FKM UIN-SU Lakukan Kuliah Pakar Kesehatan Lingkungan : Climate Change Water And Health Impact

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Peminatan Kesehatan Lingkungan (Kesling) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UIN Sumatera Utara (UIN-SU) Medan telah melakukan Kuliah Pakar pada Jum’at (03/06/2022) dalam jaringan (Daring) melalui Zoom Meeting dimulai pada jam 09.00 WIB-Selesai.

Kuliah Pakar ini dilakukan secara rutin setiap tahunnya. Tahun 2022 ini peminatan Kesehatan Lingkungan FKM UIN-SU mengambil tema Climate Change Water And Health Impact.

Kuliah Pakar ini yang mendaftar sebanyak 310 orang sampai tanggal 2 Juni 2022. Webinar Kuliah Pakar ini diikuti dari berbagai Universitas yang ada di Indonesia, ada dari UIN Riau, IAIN Langsa dan berbagai fakultas lainnya.

Webinar Kuliah Pakar ini diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars UIN-SU, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Ayat Suci Al-Quran oleh Mahasiswa FKM UIN-SU Peminatan Kesehatan Lingkungan, Muhammad Daffa Ash-Shiddiq.

FKM UIN-SU Lakukan Kuliah Pakar Kesehatan Lingkungan
Dekan FKM UIN-SU, Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd (Foto: dok istimewa)

Acara dibuka oleh Dekan FKM UIN-SU, Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd, dalam sambutannya Dekan menyampaikan kuliah pakar ini sangat penting untuk kita memahami tentang keadaan lingkungan akibat rumah kaca di bumi kita ini.

Pemateri Kuliah Pakar Ibu Azyyati Ridha Alfian, SKM., M.K.M beliau sebagai Dosen FKM UNAND di Sumatera Barat Bidang Ilmu K3KL (Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan) Pemateri menjelaskan tentang perubahan iklim dan keadaan suhu bumi. Hal ini sebenarnya pernah terjadi di masa Firaun, sekian ribu tahun yang lalu.

Dipaparkannya, dalam surat Al-A’raf ayat 130, Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Firaun dan) kaumnya dengan musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.”

FKM UIN-SU Lakukan Kuliah Pakar Kesehatan Lingkungan
Tangkapan layar (dok istimewa)

Dalam materinya beliau juga menjelaskan tentang emisi gas rumah kaca bertindak seperti selimut. Yang membungkus bumi, menjebak panas matahri dan menaikkan suhu. Ex : karbon dioksida dan metana. Masalah lingkungan yang terjadi akibat rumah kaca : letusan gunung berapi, konversi hutan ke lahan terbangun, penggunaan bahan bakar fosil, pembakaran hutan, memelihara ternak ruminansia (sapid an domba), membuang limbah padat dan cair di tempat pembuangan akhir, kebocoran gas.

Pemateri juga menjelaskan Mitigasi Perubahan Iklim Efek Rumah Kaca. “Peran pemerintah dan actor lainnya, termasuk sektor swasta, harus bermain dalam pengelolaan air untuk mencapai masa depan rendah karbon yang berkelanjutan diakui dalam SDGs,” tambahnya.

Lanjutnya, Nature-based solutions; melestarikan atau memulihkan lahan basah, reboisasi pantai atau memulihkan lahan basah, reboisasi pantai hutan bakau dan melestarikan dataran banjir, lahan gambut, tanah bakau. Technology-driven climate change; Increasing the energy efficiency and production of renewable energy and recovery.

“Ketika suhu meningkat, evaporasi juga meningkat, cuaca ekstrim membuat siklus hidrolog, evaporasi yang jangka panjang sangat mempengaruhi jumlah air,” sebut ibu Azyyati selaku pemateri. (red)

 

- Advertisement -

Berita Terkini