Bank Sumut IPO, Ekosistem Layanan Digital Harus Jadi Fokus Pengembangan Bisnis Kedepan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Bank Sumut tetap melangkah IPO meskipun sempat mendapatkan kabar tak sedap dari pencopotan direktur utamanya. Dengan melantai di bursa, tentunya kita berharap valuasi Bank Sumut kedepan bisa mengalami peningkatan. Valuasi disini bisa dilihat dari perbaikan kualitas manajemennya dan kematangan bisnisnya.

Hal itu dikatakan Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin di Medan Sumatera Utara, Selasa (10/1/2023).

“Untuk kematangan bisnis, sebaiknya memang fokus bisnis kedepan adalah membangun ekosistem layanan digital masyarakat. Persaingan perbankan saat ini bukan hanya antara bank yang satu dengan bank yang lainnya. Tetapi financial digital yang turut dikembangkan oleh lembaga keuangan non bank juga menggerus pangsa pasar perbankan itu sendiri. Masyarakat sudah terbiasa dengan dompet digital dan mulai mengurangi ketergantungannya dengan layanan ATM perbankan sebagai media transaksi,” ujarnya.

Benjamin menambahkan, memang masih ada yang menggunakan jasa perbankan atau mengandalkan ATM, tetapi sudah terlihat ketinggalan zaman, dan umumnya digunakan sebagai media transfer uang ke dompet digital. Jadi urgensi pengembangan bisnis digital kedepan harus menjadi fokus Bank Sumut. Terlebih dalam waktu dekat ada evolusi dalam sistem pembayaran nasional.

“Dimana Bank Indonesia akan menerbitkan rupiah digital. Jelas kehadiran rupiah digital tersebut membutuhkan pengembangan teknologi digital yang mumpuni, sehingga mampu mengakomodir perubahan dalam sistem pembayaran. Jadi perbankan kedepan dituntut untuk adaptif dalam merespon perubahan layanan keuangannya,” kata Benjamin.

Jadi, lanjut Benjamin, kalau selama ini Bank SUMUT banyak mengandalkan captive market (PNS) sebagai basis nasabahnya. Maka pada dasarnya Bank Sumut punya pendapatan bisnis yang secara konstan relatif terjaga. Tinggal bagaimana mengalokasikan dana untuk investasi pengembangan bisnis lain untuk mendapatkan dana murah masyarakat seperti pengembangan alat pembayaran digital yang dapat menambah pasokan dana murah mengendap. Dan ada banyak potensi lain yang masih bisa digarap, seperti pemasukan dari fee base income,” ujarnya.

Benjamin mengatakan, di SUMUT sendiri ini ada banyak perusahaan ekspor yang layanan keuangannya justru banyak digarap oleh bank nasional. Sebagai contoh untuk transaksi valasnya saja. Nilainya bisa lebih dari 40 juta US Dolar per hari. Jadi memang harus ada upaya untuk mengejar pendapatan selain dari pembiayaan atau kredit yang dikucurkan ke nasabah.

“Untuk perbaikan kualitas manajemennya, dan karena kalau nanti sudah melantai di bursa. Maka semua mata akan tertuju pada emiten (Bank Sumut), sehingga operasional perbankan Bank SUMUT akan banyak diawasi dan dapat dilihat oleh semua pihak. Perusahaan yang sudah Tbk itu lebih mudah diakses dari banyak sisi. Pada dasarnya sangat sensitive dengan perubahan informasi, terlebih informasi yang merugikan perusahaan,” kata Benjamin mengakhiri. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini