Mata Uang Rupiah Sempat Melemah di Atas 15.200 per US Dolar dalam Pekan Ini

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Kinerja pasar keuangan pada hari ini khususnya bursa saham ditutup di zona hijau. Kinerja IHSG membaik seiring dengan penguatan sejumlah kinerja indeks bursa saham di Asia.

Hal itu dikatakan Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Rabu (12/7/2023).

Benjamin juga mengatakan penguatan kinerja bursa saham tertolong oleh membaiknya ekspektasi kinerja inflasi, dimana inflasi AS yang paling dinanti.

“Spekulasi perlambatan laju tekanan inflasi akan membuat ekspektasi pemulihan ekonomi di AS mencuat, meskipun pada dasarnya belum sepenuhnya aman dari ancaman resesi,” ujarnya.

Akan tetapi, kata Benjamin, setidaknya ekspektasi kenaikan bunga acuan tidak seburuk sebelumnya. Ini yang membuat kinerja pasar saham membaik di sejumlah Negara saat ini.

“Meski demikian IHSG masih berkonsolidasi di kisaran level 6.800, dimana IHSG pada hari ini ditutup naik 0.17% di level 6.808,21. Dan selama perdagangan di pekan ini, IHSG mengalami pemulihan,” jelas Benjamin.

Berbeda dengan kinerja IHSG, mata uang Rupiah justru berkinerja sebaliknya. Rupiah justru sempat melemah hingga mendekati 15.250 per US Dolarnya.

“Meskipun pada hari ini Rupiah mampu mengurangi kerugiaannya dengan ditransaksikan di kisaran harga 15.070 per US Dolar di sesi perdagangan sore. Tekanan rupiah terjadi karena US Dolar masih dalam tren penguatan seiring dengan ekspektassi kenaikan bunga acuan US Dolar di bulan ini,” tambahnya.

Benjamin mengungkapkan, Rupiah mendapat tekanan besar manakala The FED diproyeksikan menaikkan bunga acuan. Hal ini terjadi karena imbal hasil dengan memegang mata uang US Dolar menjadi lebih menarik dibandingkan dengan aset keuangan lainnya. “Dan tekanan pada mata uang Rupiah sejauh ini lebih dipengaruhi oleh sentiment eksternal,” kata Benjamin.

Menurut Benjamin, kalau berkaca pada kinerja ekspor tanah air yang menjadi salah satu penopang cadangan US Dolar atau devisa. Meskipun kinerja ekspor melambat belakangan ini, namun surplus neraca dagangnya masih mampu dipertahankan.

“Yang seharusnya tidak memberikan dampak negatif bagi mata uang rupiah. Jadi memang spekulasi kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS yang menjadi pemicu pelemahan rupiah saat ini,” sambungnya.

Di sisi lain, kata Benjamin, harga emas mampu melawan tekanan US Dolar dengan diperdagangkan sedikit membaik dikisaran $1.940 per ons troy nya.

“Ekspektasi laju inflasi yang melemah pada perekonomian AS membuat pelaku pasar meyakini bahwa kenaikan bunga acuan mungkin tetap terjadi, dengan agresifitas yang melemah. Jika dirupiahkan harga emas saat ini ditransaksikan di kisaran 943 ribu per gramnya,” kata Benjamin. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini