Perang Harga Bulog Vs Swasta, Picu Kenaikan Harga Beras di Masyarakat

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Harga sejumlah kebutuhan pokok jelang Ramadan ini memang masih terpantau stabil. Sekalipun ada beberapa komoditas yang terpantau berfluktuasi seperti daging ayam dan beras. Sebagai contoh, untuk wilayah kota medan sendiri, harga beras pada dasarnya masih cukup stabil sekalipun untuk beberapa jenis beras mulai merangkak naik.

Hal itu dikatakan Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Senin (13/3/2023).

“Saat BULOG melakukan intervensi harga beras di tahun ini, harga beras murah di kota Medan mengalami penurunan sesaat setelah BULOG melakukan operasi pasar. Namun untuk beras medium dan premium ini harganya masih terpantau tidak berubah sekalipun ada operasi pasar BULOG tersebut. Dan sekarang dari pantauan di lapangan, harga beras medium tengah mengalami kenaikan,” ujarnya.

Benjamin menjelaskan Beras medium ukuran 5 Kg yang sempat ditransaksikan di kisaran 57 hingga 58 ribu, saat ini dijual dalam rentang 59 ribu hingga 61 ribu per Kg nya. Untuk kenaikan harga beras ini saya menilai lebih dipengaruhi oleh harga pembelian BULOG sebelumnya. Dimana pembelian beras BULOG sebelumnya ditetapkan di harga 8.300, naik menjadi 9.000 dan saat ini di level 9.950 per Kg.

“Jadi kenaikan harga beras belakangan ini karena harga pembelian beras BULOG yang mengalami kenaikan. Kenaikan harga ini tentunya akan membuat perusahaan swasta akan membeli harga beras di atas beras BULOG. Kalau harga beras naik, pada dasarnya ini wajar karena harga biaya tanam padi belakangan ini mengalami kenaikan,” kata Benjamin.

Lebih jauh Benjamin menjelaskan, pemicunya adalah kenaikan biaya input produksi seperti pupuk, pestisida, hingga biaya buruh tani termasuk pengolahan lahan dan panen. Namun yang menjadi persoalan selanjutnya adalah, pihak swasta kerap menjadikan harga pembelian BULOG ini sebagai harga acuan. Kalau BULOG berani beli di harga 9.950, maka jelas swasta akan berani beli diatasnya. Jadi ada perang harga di lapangan saat ini.

“Dan bukan hanya berbicara mengenai beras, tetapi saat pembelian gabah juga begitu. Pihak swasta kerap melakukan pembelian diatas harga yang berani ditetapkan oleh BULOG. Ditambah lagi saat ini musim panen padi tidak serentak. Biasanya pulau jawa dan Sulawesi itu berbarengan, namun saat ini tidak sekompak sebelumnya,” ungkapnya.

Jadi, sambung Benjamin, pemerintah menghadapi dilema dari kebijakannya sendiri. Kalau pembelian gabah dan beras tidak dinaikkan, petani bisa merugi dan bisa menurunkan minta petani untuk tanam padi. Tetapi jika dinaikkan, perang harga antara BULOG dan swasta ini kerap terjadi. Alhasil konsumen yang dirugikan disini. Dan perang tersebut terjadi disaat biaya input produksi lagi mahal mahalnya. Bisa picu harga beras kian sulit untuk dikendalikan.

“Saya berharap pemerintah harus turun dengan ikut mengintervensi pasar. Salah satunya adalah dengan menambah kekuatan BULOG untuk menjadi pemain dominan perberasan. Saat ini pemerintah itu selalu mengendalikan harga lewat BULOG. Jadi sebaiknya peran BULOG dan BUMN ditingkatkan lagi. Khususnya dalam segi pendanaan untuk menguasai pasar perberasan di atas 50%,” kata Benjamin mengakhiri. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini