, dengan harapan mencegah penyebaran penyakit menular.
Hal itulah alat Paling Efektif untuk mencegah tersebarnya COVID-19 .

Prof. Craig bertanya “Apakah Anda tahu siapa lagi yang menyarankan kebersihan dan karantina yang baik selama pandemi?,”.

Dijawabnya sendiri “Muhammad, Nabi umat Islam, lebih dari 1.300 tahun silam”. Nabi Muhammad katanya bukanlah seorang ahli tradisional dalam soal penyakit mematikan. Namun, tulisnya, “Nabi Muhammad telah menyampaikan nasihat yang sangat baik untuk mencegah dan memerangi perkembangan [penyakit mematikan] seperti Covid-19.”

Dr Craig menyebut nasihat, dengan mengutip hadits yang dia maksud. Muhammad bersabda: “Jika engkau mendengar wabah melanda suatu negeri, jangan memasukinya; tetapi jika wabah itu menyebar di suatu tempat sedang engkau berada di dalamnya, jangan tinggalkan tempat itu”. (dikutip dari hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim)

Masih mengutip hadits, Craig berkata: ‘Mereka yang telah terinfeksi penyakit menular, harus dijauhkan dari yang sehat’.” Dikutip dari HR.Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah.

Kini semua anjuran Nabi tersebut, secara kebetulan telah menjadi JURUS banyak negara menghadapi pandemi global coronavirus. Mulai dari negara komunis, Hindu, Kristen, Katolik, liberal, sekuler, dan lain-lain, melakukan Lockdown atau Karantina.
Saat Cina dihajar coronavirus, negara itu melockdown Wuhan hingga menutup Kota Terlarang.

Seorang peneliti mengatakan virus ini baru memulai perjalanan evolusinya.
Di Wuhan maupun Jepang, sudah didapati kejadian GANJIL, orang yang sembuh, ternyata bisa Terinfeksi Lagi. Bahkan di Wuhan angkanya sampai 5 – 14 persen.

Naihat Nabi Lainnya

Indonesia Perlu Bersiap Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19, Berikut Infonya
Ilustrasi

Mari kita lihat lagi tulisan Craig yang basah kuyup oleh guyuran hadits.
Nabi Muhammad, tulisnya, sangat mendorong manusia mematuhi praktik higienis yang bakal membuatnya aman dari infeksi. Pertimbangkan hadits-hadits atau perkataan Nabi Muhammad ini :

“Kebersihan adalah sebahagian dari iman.”
“Cucilah tanganmu setelah bangun tidur; kamu tidak tahu ke mana tanganmu bergerak saat tidur.”
“Keberkahan makanan terletak pada mencuci tangan sebelum dan setelah makan.”

Lalu, secara retoris Craig bertanya, bagaimana jika seseorang jatuh sakit? Nasihat apa yang akan diberikan Nabi Muhammad kepada sesama manusia yang sedang didera rasa sakit?

Jawabannya adalah: “Dia (Nabi Muhammad) akan mendorong untuk mencari perawatan medis.”.

Dr. Craig pun mengutip hadits yang sangat terkenal. “Manfaatkan perawatan medis (berobatlah), karena Tuhan tidak menciptakan penyakit tanpa obatnya, dengan pengecualian terhadap satu penyakit –usia tua (pikun).” Hadits ini diriwayatkan Imam Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah.

Hampir sekujur artikel Dr Craig, bercerita tentang Sang Nabi dan sabdanya yang sangat diperlukan umat manusia, hari-hari ini.

Dan, yang menurutnya merupakan salah satu poin terpenting, Nabi mengajar bagaimana menyeimbangkan iman dan akal.

Respons Dunia Menghadapi COVID-19

Virus Corona di Italia Semakin Parah, Korban Meninggal 1 April Tembus 837 Orang Sehari
Net/ilustrasi.

Prof. Craig kemudian mengajak kita melihat respons umat beragama, beberapa pekan terakhir. Sebagian orang, tulisnya, bergerak terlalu jauh, dengan menyarankan bahwa Berdo’a akan lebih baik dan akan menjauhkan dari coronavirus, ketimbang mematuhi aturan dasar tentang Sosila Distancing dan Karantina.

Craig pun mereka-reka, kira-kira apa tanggapan Nabi terhadap pendapat seperti itu.
Dan, Craig menjawabnya dengan menukil sebuah kisah unta orang Badui, dalam hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi. “Pertimbangkan kisah berikut.

Suatu hari, Nabi Muhammad melihat seorang lelaki Badui meninggalkan untanya tanpa mengikatnya. Dia (Nabi Muhammad) bertanya kepada orang Badui tersebut, ‘Mengapa tidak engkau ikat untamu?’ Orang Badui itu menjawab, ‘Aku menaruh kepercayaan (tawakal) kepada Tuhan.

‘Sang Nabi pun kemudian bersabda, ‘Ikat dulu untamu, baru kemudian tawakkal/percayakan kepercayaanmu kepada Tuhan’.”
(Artikel disertai foto Masjidil Haram yang sekitarnya tampak putih karena kosong tanpa Umroh. Yang sementara ditutup oleh Kerajaan Arab Saudi).

Lockdown Era Khalifah Umar Bin Khattab

Situasi lockdown zaman nabi, juga diterapkan oleh Umar bin Khattab ketika mengunjungi Syam. Cerita ini dikisahkan dalam buku Biografi Umar bin Khattab karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi.

Pada tahun 18 Hijriyah bertepatan dengan Abad ke-7 Masehi, sekitar tahun 632M, suatu hari Khalifah Umar bin Khattab bersama sabahat-sahabatnya melakukan perjalanan menuju Syam (suatu wilayah diantara 4 Negara yakni Syria, Jordania, Lebanon dan Palestina), tanah kelahiran agama samawi Yahudi, Nasrani dan Islam.

Sebelum memasuki Syam, di perbatasan mereka mendengar sebuah kabar tentang wabah penyakit kulit yang menjangkiti wilayah tersebut. Penyakit kulit ini dinamai Wabah Tha’un Amwas. Penyakit menular yang menyebabkan benjolan di seluruh tubuh. Benjolan yang terus tumbuh hingga pecah, membuat penderita mengalami pendarahan hingga kematian.

Gubernur Syam, Abu Ubaidah bin Al Jarrah, datang menemui rombongan Khalifah Umar di perbatasan. Terjadi percakapan yang mengarah keras di antara para sahabat ketika Umar minta pendapat. Tiba-tiba datang Abdurrahman bin Auf, mengingatkan kejadian yang sama dimasa Nabi dan mendengar bersabda : yaitu “Jika engkau mendengar wabah melanda suatu negeri, jangan memasukinya; tetapi jika wabah itu menyebar di suatu tempat sedang engkau berada di dalamnya, jangan tinggalkan tempat itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Akhirnya mereka bersepakat untuk mengikuti Hadits Nabi, untuk tidak masuk ke daerah Syam yang sedang mengalami wabah, dan kembali pulang ke Madinah.

Negeri Syam Diberlakukan lockdown walaupun terlambat. Satu persatu sahabat Umar meninggal saat wabah, Tercatat sekitar 20 ribu orang yang wafat karena wabah. Jumlahnya hampir separuh dari penduduk Syam, termasuk di dalamnya Abu Ubaidah, seorang sahabat yang paling disayangi Nabi, namun memilih tetap bersama rakyatnya.

Posisi Gubernur kemudian digantikan oleh Amr bin Ash, Sahabat Umar. Amr bin Ash memerintahkan kepada penduduk Syam untuk saling berjaga jarak, agar tidak tidak saling menularkan penyakit, dan berpencar dengan menempatkan diri di gunung-gunung. Penularan penyakit kusta pun dapat diredam, dan Syam kembali normal.

Profesor Craig menutup artikelnya dengan tulisan “Nabi Muhammad mendorong orang untuk mencari bimbingan dalam agama mereka, tetapi dia berharap mereka mengambil langkah-langkah pencegahan dasar untuk stabilitas, keamanan dan kesejahteraan semua orang,” tutur Craig Considine. “Dengan kata lain, Sang Nabi berharap orang akan menggunakan akal sehat mereka,”

Global dan Indonesia

Meninggal Jalani Tugas Saat Covid-19, ASN Dapat Status Tewas dan Anumerta
Ilustrasi

Hari ini Infografis WHO pada 6 April 2020 jam 14.56 GMT (21.56 WIB) mencatat jumlah kasus terdampak Virus Covid sebanyak 1.290.844 orang, yang terkonfirmasi/kasus aktif 948,076 orang dengan kematian sebanyak 70.650 (7,5 %) dan sembuh 272.118 (28,7 %).
Sedangkan Indonesia 2.491 kasus (bertambah hari ini 218 orang), terkonfirmasi 2.091, meninggal 209 (9,99%) (bertambah 11 orang hari ini) dan sembuh 192 orang (9,2 %).

Sekalipun pertambahan kasus baru masih tinggi, kematian juga masih tinggi dibanding Angka kematian global, namun ada yang sedikit melegakan bahwa pertambahan Angka kesembuhan meningkat.

Waspadai COVID-19

Covid-19 harus diwaspadai dengan konsentrasi penuh. Lihat efeknya, walau angka kematiannya rendah, tetapi jumlah orang terinfeksi dalam waktu 3 bulan sudah lebih 1,2 juta dengan kematian lebih 70.000 orang, menjangkau lebih 200 negara yang berada diseluruh benua. Ini Pandemi luar biasa cepat, sekalipun manusia yang menjadi carrier (pembawa) dan host (tempat menginfeksi).

Negara superpower seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Russia, Perancis, China, Jepang, India, semua bagai tak berdaya. Mereka punya tehnologi dan kekuatan militer yang tak diragukan, tapi tak dapat digunakan. Mereka punya tehnolog kedokteran yang canggih, tapi tak mampu menguasai dan mengendalikan.
Semua bagai lumpuh bahkan menuju kepanikan massal.
Rasanya tidak ada satupun negara yang santai saat ini.

Menunggu dan Berdoa sudah dialami Eropah saat Wabah tahun 1347-1353, mereka bingung tidak tahu mencegahnya, saling berbantah, dan akhirnya hanya berdoa. Tercatat lebih 100.000.000 kematian. Peristiwa itu dikenal sebagai wabah Black Death.

Menanti Harapan

Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada 31 Maret 2020 diikuti dengan kebijakan tehnis Permenkes No.9 Tahun 2020 tertanggal 3 April 2020 tentang Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), maka diharapkan ini menjadi Solusi Signifikan terhadap pencegahan Virus Covid-19 di Indonesia.

Namun harapan ini sepertinya belum akan terwujud dalam waktu cepat, seperti apa yang penulis dengar dalam dialog yang diberitakan oleh RRI Pro3FM senin sore tadi, banyak pakar kesehatan masyarakat dan anggota Komisi IX DPRRI yang membawahi bidang kesehatan meragukan efektifitas Permenkes No.9 Tahun 2020.

Alasan Keraguannya karena Permenkes tersebut mempersyaratkan Persetujuan penetapan atas Usul Daerah (Provinsi, Kabupaten dan Kota) harus memenuhi sejumlah persyaratan yang banyak dan berlapis, disamping adanya analisa dampak penerapan PSBB oleh pakar di Daerah. Menurut komentar yang terdengar, tidak semua bahkan sedikit mungkin Daerah yang punya kemampuan memenuhi persyaratan tersebut. Inilah Sandungan utama dari kebijakan Menkes tersebut.

Lantas, bagaimana nasib upaya penghentian penyebaran Virus Covid-19 di Indonesia, yang rata-rata setiap hari bertambah dan meningkat, Sementara kajian BIN memprediksi kasus terpapar akan mencapai diatas 105.000 pada Juli 2020, dengan keakurasian 99 %.

Beberapa Negara yang Menerapkan Kebijakan Ala Sabda Nabi Muhammad dan Khalifah Umar

Mari kita melihat infografis WHO, hari ini. Turki dengan 27.069 kasus, meninggal 574 (tidak ada pertambahan kasus dan tidak ada kematian), Israel yang bekerjasama dengan Palestina 8.611 kasus, 56 kematian. Cheznia 4.591 kasus, 72 kematian. Malaysia 3.793 kasus 62 kematian, Pakistan 3.658 kasus 52 kematian, Saudi Arabia 2.523 kasus 38 kematian, Uni Emirat Arab 2.076 kasus 11 kematian, Qatar 1.604 kasus dengan 4 kematian. Termasuk tetangga kita Singapore 1.375 kasus dengan 6 kematian dan Australia 5.795 dengan 41 kematian serta Thailand 2.220 kasus dengan 26 kematian.

Masih ingat kita dengan gegerannya Malaysia, Singapore dan Australia menghempang masuknya virus Covid-19, saat mana kita masih santai?.
Pengecualian adalah Iran, yang “membandel” melakukan pertemuan keagamaan akbar di kota Qom sehingga terjadi 60.500 kasus dengan kematian 3.739 orang.

Penulis : Dr. Abidinsyah Siregar (Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/Alumnus Public Health Management Disaster, Thailand/Ketua Bidang PP ICMI/Ketua Orbinda IKAL Lemhannas)

- Advertisement -

Berita Terkini