Emas Kian Bersinar, IHSG dan Rupiah Terpuruk Gara-gara Rudal Hantam Polandia

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Kinerja pasar keuangan kian terpuruk meskipun inflasi AS sempat melandai dan menjadi katalis bagi penguatan banyak mata uang di dunia maupun penguatan pada indeks saham global. Akan tetapi, belakangan ini justru berbalik arah dengan tekanan yang cukup signifikan. Mata uang rupiah yang pada awal pekan ini sempat menguat dan mendekati 15.450, pada perdagangan sore ini berbalik melemah dan ditransaksikan di kisaran level 15.600-an per US Dolar.

Hal itu disampaikan Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Rabu (16/11/2022).

“Rupiah maupun IHSG memang tidak melemah sendirian. Sejumlah mata uang Negara lain juga mengalami pelemahan terhadap US Dolar. Setelah muncul pernyataan dari Presiden Bank Sentral AS Atlanta yang menyatakan bahwa hanya sedikit bukti bahwa kebijakan pengetatan moneter The FED telah menurunkan inflasi,” jelas Benjamin.

Padahal disisi lainnya, lanjutnya, USD Index yang kerap menjadi tolak ukur kinerja mata uang US Dolar belum memberikan pengaruh besar bagi pelemahan US Dolar. Padahal saat ini USD Index berada di level 106.4 yang berarti lebih rendah jika dibandingkan dengan minggu lalu dimana USD index yang sempat berada di atas level 107. Namun pelemahan USD Index tersebut juga tidak banyak merubah situasi dimana rupiah justru mengalami tekanan yang besar.

“Bahkan data neraca perdagangan RI yang surplus $5.67 Milyar juga tidak banyak menolong mata uang rupiah. Padahal realisasi neraca dagang RI pada bulan oktober justru lebih besar dari ekspektasi sebelumnya dikisaran $4.5 Milyar. Saya menilai sejak data inflasi AS melandai di akhir pekan, mata uang US Dolar pada dasarnya belum memiliki kesempatan untuk menguat lebih jauh,” jelas Benjamin.

Sejauh ini, ungkap Benjamin, tekanan di pasar keuangan kita baik itu IHSG maupun rupiah saya nilai lebih dikarenakan pernyataan hawkish The FED baru baru ini. IHSG sendiri melemah 0.3% di level 7.014,38. Disisi lain, tekanan yang terjadi pada mata uang rupiah menjelang keputusan bunga acuan BI atau BI 7 Days Repo Rate seakan memberikan gambaran bahwa pasar lebih mengharapkan adanya kenaikan BI Rate lagi di bulan ini.

“Saya menilai tekanan pasar saat ini sangat terlihat, padahal sejatinya pasar keuangan kita masih dinaungi banyak sentimen positif. Walaupun pada perdagangan hari ini gejolak pasar kian menjadi-jadi setelah rudal menghantam wilayah Polandia yang juga merupakan Negara anggota NATO. Pasar sejauh ini masih menanti hasil investigasi resmi terkait dengan hantaman rudal tersebut,” kata Benjamin.

Benjamin menjelaskan, karena rudal tersebut bisa saja menjadi awal perang yang lebih luas lagi. Meskipun beberapa sumber menyebutkan bahwa perkiraan awal rudal tersebut datang dari wilayah ukraina. Walau demikian, pelaku pasar masih belum sepenuhnya nyaman dengan perkembangan geopolitik terbaru. Disisi lain, harga emas mengalami penguatan tajam dipekan ini. Emas saat ini ditransaksikan di level $1.777 per ons troy atau sekitar 894 ribu per gram. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini