Harga Murah Namun Pembeli Juga Sepi, Dinamika Pasar yang Tidak Biasa di Bulan Ramadan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Dari keluhan sejumlah pedagang di 5 pasar tradisional di kota Medan, dan beberapa pedagang di deli serdang termasuk kedai “sampah”.

“Banyak yang mengeluhkan bahwa sekalipun harga sejumlah kebutuhan pangan masyarakat bergerak turun, akan tetapi dibarengi dengan sepinya pembeli. Sepi disini dalam konteks volume atau kuantitas barang yang dibeli,” kata Pengamat Ekonomo Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Kamis (6/3/2023).

Sementara itu, lanjutnya, observasi yang saya lakukan pada bulan November dan Desember ke petani. Banyak petani khususnya petani cabai yang mulai bercocok tanam dengan menaruh harapan akan ada kenaikan harga, karena permintaan tinggi di bulan Ramadan hingga Idul Fitri.

“Pola tanam serentak seperti itu telah memicu terjadinya peningkatan stok yang membuat cabai dijual di kisaran 18 ribu per Kg,” ujarnya.

Padahal, kata Benjamin, idealnya harga yang bisa mengcover biaya tanam dan memberikan keuntungan bagi petani cabai adalah 25 ribu lebih di tingkat pedagang pengecer.

“Jadi harga cabai sekarang ini benar-benar merugikan petani, karena bisa saja petani mendapatkan harga 10 ribu atau dibawahnya pada saat ini. Kerugian yang sama juga dialami oleh peternak ayam,” tambahnya.

Menurut Benjamin, berdasarkan hasil hitungan saya di tahun 2020 saja, harga pokok produksi ayam itu ada di kisaran 16 ke 17 ribu per Kg ayam hidup. Sementara harga ayam hidup di pasar tradisional di Medan dan sekitarnya dijual dalam rentang 14 hingga 15 ribu per Kg nya hari ini.

“Dan bandingkan dengan harga pokok produksi saat ini yang berada di kisaran 21 ribu per Kg, jelas peternak sangat dirugikan dengan harga tersebut,” kata Benjamin.

Dikatakan Benjamin, sejumlah pedagang juga mengatakan bahwa harga sayur-sayuran di Ramadan ini tidak mengalami lompatan harga seperti yang terjadi sebelumnya.

“Sehingga saya berkesimpulan bahwa penurunan harga saat ini lebih dikarenakan stok barang yang memang dirancang banyak sedari awal, untuk mengantisipasi lonjakan permintaan selama Ramadan,” kata Benjamin.

Lebih jauh dikatakan Benjamin, langkah yang diambil petani atau peternak itu pada dasarnya merupakan hal yang biasa dilakukan. Terlebih memang selalu terjadi lonjakan konsumsi disaat terjadi perayaan keagamaan besar. Namun saya menilai petani maupun peternak salah perhitungan, karena saat ini masyarakat cenderung mengerem belanjanya.

“Sehingga banyak bahan pangan seperti cabai, bawang, sayur-sayuran, daging dan telur ayam yang mengalami tren penurunan harga belakangan ini. Jadi nanti akan ada pengaturan ulang produksi dan stok (balancing) yang dilakukan oleh petani atau peternak. Sehingga harga akan kembali digiring sesuai dengan harga keekonomiannya,” pungkasnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini