Inflasi Masih Sulit Dikendaikan, Bank Sentral AS akan Jadi Penggerak Pasar

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Kinerja pasar keuangan di pekan depan akan dihadapkan pada sejumlah rilis data ekonomi penting. Dimana inflasi AS akan menjadi topik data utama yang akan menentukan pergerakan pasar selanjutnya. Rilis data tersebut akan tersaji pada hari Rabu, dimana inflasi inti AS diproyeksikan masih akan naik dari posisi 5.5%. Sementara inflasi AS pada umumnya berpeluang lebih rendah dari 6% secara tahunan.

“Jika inflasi bisa turun dan mampu meyakinkan pasar bahwa The FED atau Bank Sentral AS akan mengerem kenaikan suku bunga acuan, atau setidaknya hanya akan menaikkan satu kali lagi bunga acuan. Maka IHSG dan mata uang rupiah termasuk harga emas berpeluang untuk melanjutkan tren penguatan pada pekan ini. Meskipun pada dasarnya inflasi banyak negara masih sulit dikendalikan, terlebih kebijakan OPEC yang memangkas output belakangan ini,” kata Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Minggu (9/4/2023).

Selain data infasi, kata Benjamin, ada juga pernyataan dari hasil rapat FOMC yang turut mempengaruhi perilaku pasar nantinya. Gambaran suku bunga serta kinerja ekonomi AS akan tergambar, yang akan menjadi acuan dan akan menggerakkan pasar. Jadi pekan ini Bank Sentral AS akan mengendalikan sepenuhnya pergerakan pasar uang maupun sejumlah komoditas global.

“Pelaku pasar sebaiknya berhati-hati, terlebih dalam menterjemahkan sikap Bank Sentral AS dalam FOMC meeting. Akan ada banyak penafsiran nantinya, namun yang perlu ditangkap adalah bagaimana sikap Bank Sentral dalam menyikapi situasi krisis perbankan belakangan ini serta kebijakan suku bunganya kedepan,” ujarnya.

Untuk itu, Benjamin berkesimpulan bahwa pelaku pasar akan mengambil posisi wait and see, dimana ada potensi kinerja pasar saham bergerak dengan kecenderungan turun, secara teknikal 6.700 masih akan menjadi level psikologis yang perlu di waspadai. Sementara itu, kinerja mata uang rupiah yang di bawah 15.000 per US Dolarnya menunjukan posisi yang sangat kuat. Sehingga penguatan lebih jauh sebenarnya tidak begitu dibutuhkan.

“Untuk harga emas, sangat berpeluang terkoreksi jika The FED atau Bank Sentral AS ditafsirkan akan melakukan kebijakan kenaikan bunga acuan yang lebih agresif. Walaupun kemungkinan tersebut sangat kecil sekali. Sehingga emas masih berpeluang untuk melanjutkan tren kenaikan. Bahkan jika penafsiran kebijakan The FED kedepan lebih mengarah kepada ekspektasi yang berkembang saat ini. Maka harga emas dalam jangka pendek (kurang dari 1 tahun) berpeluang menembus $2.300 per ons troynya,” kata Benjamin.

Namun, lanjutnya, akan lebih baik tidak terlalu banyak mengambil sikap atau keputusan investasi sebelum sampai semuanya tersaji (data inflasi dan testimoni The FED). Pasar akan terlihat seperti kehilangan arah pada perdagangan senin dan selasa. Tetapi berpeluang bergelombang pada hari rabu hingga penutupan akhir pekan. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini