Kerjasama Internasional dan Implementasi Triple Helix : Pembelajaran Berbasis Riset Industri

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: A. Hanief Saha Ghafur (Sekolah Kajian Stratejik & Global, Universitas Indonesia)

1. Kerjasama dalam Borang Akreditasi
Kerjasama dalam instrumen akreditasi perguruan tinggi punya posisi khusus. Yaitu menjadi bab tersendiri dalam 9 bab pada Borang yg ada pada saat ini. Berbeda dengan instrumen pada borang sebelumnya yg sekedar menjadi sub bagian saja.

Sebagai yg pernah menjadi Anggota Tim Ahli BAN-PT 2012- 2016 untuk penyusunan instrumen akreditasi yg berlaku sekarang. Saya mengikuti dari rapat ke rapat, debat alasan mengapa kerjasama penting & perlu menjadi bab tersendiri dalam borang institusi.

Sedang bab keuangan yg pada borang sebelumnya adalah bab tersendiri, akhirnya dalam instrumen terbaru dilebur masuk ke dalam masing2 bab.

Begitu pentingnya kerjasama, tanpa implementasi-pun masih tetap dapat point dalam borang institusi. Dengan implementasi, tentu akan dapat points lebih. Ada banyak macam kerjasama dalam borang institusi. Namun kerjasama internasional tentu punya point nilai lebih bila dibanding kerjasama nasional.

Kerjasama antar perguruan tinggi nasional punya point nilai lebih kecil bila dibanding kerjasama perguruan tinggi mancanegara. Ternyata points nilai terbesar, jika perguruan tinggi bekerjasama dengan lembaga riset bereputasi di mancanegara.

Terlebih lagi bila kerjasama itu di-implementasikan dalam kolaborasi riset bersama dengan target capaian untuk memperoleh penghargaan internasional atau hasil risetnya berupa jasa atau produk yg dapat diproduksi dalam industri skala luas & massal.

2. Investasi Industri Berbasis Riset
Pertengahan Maret 2023, saya seminggu ada di Taipei, Taiwan. Menghadiri Smart City Summit & Exhibition 2023. Berkunjung ke beberapa perusahaan. Ada satu perusahaan kosmetik & skin care yg ingin berinvestasi di Indonesia. Mereka mengundang saya untuk berkunjung ke kantor pusat dan pabriknya di luar kota.

Selain investasi, mereka juga ingin mengembangkan produk kosmetik & skin care yg cocok dengan kulit di lingkungan beriklim tropis yg biasa dikenal dengan istilah _”tropical beauty dimensions”_. Tentu pengembangan ini harus berbasis riset. Pertanyaan pengusaha ini ada dua, yaitu: 1). Bagaimana prosedur investasi, fasilitas, & kemudahan apa yg diberikan Indonesia ?? 2). Mereka butuh mitra & kerjasama.

Adakah lembaga riset yang handal dan terpercaya ?? Saya jawab ada banyak lembaga riset yg dapat mendukung harapan Anda. Asal Anda bersedia memberi dana riset dan beasiswa. Riset yg bermutu bila dihasilkan dari disertasi yg teruji atau riset postdoctoral.

Bukan sekadar laporan riset yang tidak diuji. Riset yg dimaksud oleh perusahaan ini adalah adalah riset produk kosmetik &/ skin care yg tepat dan sesuai dengan karakteristik kulit manusia beriklim tropis yg biasa dikenal dengan istilah “T-beauty dimensions”

Berdasarkan komitmen itulah saya menyampaikan informasi kepada beberapa Guru Besar & Kepala Departemen Tehnik Kimia, Universitas Indonesia.

Kunjungan Prof. Dewi Tristantini dan beberapa dosen dari Tehnik Kimia FTUI ke kantor pusat perusahaan di Taipei Oktober 2023, semakin memperkuat komitmen kerjasama ini. Untuk memperkuat dukungan riset dan komitmen beasiswa, kami minta untuk dipertemukan dengan Ambassador Kepala TETO Taiwan Embassy.

Maka Selasa 19/12 pagi jam 10.00 kami dan dosen Tehnik Kimia FTUI dan Dirut perusahaan diterima langsung oleh Ambassador Kepala TETO H.E. Mr. John C. Chen di kantornya.

Sore hari 19/12 sepulang dari TETO digelar penandatanganan LoI (Letter of Implementation) di kampus UI Depok antara Dekan FTUI Prof. Heri Hermansyah dengan Direktur Utama perusahaan Mrs Lilian.

Beasiswa untuk riset disertasi atau postdoctoral fellowship dapat dilakukan di FTUI atau di perguruan tinggi Taiwan, khususnya di National Taiwan University (NTU) dan National Taiwan University of Science & Technology (NTUST).

Rektor UI sudah punya perjanjian kerjasama MoU dengan Presiden kedua universitas Taiwan tersebut. Tinggal merealisasikan kerjasama pada tingkat implementasi riset berbasis pembelajaran dan pembelajaran berbasis riset.

Saat ini sedang dijembatani kerjasama antara Tehnik Kimia FTUI dengan Tehnik Kimia NTU dan NTUST untuk mendukung hasil riset yg bermutu. Untuk memperkuat kolaborasi dan dukungan riset berbasis industri dan industri berbasis riset.

Hasilnya berupa disertasi doktor atau makalah postdoctoral research yang link & match, serta mendukung kebutuhan industri. Inilah yg dimaksud dengan implementasi triple helix antara perguruan tinggi, pemerintah, & industri.

Kerjasama antara investasi industri berbasis riset dan pembelajaran dapat dipetik menjadi pelajaran berharga dan dapat dipraktikkan perbaikan mutu. Pada satu sisi dapat meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri, khususnya mutu riset dan pembelajaran.

Pada sisi lain, industri akan tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik berkat dukungan riset. Baik mutu produk, jasa, pasar, rantai pasok, dan lainnya.

Sebagai mana catatan BPS, Taiwan 2018 adalah investor asing nomer 9 terbesar di Indonesia. Sedang pada posisi tertinggi adalah Singapura, Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat, dan seterusnya.

Semua investasi ini dipastikan butuh dukungan riset untuk tumbuh dan berkembang lebih baik. Tentu kolaborasi riset adalah kekuatan & daya dukung bagi investasi dan industri.

Namun juga peluang bagi perguruan tinggi. Peluang tidak semata dari segi pendanaan, tetapi sekaligus memperkuat mutu riset dan pembelajaran itu sendiri. Semoga agenda kerjasama ini berjalan mudah, lancar, dan sukses.

- Advertisement -

Berita Terkini