Pertumbuhan Ekonomi Sumut Diperkirakan Lebih Suram, Belanja rumah Tangga Bisa Jadi Andalan?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin mengatakan kinerja ekspor Sumut yang anjlok, ditambah dengan memburuknya kondisi ekonomi global khususnya mitra dagang sumut seperti China, Pakistan, AS dan Eropa akan memicu tekanan pada kinerja ekonomi Sumut.

“Sebelumnya saya memperkirakan bahwa ekonomi Sumut akan tumbuh dalam rentang 3.2% hingga 4% di tahun 2023 ini,” kata Benjamin di Medan Sumatera Utara, Selasa (13/6/2023).

Akan tetapi, kata Benjamin, kemungkinan skenario ekonomi Sumut tumbuh di rentang angka yang paling kecil atau bahkan dibawahnya cukup terbuka. Sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi Sumut saat ini lebih suram dibandingkan dengan proyeksi saya sebelumnya.

“Dari hasil pemantauan perkembangan dunia usaha, sejumlah lapangan usaha seperti sektor pertanian, industri pengolahan, dan pertambangan berpotensi terkoreksi di kuatrtal kedua (Q2) tahun ini,” ujarnya.

Benjamin mengatakan, sektor telekomunikasi dan perdagangan besar/eceran berpeluang mencatatkan pertumbuhan di Q2. Namun sayangnya angka pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan dengan kuartal yang sama di tahun lalu.

“Sejauh ini saya melihat bahwa produksi di banyak perusahaan dan pelaku UMKM turun di kuartal kedua ini. Dengan penurunan produksi tersebut, maka menurut harga konstan pertumbuhan ekonomi Sumut secara kuartalan (Q1 ke Q2) di semester 2 tahun ini akan tumbuh 0.7% hingga 1%,” jelas Benjamin.

Benjamin mengatakan, pertumbuhan kuartalan sebesar itu tidak akan cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi SUMUT ke angka 4% di tahun 2023.

“Ada 3 kuartal tersisa, dimana Sumut membutuhkan pertumbuhan setiap kuartal diatas 1.5%, agar PDRB tumbuh 4% di tahun ini. Akan tetapi mengharapkan pertumbuhan sebesar itu bukan hal yang mudah diwujudkan,” kata Benjamin.

Benjamin menambahkan, Sumut menghadapi tantangan perlambatan dan resesi ekonomi eksternal (negara lain). Harga komoditas Sumut tengah mengalami tekanan hebat.

“Produksi dari produk pertanian maupun peternakan dan perikanan berpeluang mengalami penurunan. Seiring dengan melambatnya ekspor, gangguan cuaca hingga pengurangan atau pengendalian pasokan,” kata Benjamin.

Lebuh lanjut dikatakan Benjamin kalau berbicara harga komoditas perkebunan, seperti sawit dan karet masih berpeluang turun dari posisinya saat ini. Ancaman ekonomi eksternal akan memberikan pukulan keras bagi ekonomi Sumut.

“Di sisi lain, sumbangsih terbesar (30%) pertumbuhan ekonomi Sumut dari kota Medan akan terpukul oleh melambatanya sektor jasa (hotel dan restoran), ditambah dengan perlambatan pada sektor manufaktur dan perdagangan,” kata Benjamin.

Menurutnya, Kinerja ekonomi di semester I ini akan menjadi pembuktian dan pengukur kinerja selanjutnya. Kuncinya ada di perdagangan, harga komoditas unggulan khususnya perkebunan, serta kinerja ekspor. Harga dan komoditas unggulan ini diproyeksikan akan memburuk meskipun bisa saja membaik nanti.

“Jadi harapannya ada di belanja rumah tangga yang tercermin dari perdagangan besar/eceran, dan sangat bergantung bagaimana peran pemerintah dalam menjaga daya beli seperti lewat program bansosnya,” pungkasnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini