Kualitas Konsumsi Masyarakat Menurun, Penjualan Ayam Belum Pulih Sejak Pandemi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Industri perunggasan yang dimotori oleh sejumlah perusahaan besar menyatakan bahwa, di kuartal pertama tahun 2023 ini penjualan unggas (ayam) masih belum mampu mengimbangi penjualan periode yang sama sebelum masa pandemi Covid-19. Salah satu ungkapan tersebut disampaikan oleh Direktur Japfa Comfeed. Namun hal tersebut tidak bisa dianggap remeh, karena justru bisa menjadi gambaran kualitas konsumsi masyarakat kita belakangan ini.

“Hasil survey di lapangan khususnya di wilayah Sumut, sejak pandemi Covid-19 menekan daya beli masyarakat. Pagelaran pesta yang kerap menggunakan daging sapi sebagai salah satu menunya. Belakangan menu daging sapi banyak digantikan dengan daging ayam. Jadi semestinya memang ada peningkatan konsumsi daging ayam masyarakat,” kata Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Senin (10/3/2023).

Namun, jelas Benjamin, tren penjualan daging ayam yang dialami pedagang belakangan ini (awal tahun 2023) mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan rata-rata tahun sebelumnya. Penurunan angkanya 40 hingga 60%. Sementara untuk daging sapi sendiri, berdasarkan hasil survey disejumlah rumah potong hewan di wilayah Sumut, terjadi penurunan berkisar 50% dibandingkan dengan masa sebelum pandemi Covid-19.

“Penjualan daging sapi sekitar 60% nya dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bakso. Selebihnya di konsumsi langsung masyarakat. Jadi jika mengutip pernyataan produsen unggas yang belum mampu mengimbangi penjualan sebelum masa pandemi, ini menunjukan bahwa ada pergeseran konsumsi masyarakat, dimana daya belinya tertekan sehingga kualitas konsumsinya mengalami penurunan,” ujarnya.

Benjamin mengungkapkan temuan di lapangan saat ini, penjualan sayur mayur juga mengalami penurunan. Dugaan saya sementara ini bahwa masyarakat bisa saja berhemat dengan lebih mengedepankan lauk sebagai pendamping nasi, dan tidak memprioritaskan sayuran. Penurunan konsumsi ini sebaiknya mendapat perhatian lebih oleh pemerintah.

“Upaya pemerintah untuk memberikan bansos dalam bentuk daging ayam memang sebaiknya bisa terlaksana segera. Konsumsi sumber protein ini penting bagi masyarakat termasuk sebagai salah satu cara memerangi masalah gizi buruk dan stunting. Di Sumut sendiri saat Ramadan ini harga daging ayam merosot hingga dibawah harga keekonomian pasar,” kata Benjamin.

Sementara daging sapi tidak bergerak, sambung Benjamin, hanya sempat naik di awal Ramadan tetapi kembali normal setelahnya. Sayangnya penurunan harga daging ayam belakangan ini juga didorong oleh penurunan permintaan daging ayam masyarakat. Jadi sangat terlihat daya beli yang menurun, telah membuat kualitas konsumsi masyarakat juga mengalami penurunan. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini