Masih Dibayangi Sentimen Negatif, Pelaku Pasar Sebaiknya Waspada

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Dalam sepekan kedepan, pelaku pasar pertama kalau akan disuguhkan data laju tekanan inflasi Indonesia. Dimana sejauh ini data tersebut diperkriakan masih akan menggambarkan adanya inflasi di tanah air.

“Data inflasi secara tahunan Indonesia diperkirakan akan menembus 4.8%. Dan data tersebut yang menjadi penggerak pasar di awal pekan ini,” kata Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan Sumatera Utara, Minggu (31/7/2022).

Hanya saja, lanjutnya, besar kemungkinan pasar tidak akan begitu terpengaruh dengan realisasi data tersebut. Karena sejauh ini Rupiah justru mampu bergerak menguat dan terus mencoba menjauh dari level 15 ribu per US Dolar.

“Yang menjadi fokus perhatian pasar di pekan ini adalah realisasi data ketenaga kerjaan di AS maupun data tingkat pengangguran di AS,” kata Benjamin.

Dijelaskannya, karena sejauh ini Presiden, Menteri Keuangan hingga Gubernur Bank Sentral di AS menyangkal bahwa AS tidak akan masuk dalam jurang resesi.

“Meksipun data pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal kedua jelas merealisasikan pertumbuhan negatif. Sangkalan tersebut juga menjadi salah satu yang membuat pasar berkinerja positif belakangan ini,” ujarnya.

Lebih lanjut Benjamin mengatakan, sehingga untuk kinerja pasar keuangan global saya pikir masih akan bimbang untuk bergerak ke suatu arah tertentu.

“Namun pelaku pasar sendiri akan meningkatkan kewaspadaan, karena pada dasarnya data data ekonomi baik yang akan di rilis dalam sepakan kedepan serta sentimen di pekan lalu pada dasarnya akan membebani kinerja pasar keuangan,” tambahnya.

Kalau berbicara teknikal, lanjut Benjamin, IHSG sendiri terlihat sulit untuk bertahan di atas level psikologis 7000. Dan guncangan sedikit saja pada IHSG bisa memicu kepanikan yang lebih besar nantinya. Sementara untuk rupiah sendiri, saya melihat masih akan mampu bertahan di bawah 15 ribu per US Dolar.

“Saya melihat pelaku pasar akan lebih meningkatkan kewaspadaan selama perdagangan sepekan kedepan. Ditambah lagi tensi geopolitik belakangan ini juga kembali memanas. Khususnya terkait hubungan antara China, Taiwan dan Amerika Serikat. Ini bisa menyulut tekanan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya,” pungkas Benjamin. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini