Polemik Ucapan Selamat Natal di Akhir Tahun

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Dua puluh lima Desember adalah tanggal yang sangat ditunggu-tunggu oleh sekelompok masyarakat beragama di Indonesia dalam menyambut suatu momen peristiwa yang dilaksanakan oleh agama kedua terbesar di Indonesia yaitu agama Kristen Katolik dan agama Kristen Protestan. Mereka akan merayakan suatu ibadah spiritual mereka yang disebutkan yaitu dengan sebutan Natal.

Menurut pengertian secara umum Natal adalah hari raya umat Kristen yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani pada tanggal 25 Desember untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Dari pengertian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa dipenghujung akhir bulan Desember tetangga agama saya itu melaksanakan suatu acara yang sangat krusial bagi mereka.

Penulis dapat memahami bahwa mereka ingin melaksanakan acara mereka dengan meriah, namun sekarang yang menjadi objek landasan penulis dalam menuliskan opini ini adalah yaitu ucapan selamat natal dan merayakannya dan disatu sisi penulis juga mengamati analisa yang terjadi di bagian Menteri Agama dan pemerintahan baik dari pusat maupun dari daerah. Dalam hal ini penulis melihat bahwasannya agama tetangga kita merayakan natal tidak pernah memaksakan kita, namun mereka menghimbaukan kepada lembaga agama agar bisa membuat suatu peraturan akan liburnya pekerja mereka yang berasal dari agama Kristen, permintaan itu akhirnya dikabulkan sehingga natal menjadi hari cuti libur nasional.

Dari zaman ke zaman, penulis merasa bahwa dalam momen cuti hari natal ini terjadi keributan sesama Islam atau Muslim tersendiri akan mengenai sebuah ucapan selamat yang dilakukan oleh siapa saja baik dari pihak lembaga maupun personal, dan penulis merasa bahwa netizen pembaca atau penonton yang budiman menjadi aktor dibalik pengucapan hari natal yang dilakukan baik secara pribadi maupun secara kelembagaan.

Penulis ingin mendefinisikan bahwa hukum mengucapkan ucapan selamat natal itu dikembalikan kepada niatnya sendiri, hal ini pernulis setuju dengan pendapat yang diutarakan oleh Hasyim Muzadi yaitu mengucapkan selamat natal tergantung kepada niatnya dan saya mengharamkan apabila kita sebagai umat muslim ikut merayakannya natal, dan penulis juga mengikuti pendapat Buya Hamka yaitu mengucapkan selamat natal dibolehkan, namun yang tidak diperbolehkan adalah umat muslim merayakan hari natal.

Dari pendapat kedua ulama maka penulis ingin memberikan pendapat tersendiri yaitu ucapan selamat natal dikembalikan kepada seseorang itu dengan berniat dia hanya cuman menghormatinya saja atau mengiyakan saja namun apabila dia menganggap ucapan selamat natal haram, maka keharaman hukum tersebut mohon dilimpahkan kepada dirinya saja, karena bagi penulis sendiri merasa netizen atau oknum yang bukan berada di lingkungan pejabat pemerintahan atau keagamaan seringkali penulis merasakan bahwa mereka menjadi suatu korek api yang dinyalakan hanya untuk membahas sesuatu namun melupakan sesuatu.

Penulis juga ingin memberikan pendapat kepada ulama atau umat Islam yang mengatakan ucapan selamat natal haram maka dipersilahkan berpendapat demikian, dan apabila ada ulama yang membolehkan ucapan selamat natal maka tidak masalah karena penulis merasakan bahwa berbeda pendapat itu dibolehkan. Namun yang kita mempermasalahkan sekarang adalah orang-orang atau oknum-oknum umat Islam yang mengikuti atau merayakan hari natal, penulis merasa bahwa kedua ulama yang berpedendpaat berbeda ini agar dapat bersatu supaya bisa membuat suatu fatwa akan keharaman mengikuti hari natal dan ditambahkan sanksi bagi umat Islam yang merayakan hari natal tanpa suatu kejelasan yang pasti.

Penulis juga ingin memberikan pandangan tentang pemerintahan atau bagian keagamaan dalam mengucapkan selamat natal, bagi penulis hal yang dilakukan oleh para pejabat kita maka dibolehkan dan ditingkatkan menjadi diharuskan, dan penulis juga memohon agar para pejabat-pejabat kita jangan menjadi orang yang melaksanakan pepatah gali lobang tutup lobang, tujuan eksistensi pepatah ini adalah penulis merasa para-para pejabat yang berada pemerintahan seringkali mengambil kesempatan dalam kesempitan akan menutupi mata.

Penulis juga mengutarakan bahwa oknum pemerintah sengaja mempermainkan akan keharaman ucapan selamat natal yaitu dengan berbagai cara agar masyarakat atau mahasiswa bisa dibungkam akan penglihatan mereka terutama dikarenakan akhir tahun adalah masalah buat pemerintah karena akhir tahun itu adalah proses penutupan anggaran, hal inilah penulis rasakan disaat hari natal dan akhir tahun, bahkan penulis yang merupakan perwakilan netizen mengungkapkan sebenarnya kasus ucapan selamat natal seharusnya jangan diperdebatkan lagi, akan tetapi kasus ini sudah menjadi lemparan objek makanan bagi oknum pemerintah agar bisa menutupi pandangan masyarakat dan mahasiswa.

Penulis juga mengharapkan agar para mahasiswa dan masyarakat atau sekarang kita sebut netizen agar kita jangan menjadi hewan yang apabila dilempar makanan oleh tuannya maka kita makan mentah-mentah makanan tersebut, begitu juga dengan kasus ini, dalam kasus ini kita harus bisa menjadi kebalikannya karena disaat perayaan momen natal ini adalah momen yang sangat tepat bagi pemerintah tersendiri, karena di dalam momen natal inilah momen srategis yang bersamaan dengan momen penyelesaian anggaran akhir tahun, dan untuk menutupi jejak-jejak akan permainan keuangan pemerintahan maka dibutuhkanlah suatu objek atau makanan sebagai umpan atau sebagai sogokan agar di akhir tahun mahasiswa atau masyarakat sendiri bisa membuatkan perihal ini. Dan lebih membuka mata selebar-lebarnya dalam memperdebatkan akan makanan dari pemerintah.

Penulis juga memohon agar para-para aktifis diluar sana agar bisa membuka kacamata selebar-lebaranya, bahwa kita selama ini natal bagi umat Islam digunakan permainan oleh para oknum-oknum pemerintah agar bisa menutupi pandangan kita akan tentang nasib bangsa ini, karena di moment natal disitulah oknum-oknum pemerintah bermain, sehingga tidak salah kalau ada istilah proyek berjalan hanya satu tahun saja, dan tidak dimasukkan dalam anggaran kedepannya. Begitulah situasi Indonesia sekarang, menutupi kasus dengan kasus adalah suatu permainan yang sangat menyenangkan apalagi menutupinya yaitu dengan membuat petengkaran yang hanya dilemparkan kepada satu agama saja.

Kita sebagai penonton baik dari kalangan ulama atau kalangan mana saja maka kita harus bisa menghentikan kebiasaan ini, akan tetapi cobalah kita membuat kegaduhan untuk pemerintah agar bisa betengkar dalam menyelesaikan anggaran negara di akhir tahun dengan bertujuan agar kejelekan-kejelakan pemerintah dapat dihilangkan dalam penyusunan anggaran, dan dengan kita membuat kegaduhan seperti itu. Maka penulis menyakini bahwa anggaran kedepan mungkin akan lebih maksimal tanpa ada proyek-proyek mangkrak seperti kejadian dalam penyusunan anggaran sebelumnya.

Oleh : Radja Fadlul Arabi
Kader HMI

- Advertisement -

Berita Terkini