Inflasi dan Suku Bunga Buat Pasar Saham Susah Naik

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Arah kebijakan The FED kedepan sudah tergambar lebih jelas sekarang. Dimana agresifitas The FED untuk menaikkan bunga acuan tidak akan sebesar kebijakan sebelumnya. Sinyalemen kenaikan bunga acuan tetap terlihat, namun besaran kenaikannya akan lebih kecil dari yang telah dilakukan The FED sebelumnya.

“Pada hari Kamis pelaku pasar langsung merespon positif pernyataan The FED yang tertuang dalam FOMC minutes. Untuk melihat apakah kebijakan The FED ini cukup berhasil dalam meredam inflasi atau tidak, maka The FED nantinya akan memasuki masa jeda dalam menaikkan suku bunga acuan. Jika kenaikan nantinya sampai pada posisi 5%, besar kemungkinan The FED akan berhenti sesaat, untuk selanjutnya baru mengambil tindakan atau kebijakan lain,” kata Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan Sumatera Utara, Jumat (25/11/2022).

Selama sepekan terakhir, jelas Benjamin, pasar keuangan relatif tidak mengalami perubahan yang besar. Minimnya sentimen membuat pelau pasar juga tidak banyak mengambil posisi transaksi yang besar. IHSG sendiri masih beum mampu menembus level 7.100 dan relatif tertahan dalam rentang 7.000 hingga 7.100 saat ini. Tren kenaikan IHSG maupun bursa utama di dunia lainnya masih terhalang oleh kenaikan besaran bunga acuan yang terjadi serempak secara global.

“Pelaku pasar tentunya tidak bisa mengharapkan kenaikan IHSG maupun bursa saham lebih jauh, sementara emiten yang terdaftar di bursa justru mengalami tekanan akibat kenaikan inflasi dan bunga pinjaman. Sehingga harapan untuk mendapatkan keuntungan dari deviden sementara sirna. Hanya beberapa emiten di sektor tertentu yang masih berpotensi memberikan kuntungan baik dari laporan keuangannya maupun dari potensi kenaikan harga sahamnya,” ujarnya.

Menurutnya, saham berbasiskan komoditas dan perbankan masih cukup menjanjikan. Itupun harus dibarengi dengan harapan adanya lompatan pada kinerja harga komoditas di pasar global. Disisi lain pelemahan rupiah yang saat ini berada di atas 15.600 per US Dolar pada dasarnya juga bisa mendorong kenaikan pendapatan pada perusahaan berbasis komoditas.

“Akan tetapi pelemahan rupiah lebih banyak mendatangkan mudharatnya bagi perekonomian nasional. Sehingga pelemahan rupiah juga kerap diterjemahkan sebagai kabar buruk, karena bisa menjadi pemicu kenaikan infasi di tanah air. IHSG pada hari ini ditutup melemah 0.39% di level 7.053,15, lebih buruk dibandingkan akhir pekan lalu. Sementara mata uang rupiah pada perdagangan sore ditransaksikan dikisaran 15.670 per US Dolar, atau sedikit membaik dibandingkan akhir pekan sebelumnya di kisaran 15.680 per US Dolar,” jelas Benjamin mengakhiri. (red)

 

Untuk harga emas di pekan ini berfluktuasi dalam tren naik di akhir pekan, dimana emas saat ini ditransaksikan di level $1.750 per ons troy. Namun harga emas masih lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir pekan lalu yang sempat ditransaksikan di level $1.761 per ons troy nya. Untuk harga emas saat ini berada dikisaran 884 ribu per gramnya.

- Advertisement -

Berita Terkini