Adaptasi Kehidupan Baru (45), Saatnya Kaum Muda Terdepan Cegah COVID-19

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Jumlah kasus terinfeksi Covid-19 Dunia telah mencapai lebih 20 juta, dengan kematian 748.003 orang (3,6 %), Sembuh 13.510.711 orang (65,5 %).

Indonesia diposisi ke 23 dari 215 Negara dengan jumlah kasus positif 130.718 orang, kematian sebanyak 5.903 orang (4,5 %) dan sembuh sebanyak 85.798 orang (65,6 %).
Tampak KESEMBUHAN Indonesia sudah melampaui angka kesembuhan dunia.

Tentu apresiasi kepada seluruh Tenaga Kesehatan dan Manajemen Rumah Sakit yang telah bekerja keras, sekalipun kesedihan yang mendalam tidak dapat kita sembunyikan karena banyaknya tenaga kesehatan yang gugur dalam pengabdiannya menolong kasus COVID-19, terpapar virus COVID-19 dan dikebumikan dengan prosedur tidak diantar keluarga.

Muda Terinfeksi, Tua yang Mati

DR. Trihono, mantan Kabalitbangkes Kemenkes pada suatu kesempatan webinar kerjasama Kanal-kesehatan.com dan BKKBN, mengungkapkan persentase kasus dan kematian pada kelompok usia muda dan usia tua.

Terlihat kasus lebih banyak menyerang kaum usia muda, seperti kelompok usia 6-18 tahun (6,7%), usia 19-30 tahun (23,4 %) dan usia 31-45 tahun (31,4 %). Total kasus pada kelompok usia 6-45 tahun jumlah kasus meliputi 61,5 %.

Sedangkan pada usia diatas 45 tahun yaitu kelompok usia 46-59 tahun sebesar 24,7 % dan usia diatas 60 tahun sebesar 11,5 %, sehingga total kasus di atas usia 46 tahun sebesar 36,2 %.

Sebaliknya berbeda pada kematian. Kematian pada kelompok usia muda 6-18 tahun adalah 1,2 %, usia 19-30 tahun sebesar 5,0 % dan usia 30-45 tahun 15,4 %. Total kematian pada kelompok usia 6-45 tahun sejumlah 21,6 %.

Sedangkan kematian pada usia 46-59 tahun 38,6 % dan diatas 60 tahun sebanyak 38,9 %, sehingga total persentase kematian pada usia di atas 46 tahun sebanyak 77,5 %.

Tampak kontras perbedaan persentase kelompok terpapar COVID-19 diusia 6-45 tahun sebanyak 61,5 % dan usia di atas 46 tahun sebanyak 36,2 %.

Sedangkan kematian pada usia 6-45 tahun sebanyak 21,6 % dan kematian di atas usia 46 tahun sebanyak 77,5 %.

Mudah dibaca dan dipahami, mengapa yang usia tua (pra-lansia dan lansia) yang lebih banyak di rumah dan nyaris tanpa aktivitas diluar rumah, justru paling banyak mengalami kematian.

Sementara yang muda paling banyak terinfeksi dan sedikit kematian.

Ditengarai kaum usia muda, mulai dari usia sekolah (diatas 6 tahun), remaja, pemuda dan dewasa muda (dibawah 45 tahun) menjadi “penular” yang efektif membawa Virus COVID-19 dari luar rumah masuk kedalam rumah dan menularkan kepada ayah, ibu dan kakek/nenek/eyang/opa/oma/ompung nya.

Dalam proses penularan, banyak variasi penular. Bisa sebagai carrier dimana “sang usia muda” sudah terinfeksi tetapi tidak menyadari karena tanpa gejala (OTG), bisa pula hanya “ketempel” virus pada tubuhnya atau pakaian dan barang-barangnya yang kemudian menyebar didalam rumah karena saat masuk rumah tidak menjalankan Protokol Kesehatan.

Adakah Kematian karena COVID-19 ?

Semua kematian berhubungan dengan penyakit penyerta yang sudah ada pada kasus.

Virus COVID-19 yang menyerang paru, menyebabkan paru fibrosis, dimana karena infeksi virus, paru menjadi luka dan terbentuk parut, sehingga paru menjadi jaringan parut yang akibatnya kehilangan elastisitas untuk menampung udara pernafasan sebagai Oksigen yang dibutuhkan organ dan jaringan tubuh melalui darah yang disalurkan lewat denyut jantung keseluruh tubuh.

Penyakit penyerta terbanyak sebagai penyebab kematian kasus Covid-19 adalah Hipertensi (13,2 %), Diabetes (11,7 %), Penyakit Jantung (7,6 %), Penyakit Paru Kronis (3,1 %), Gangguan Nafas/Asma (2,4 %), dan lain-lain termasuk TBC (0,5 %).

Jadi kematian terjadi karena Fibrosis paru yang disertai Penyakit Komorbiditas.
Data lebih terperinci sulit dipastikan karena kasus mati tidak dilakukan pemeriksaan forensik.

Hari Pemuda Internasional 2020

Melihat korelasi kasus positif antara “Kaum Muda” (usia 6-45 tahun) yang terinfeksi virus COVID-19 sebanyak 61,5 %, sedangkan “Kaum Tua” ( diatas 46 tahun) sebanyak 36,2 %.

Dan persentase kematian pada Kaum muda (usia 6-45 tahun) sebanyak 21,6 %. Sedangkan Kaum Tua (Usia diatas 46 tahun) sebanyak 77,5 %.

Tentu ada pesan penting kepada kaum muda.

Bertepatan 12 Agustus, Dunia memperingati untuk ke 11 kali International Youth Day, yang oleh Perserikatan Bangsa Bangsa tahun 2020 diberi thema “Youth Enggagement for Global Action” yang padanannya “Keterlibatan Pemuda untuk Aksi Global”.

Tema ini diangkat PBB untuk meningkatkan kesadaran hukum dunia pada kaum muda dan mendorong kaum muda untuk terlibat ditingkat Lokal, Nasional dan ditingkat Global.

Indonesia yang sedang menikmati Bonus Demografi dengan melimpahnya kaum usia produktif (15-65 tahun) sehingga terasa laju pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2010 dan berdampak peningkatan pendapatan perkapita, diikuti dengan penurunan jumlah penduduk miskin.

Apa yang Harus Dilakukan Kaum Muda

Pandemi COVID-19 membuat keadaan berubah drastis.

Pertumbuhan ekonomi setiap Negara cendrung stagnan, menurun dan bahkan banyak yang terjun minus 2 digit.

Diikuti pula dengan pertambahan angka pengangguran dan jumlah penduduk jatuh miskin.

Kondisi ini membuat hampir semua Indikator kesehatan dan kesejahteraan menurun.

Perlu kesadaran nasional, Gerakan Nasional untuk menghentikan penularan virus COVID-19.

Melihat pola Sakit-Mati diatas, dapat disimpulkan sementara “Jika Remaja dan Pemuda Disiplin menjalankan Protokol Kesehatan, maka rantai penularan dan kematian bisa dihentikan”.

Artinya Peran Pemuda menentukan.

Pemuda menjadi Kunci pemulihan dan sekaligus jaminan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Komordibitas dan Rokok

Menarik topik Video Meeting yang diselenggarakan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dengan topik “Upaya Efektif Melindungi Remaja Menjadi Perokok”.

Selain mendengar pembicara Bappenas, Kapusjak Pendapatan Negara, PEBS FEB UI, dan Bu Sumaryati Arjoso (PP IAKMI), juga ada kesaksian kaum muda oleh Julio Adam Pratama (Pemenang Kompetisi Visual Global STOP 2020).

Ternyata Komorbiditas, atau penyakit penyerta penyebab terbanyak kematian pada kasus terinfeksi COVID-19 seperti Hipertensi, Penyakit Jantung, Diabetes, Penyakit Paru dan Gangguan Pernafasan, yang terbesar berhubungan dengan Merokok dan Asap Rokok.

Menkes RI Ibu Prof.Nila Moeloek saat membuka Indonesian Conference on Tobacco on Health di Balai Kartini, Jakarta, 2017, mengatakan “Lebih dari sepertiga atau 36,3 % penduduk Indonesia menjadi perokok. Bahkan 20 % remaja usia 13-15 tahun adalah perokok.

Kebiasaan merokok di Indonesia telah membunuh 235.000 jiwa setiap tahun.

Bandingkan dengan kematian karena virus CCOVID-19 hingga awal Agustus sekitar 5.000 jiwa (2,1 % dari kematian akibat Rokok).

Rokok merupakan faktor risiko penyakit yang paling besar kontribusi dibanding faktor lainnya.

Dua problem besar yaitu aspek Kesehatan dan aspek Ekonomi terkonfirmasi berhubungan dengan Rokok dalam penanggulangan COVID-19.

Aspek Kesehatan terhubung dengan kematian kasus terinfeksi virus COVID-19 yang penyebab kematiannya karena Komorbiditas.

Sementara itu, rendahnya Imunitas kasus berhubungan dengan rendahnya daya tahan ekonomi karena besarnya pengeluaran akibat rokok yang menurut Umi Fahmida (Peneliti Utama SEAMEO-RECFON, Jakarta, 2019) “belanja rokok di Indonesia menjadi pengeluaran terbesar ketiga dalam rumah tangga (12,4 %) yang setara dengan jumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli sayuran (8,1 %) dan telur & susu (4,3%)”
Itu sumber gizi atau peningkat imunitas bagi keluarga.

Harapan pada Komite Pimpinan Pak Airlangga

Seiring dengan Pembentukan Komite Nasional Pemulihan Ekonomi dan Penanggulangan COVID-19 oleh Bapak Presiden yang dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, maka sejalan dengan Hari Pemuda Internasional tahun ini yang diwarnai musibah pandemi COVID-19, maka menyikapi aspirasi kaum muda dan kaum tua untuk menegakkan hak hukum untuk mendapat udara segar dan paru-paru sehat adalah hal yang mulia.

Hak hukum publik untuk menegakkan peraturan batas usia merokok (yang di kotak bungkus rokok tertulis +18), penyediaan ruang khusus merokok, pelarangan penjualan batangan rokok, serta mengawasi batas kadar nikotin, dipastikan akan meningkatkan kualitas kesehatan dan imunitas anak Bangsa.

Langkah diatas akan menekan pengeluaran/belanja kesehatan dengan sangat bermakna sekaligus pemulihan ekonomi karena peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

Penulis tahun 2010 seminggu studilapangan Promosi Kesehatan di Nairobi (Kenya), nyaris tidak bertemu orang merokok ditempat umum. Karena penasaran penulis coba telusuri. Penjualan bebas. Tapi jawaban mereka mengejutkan “kami miskin tapi kami masih punya udara bersih milik bersama yang memberi kesehatan”. Luarbiasa.

Mendorong Kaum Muda/Pemuda hidup sehat, adalah upaya potensial Cegah COVID-19.

Kaum Muda, “Rencanakan Aksi Kerenmu” bunyi slogan BKKBN untuk HPI 2020.
Tidak merokok itu keren (Sehat, Hemat, Punya Prinsip, Idaman dan Bisa Diandalkan).

Selamat Hari Pemuda Internasional..

#International Youth Day 2020 “Rencanakan Aksi Kerenmu”

#Disiplin Merokok Cegah Covid-19

Oleh : Dr. Abidinsyah Siregar

Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/ Mantan Deputi BKKBN/ Mantan Komisioner KPHI/ Mantan Kepala Pusat Promkes Depkes RI/ Alumnus Public Health Management Disaster, WHO Searo, Thailand/ Mantan Ketua MN Kahmi/ Mantan Ketua PB IDI/ Ketua PP IPHI/ Ketua PP ICMI/ Ketua PP DMI/ Waketum DPP JBMI/ Ketua PP ASKLIN/ Penasehat BRINUS/ Penasehat Klub Gowes KOSEINDO/ Ketua IKAL FK USU/ Ketua PP KMA-PBS/ Ketua Orbinda PP IKAL Lemhannas.

- Advertisement -

Berita Terkini