MUDANEWS.COM, Medan – Kelompok anak Voice for Change Medan dibentuk oleh Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) melalui kerjasama dengan Aliansi Down to Zero (DTZ) dan ECPAT Indonesia. Kelompok anak ini fokus pada isu Eksplotasi Seksual Komersial Anak (ESKA) dan berupaya dengan cara mereka yang kreatif untuk mensosialisasikan bahaya ESKA di masyarakat, khususnya pada anak dan remaja.
Kelompok anak VfC Medan telah melakukan idientifikasi, baik dari laporan media maupun pengamatan yang mereka lakukan disekitar mereka bahwa anak masih menjadi sasaran empuk korban ESKA, baik secara langsung maupun melalui media sosial.
Oleh sebab itu, mereka sepakat untuk menginisiasi sebuah dialog multipihak antara anak dan stakeholder untuk menyampaikan kegelisahan dan rekomendasi mereka untuk meminimalisir bahaya ESKA.
Dialog multipihak antara anak dan stakeholder tersebut dilaksanakan pada tanggal 17 juni 2021 di Hotel Impression Medan dan menghadirkan Ibu Muna Lubis selaku Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sumatera Utara, Ibu Grace Simanjuntak S.Tr.K selaku Panit PPA Polda Sumatera Utara dan Keumala Dewi selaku Direktur Eksekutif PKPA Medan sebagai penanggap utama.
Tidak hanya ketiga penanggap, Dialog tersebut juga menghadirkan perwakilan dari Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Guru dan Orang Tua.
Pada kesempata tersebut Kelompok Anak VfC yang diwakili oleh Naila Zhafira, Clara Khoiriah dan Putri Butar-butar menyampaikan rekomendasi mereka terkait pentingnya sosialisai kepada anak dan orang tua terkait bahaya ESKA dan perlu adanya sosialisasi yang lebih luas dan jelas tentang alur pengaduan kasus sehingga masyarakat lebih mudah melapor jika mendapati kasus ESKA di sekitar mereka.
“Masyarakat juga harus menghapus stigma negative agar korban tidak malu dan enggan untuk melapor,” harap Clara.
Ibu Grace Simanjuntak, dalam paparannya menyampaikan beragam kasus yang kerap ditangani oleh Polda Sumatera Utara dan mennyampaikan upaya yang telah dilakukan dalam penangannya. “Akan merekomendasikan lebih banyak sosialisasi terkait bahaya ESKA di sekolah-sekolah,” kata Grace.
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Muna Lubis, beliau menyampaikan bahwa saat ini telah banyak upaya dan program yang dilakukan untuk mengatasi kasus Eksploitasi terhadap anak, salah satunya yang tengah digagas juga adalah sosialisasi cara penggunaan gadget kepada orang tua agar orang tua tidak gaptek dan mampu mengawasi anak-anak dalam penggunaan gadget tersebut.
“Karena kita ketahui bahwa saat ini gadget dan internet menjadi salah satu media yang digunakan predator anak untuk menjerat korban-korbannya,” jelasnya.
Menanggapi paparan yang telah disampaikan terkait kerentanan anak terhadap ESKA tersebut, Ibu Keumala Dewi menuturkan orang tua memegang peranan penting dalam mengawasi anak terutama di situasi pandemic dimana gadget dianggap suatu barang yang umum dan media penunjang pendidikan.
“Namun orang tua juga harus bijak dan mengawasi penggunaannya. Anak-anak harus terus bersuara dan jangan berhenti untuk menyampaikan aspirasi dan pendapat,” tegasnya.
Sebagai penutup, ibu Muna Lubis menyampaikan apresiasi kepada kelompok anak Voice for Change Medan dan menyambut dan menawarkan untuk dapat tetap berkolaborasi dalam kegiatan–kegiatan yang akan datang. (DMC-PKPA)
 melalui kerjasama){kind=link}