Dipicu Mau Bakar Ban Ditengah Jalan, Aksi SOMASU Nyaris Bentrok dengan Polisi

Dipicu Mau Bakar Ban Ditengah Jalan, Aksi SOMASU Nyaris Bentrok dengan Polis
Foto: Yogoy; Massa Somasu Berunjuk Rasa di depan Bundaran Majestyk, Rabu (5/4/2017)

Laporan: Putra

MudaNews.com, Medan (Sumut) – Dipicu karena ingin melakukan aksi bakar ban di tengah jalan. Seratusan massa Solidaritas Mahasiswa Sumatera (SOMASU) Utara, yang menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Majestyk, Jalan Gatot Subroto, nyaris bentrok dengan aparat kepolisian yang melakukan pengawalan, Rabu (5/4) sore.

Melihat massa aksi hendak membakar ban bekas, sejumlah aparat kepolisian yang mengawal aksi, langsung menerobos masuk kedalam barisan massa dan mencoba menarik ban yang hendak dibakar massa. Tindakan itu mendapat perlawanan dari massa aksi. Tak pelak aksi saling dorong pun tak dapat dihindarkan.

 

“Ku tandai kau yah,” kata seorang petugas sembari menunjuk seorang massa berambut gondrong.

Dipicu Mau Bakar Ban Ditengah Jalan, Aksi SOMASU Nyaris Bentrok dengan Polisi
Foto: Yogoy; Massa Somasu Berunjuk Rasa di depan Bundaran Majestyk, Rabu (5/4/2017)

Namun kericuhan tak berlangsung lama. Koordinator lapangan langsung menenangkan massa. Pihak kepolisian juga mulai menarik diri setelah bernegosiasi dengan pendemo. Massa mengurungkan niat untuk membakar ban itu. Aksi pun dilanjutkan dengan berorasi.

Dalam aksinya, para mahasiswa ini menyampaikan beberapa tuntutan. Diantaranya adalah penolakan terhadap kebijakan kampus yang dianggap tak berpihak kepada mereka. Belum lagi, kampus yang mereka anggap mulai mengekang kebebasan dalam berekspresi dan menyampaikan kritik.
“Kami minta pihak kampus tidak mengusik kebebasan berorganisasi di dalam Kampus,” kata Koordinator Aksi Ikhsan Simatupang kepada awak media.

Menurut SOMASU, pendidikan sejatinya untuk memanusiakan manusia. Namun nyatanya, saat ini dunia pendidikan sudah jauh dari itu.

“Oleh sebeb itu, kami mau kampus itu tidak mengekang kegiatan mahasiswanya, seperti kebijakan jam malam. Dibeberapa kampus itu adalah bentuk pengekangan kebebasan kritis mahasiswa,” ucapnya.

Sementara itu, Putra, massa dari organisasi HMI mengatakan, pemerintah juga terkesan tutup mata atas kondisi ini. Belum lagi liberalisasi pendidikan dan komersialisasi pendidikan yang semakin mencekik mahasiswa. Bahkan beberapa kampus, menurut Putra sudah menaikkan uang kuliah melalui sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT).

“Kita minta sistem itu dicabut, karena membuat orang miskin tidak bisa kuliah karena tingginya uang kuliah,” kata Putra.

Puas berorasi di Bundaran Majestyk, massa melanjutkan aksi dengan pawai ke arah titik nol Kota Medan, tepatnya di depan Tugu Pos. Disana mereka kembali berorasi. Selang beberapa saat, mereka langsung membubarkan diri.[rd]