Ekonomi Global Dihantui Resesi dan Mulai Tebar Ancaman ke Petani Sawit

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Kekuatiran resesi ekonomi global khususnya di Negara besar belakangan ini telah memicu kekuatiran adanya perlambatan kinerja ekonomi kedepan.

“Kekuatiran tersebut telah memicu ekspektasi kemungkinan konsumsi BBM yang lebih rendah, sehingga haga minyak mentah dunia belakangan ini mengalami penurunan. Harga minyak mentah dunia turun di kisaran $86 per barel dari posisi sebelumnya dikisaran $100-an per barel,” jelas Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Rabu (14/9/2022).

Sementara itu, lanjutnya, belakangan ini harga CPO juga mengalami penurunan harga yang cukup tajam. Resesi mengindikasikan adanya ancaman penurunan konsumsi minyak sawit global yang turut menekan harga CPO nantinya.

“Ditambah lagi kebijakan China yang memberlakukan zero covid dan melockdown sejumlah wilayahnya turut menekan konsumsi CPO,” ujarnya.

Saat ini, jelas Benjamin, harga CPO ditransaksikan dikisaran 3.898 ringgit per ton. Atau mengalami penurunan dari kisaran harga 4.100 ringgit per ton di akhir agustus 2022.

“Hanya saja saat ini, ancaman resesi kian terlihat seiring dengan laju tekanan inflasi di banyak Negara yang terus mengalami kenaikan. Bahkan sejumlah Negara besar secara teknikal dinilai sudah masuk dalam jurang resesi dan inflasi yang tinggi,” tambahnya.

Sejauh ini, sambungnya, memang Negara tujuan ekspor CPO kita itu ada di beberapa Negara besar seperti china, dan india belum terjerumus dalam jurang resesi.

“Akan tetapi sejumlah Negara lain seperti AS, Eropa ini inflasinya sangat tinggi, dan pertumbuhan ekonominya terus mengalami tekanan,” tambahnya.

Lebih lanjut, kata Benjamin, diluar itu masih banyak Negara yang berpeluang untuk terjebak dalam resesi yang bisa saja resesi ini meluas ke Negara lainnya. Kita perlu mengkuatirkan bagaimana nasib petani sawit, maupun laju pertumbuhan ekonomi Sumut kedepan.

“Dimana harga CPO dunia yang belakangan ini mengalami penurunan, berpeluang berlanjut jika nantinya dunia dilanda resesi yang berkepanjangan,” sambungnya.

Menurutnya, dengan penurunan harga CPO memang produk turunan dari minyak kelapa sawit bisa saja mengalami penurunan harga. Katakanlah minyak goreng, margarine, sabun serta sejumlah produk lainnya.

“Akan tetapi bagaimana Sumut harus berhadapan dengan ancaman resesi tersebut nantinya. Mengingat ancaman resesi ini akan menekan harga sawit di semua level termasuk petani,” ujarnya.

Masih terlalu dini memang, lanjutnya, jika kita menyimpulkan bahwa harga CPO akan turun dan bisa bertahan rendah nantinya. Tetapi yang perlu diwaspadai adalah ancaman melambatnya pertumbuhan ekonomi global bisa menekan harga sawit.

“Program intensifikasi penggunaan bio diesel bisa dilakukan, atau mendorong konsumsi CPO domestic juga bisa dilakukan. Tetapi rentang waktu terjadinya resesi ini bisa terjadi di tahun depan,” pungkasnya.

Dikatakannya, butuh upaya lain untuk dijadikan bumper seperti belanja pemerintah yang bisa digenjot, menggantikan penurunan kinerja ekonomi akibat harga sawit anjlok.

“Kita harus bersiap dengan kemungkinan scenario terburuk yang mungkin akan kita hadapi ditengah ancaman resesi saat ini,” pungkasnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini