Jelang Lebaran, Pengamat: Banyak Masyarakat Sumut yang Mengerem Belanja

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Lebaran sebentar lagi, dimana umat muslim di Sumut tanpa terkecuali menyediakan alokasi anggaran tambahan setiap menjelang lebaran. Beberapa pengeluaran tambahan tersebut digunakan untuk membeli pakaian baru, aneka makanan dan minuman, uang liburan, pernak pernik rumah tangga, transportasi mudik dan balik, perawatan pribadi, hingga membeli atau menyewa kendaraan.

“Namun bulan Ramadan tahun ini, banyak masyarakat yang mengerem belanjanya. Setidaknya hal tersebut terungkap dari hasil survey yang dilakukan pada banyak pedagang. Pedagang ayam penyet mengeluhkan penurunan omset penjualan dalam rentang 40% hingga 60% dibandingkan dengan tahun lalu,” kata Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Rabu (5/4/2023).

Benjamin menambahkan, penurunan penjualan ayam penyet ini juga menekan konsumsi bahan pangan lainnya seperti cabai, tomat, minyak goreng, kol, terong, hingga daun kemangi,”

Di sisi lain, jelas Benjamin, sekitar 80% pembuat (produsen) kue kering mengeluhkan penurunan orderan dari masyarakat sekitar 10% hingga 40%, sementara 15% produsen menyatakan orderan kue kering stabil dan sekitar 5% produsen menyatakan orderan mengalami kenaikan dalam rentang 5% hingga 40%.

“Sejumlah pedagang atau produsen makanan dan minuman yakin bahwa menjelang hari lebaran nantinya orderan dalam tren naik. Meskipun mereka masih pesimis penjualan tahun ini akan mampu mengimbangi omset penjualan tahun sebelumnya,” ungkapnya.

Dikatakannya, demikian halnya dengan pedagang minuman kaleng atau kemasan. Temuan paling buruk orderan minuman merek tertentu mencapai 90%, sementara untuk merek ternama anjlok hingga 68%. Pedagang menyatakan bahwa faktor pemicu penurunan ini diakibatkan oleh buruknya daya beli. Di sisi lain masyarakat memiliki alternatif penyediaan minuman lainnya dalam bentuk sirup.

Sementara itu, sambungnya, untuk pedagang pakaian dan sepatu, dari sejumlah pedagang yang disurvey seperti Pasar Petisah, Bazar Marelan dan Bazar Tanjung Morawa. Pedagang yang sudah lama berjualan mengeluhkan sepinya pengunjung atau pembeli. Penurunan omset penjualan bisa mencapai setengah atau sekitar 50%.

“Dan untuk pedagang sepatu, 33% menyatakan bahwa penjualannya mengalami kenaikan 20% hingga 30%, 16% pedagang menyatakan bahwa penjualannya mengalami penurunan hingga 40%, sementara sisanya menyatakan masih stabil,” jelas Benjamin.

Nah dari sisi konsumennya yang disurvei, lanjutnya, dimana lebih banyak mengambil sampel masyarakat ekonomi menengah hingga menengah bawah, dengan penghasilan di bawah 3 juta hingga 7 juta per bulan. Dimana hampir semua masyarakat yang berpenghasilan di atas 5 juta hingga 7 juta per bulan menyatakan bahwa lebih memprioritaskan uang untuk mudik, dan berpeluang mengurangi belanja kue kering dan pakaian.

“Sementara untuk pendapatan 3 sampai 5 juta juga lebih memprioritaskan mudik. Mayoritass menyatakan akan megurangi belanja pakaian dan makanan lebaran. Sementara masyarakat yang berpenghasilan di bawah 3 juta mayoritas mengutamakan mudik, dan sebagian besar belum memikirkan pengeluaran untuk pakaian maupun kue lebaran. Daya beli masyarakat secara keseluruhan masih belum pulih sepenuhnya sejak Covid-19, dan diperburuk dengan tekanan inflasi yang terjadi sejak 2022 kemarin,” kata Benjamin mengakhiri. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini