Banyak yang Bangkrut Bank Daerah di Amerika Serikat, Bagaimana Nasib BPD di Indonesia ?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Kasus perbankan bangkrut di Amerika Serikat (AS) sampai saat ini memang belum usai. Bahkan banyak pihak yang memproyeksikan bahwa akan ada Bank lain yang mengikuti jejak sejumlah Bank BPD di AS yang telah bangkrut terlebih dahulu. Kebangkrutan BPD di AS tersebut memicu kekhawatiran bahwa jangan-jangan akan ada BPD di tanah air yang bernasib serupa.

Hal itu dikatakan Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Kamis (11/5/2023).

“Pertanyaan seperti ini kerap ditanyakan kepada saya belakangan ini. Padahal, jawabannya masih sama, yakni nasib BPD di tanah air tidak akan sama dengan BPD di AS. Kejatuhan silicon valley bank dan sejumlah Bank di AS lainnya memang hangat dibicarakan belakangan ini. Akan tetapi, masyarakat tidak lantas menyamakan bahwa BPD di sana dengan BPD di sini,” kata Benjamin.

Benjamin menjelaskan, kebangkrutan sejumlah Bank BPD di AS ini karena banyak memberikan pembiayaan ke perusahaan rintisan atau startup. Belakangan banyak perusahaan rintisan itu mengalami kebangkrutan. Sehingga memunculkan masalah bagi Bank yang memberikan pembiayaan ke perusahaan tersebut. Sehingga munculah kebangkrutan Bank itu sendiri.

“Nah kalau dikaitkan dengan pembiayaan keperusahaan rintisan. Bagaimana dengan BPD yang ada di tanah air? Saya sangat yakin pembiayaan BPD lebih banyak disalurkan dalam bentuk consumer loan, atau personal loan maupun bentuk sindikasi pembiayaan lainnya. Dan menurut perkiraan saya pinjaman yang disalurkan ke dalam bentuk pinjaman seperti itu oleh BPD lebih aman ketimbang bentuk pinjaman lain di tengah krisis perbankan yang melanda Amerika Serikat,” kata Benjamin.

Dia juga menambahkan, memang pada dasarnya bukan berarti tidak akan ada kredit macet. Yang namanya potensi tetap akan ada, tetapi kita harus memahami karakteristik pembiayaan serta debitur yang mendapatkan fasilitas dari BPD. Dimana yang menjadi debiturnya didominasi oleh ASN. Jadi kalau seandainya 60% hingga 70% pembiayaan disalurkan kepada para ASN, maka pembiayaan tersebut disituasi sekarang tetaplah aman. Jadi jelas sekali perbedaan antara BPD di tanah air dengan di AS.

“Dari pengalaman dan pengetahuan saya, BPD di tanah air ini masih menjadi surga atau tempat yang nyaman dalam menyimpan uang. Selama saya berkarir di dunia pasar modal, sejumlah manager investasi masih menyasar BPD di tanah air untuk menempatkan/menyimpan dananya. Nilainya juga tidak tanggung tanggung bisa mencapai triliunan,” ungkapnya.

Dikatakan Benjamin, BPD di mata para pengelola dana ini kerap mendapatkan kedudukan yang tinggi karena masuk dalam grade A. Bahkan, kedudukannya masih lebih baik jika dibandingkan dengan Bank swasta besar.

“Namun memang sebaiknya kita tetap harus berhati-hati dengan perkembangan industri perbankan di AS yang tengah bermasalah. Dan sudah sepatutnya kita melakukan mitigasi terhadap potensi risiko yang muncul dari kegagalan banyak bank di AS saat ini,” pungkasnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini