Menangkal Gangguan Setan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Terkenal dalam dialog antara Allah dan Iblis, ketika Iblis (dari kalangan makhluk Jinn), ditanya kenapa mereka enggan bersujud kepada Adam (QS. Al-Kahfi ayat 50), yang selanjutnya berakhir dengan suatu perjanjian antara Allah dengan Iblis agar Allah SWT menangguhkan hukuman mereka hingga hari kiamat, karena ia bertekad untuk mengganggu anak cucu Adam. Sebagaimana firman-Nya:

{قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17) }

“Iblis menjawab, “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”. (QS. Al-Araf (7) ayat 17)

Karena dilatarbelakangi oleh suatu perjanjian antara Allah SWT dan iblis itu, sehingga anak cucu Adam yang mampu mengalahkan setan-setan ini diberi reward/pahala. Karena itulah dibalik “empat arah” datangnya setan-setan ini, terdapat anugerah yang sangat besar dari Allah, jika seseorang mampu menghalau setan-setan itu untuk mempengaruhinya.

Syeikh Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi q.s. memberikan penjelasan khusus atas ayat ke 17 diatas. Cukup panjang penjelasan beliau dalam Kitab Futuhat Al-Makkiyah, namun kami kutipkan yang pokok-pokok saja sebagai berikut:

Yang dimaksud datang dari depan adalah; memanggil dan mendorong manusia mengikuti hawa nafsunya. Ibnu Arabi menyampaikan bahwa setan itu tercipta dari alam rendah (yang beliau sebut sebagai sufli) alam tabiat materi. Melalui tabiat ini syahwat-syahwat tercipta, dan setan senang dengannya, bahkan telah menjadikan unsur materi tubuh manusia itu sebagai “kampungnya”, sehingga ia akan mengajak manusia untuk ikut menikmati kesenangan dengan mengikuti dorongan dari tabiat tubuh yang berbentuk “syahwat” itu.
Berkata Ibnu Arabi, jika kamu mampu menghalau setan yang datang dari “arah depan” ini akan muncul bagimu “ilmu-ilmu cahaya” (“ulum an-nur”) sebagai bentuk anugerah dan balasan dari Allah SWT atas kesuksesanmu menghalau godaan setan dari arah depan ini.

Kedua, yang dimaksud datang “dari arah belakang”, adalah seruan dari setan yang menyuruhmu mengatakan sesuatu tentang Allah swt, apa yang (sebenarnya) kamu tidak ketahui, serta mengklaim kenabian atau risalah dan mengaku-ngaku bahwa Allah SWT telah memberimu wahyu, padahal wahyu Kenabian telah ditutup dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai khatam al-anbiyaa.

Jika kamu bisa mengusir setan yang datang dari arah belakangmu ini, akan muncul bagimu ilmu-ilmu tentang kejujuran/ketulusan (“ilm as-sidq”) dan mazilah-manzilahnya, serta dimana pemiliknya akan berakhir.

Apabila engkau bisa melawan setan yang mendatangimu dengan membawa perkara diatas, engkau akan memperoleh ilmu tentang keterkaitan Kekuasaan (“iqtidar”) Ilahi dengan proses penjadian. Selain itu, engkau akan memperoleh ilmu tentang perlindungan (“ismah”) dan penjagaan (“hifz”) Ilahi, sehingga waham, atau apapun yang ada diluar dirimu tidak akan bisa memberi pengaruh dalam dirimu, dan engkau akan menjadi seorang yang murni dan ikhlas hanya untuk Rabb-mu.

Ketiga, jika setan datang dari arah kanan, maka engkau harus lebih kuat darinya dalam menangkalnya. Karena “arah kanan” berarti setan datang dengan kekuatan penuh. Istilah “tangan kanan” itu selalu lebih kuat dari tangan kiri.

Setan yang datang dari arah kanan, bermaksud melemahkan iman dan keyakinanmu, dan ia akan melemparkan berbagai hal yang subhat untuk kamu ikuti. Setan juga akan memberimu petunjuk-petunjuk yang membuatmu menjadi ragu dengan keimananmu atas mukasyafah (penyaksian) yang telah engkau raih. Dalam setiap perkara yang ditanpakkan oleh al-Haqq melalui kasyf kepadamu, setan memiliki di alam imajinal sebuah perkara yang memiliki kemiripan dengan kondisimu pada saat itu, yang akan ia gunakan melawanmu.

Jika engkau tidak memiliki ilmu yang kokoh yang melaluinya engkau bisa membedakan antara kebenaran dan apa yang (hanya) diimajinasikan setan kepadamu, sehingga dengannya engkau akan terseret di maqam musawi, (ini tentang kisah tukang sihir firaun yang mencoba menipu Nabi Musa). Tukang sihir itu melontarkan tali-tali lalu terlihat oleh Nabi Musa seperti ular. Tapi Nabi Musa dalam perlindungan Allah, sehingga dia tidak terkecoh.

Jika setan datang dari arah kiri, sasarannya adalah menjadikanmu musyrik, mulai dengan membuatmu ragu akan adanya Tuhan (atheis). Jika setan berhasil maka kamu akan terjerembab dalam kemusyrikan.

Allah melindungi manusia dari setan dengan tidak memberikan kekeliruan pada inderawi manusia. Semua yang ditangkap oleh inderawi pastilah benar. Inderawi adalah alat yang menyampaikan (musil) pada pemahaman. Namun ia bukanlah hakim yang menentukan tetapi hanya sekedar saksi. Hakim yang menentukan adalah akal, dan kekeliruan hanya dinisbahkan kepada hakim si penentu hukum.

Dalam kehidupan, kita seringkali memperturutkan hawa nafsu kita, baik itu nafsu makan, nafsu seks, nafsu menguasai harta dan kedudukan dan lain sebagainya. Semua itu tiada lain adalah dorongan yang timbul dari setan-setan yang senantiasa membisikan was-was dalam diri kita.

Oleh sebab itu, memulai setiap suatu pekerjaan hendaklah kita senantiasa berserah diri kepada Allah SWT, memohon perlindungan-Nya dengan mengucapkan taawudz (“Audzu Billahi min asyyaithan’I Rajiim”), dan memperbanyak beristigfhar dengan mengucapkan astagfhirullah al-adziim. Bahkan Rasulullah Muhammad SAW telah mewariskan berbagai doa untuk dibaca pada setiap kesempatan untuk berbagai kegiatan.

Maka kita dapat menemukan doa bangun, tidur, doa masuk WC, doa berwudhu, doa makan dan minum, doa mau berhubungan, doa mau tidur dan lain-lain. Hal itu, karena sesungguhnya setan ini senantiasa menyertai manusia yang menjadikan nafsu mereka sebagai wadahnya. Senantiasa mengingat Allah swt, sangat dianjurkan, bukan hanya semata karena dengan cara itulah kita mendekatkan diri kepada Allah, namun sekaligus memiliki fungsi perlindungan dari berbagai gangguan makhluk-Nya, termasuk setan.

Sesungguhnya Allah SWT senantiasa menyertai kita dimanapun dan kapanpun sebagaimana firman-Nya.

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِى الْاَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاۤءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيْهَاۗ وَهُوَ مَعَكُمْ اَيْنَ مَا كُنْتُمْۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌۗ

huwallażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa fī sittati ayyāmin ṡummastawā ‘alal-‘arsy, ya‘lamu mā yaliju fil-arḍi wa mā yakhruju minhā wa mā yanzilu minas-samā’i wa mā ya‘ruju fīhā, wa huwa ma‘akum aina mā kuntum, wallāhu bimā ta‘malūna baṣīr

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Q.S Al-Hadid [57] : 4

Namun kehadiran Allah SWT bersama hamba-Nya, hanya jika hamba-Nya itu ingat kepada-Nya. Sebab itu Allah SWT mengingatkan melalui firman-Nya:

وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

wa lā takūnū kallażīna nasullāha fa ansāhum anfusahum, ulā’ika humul-fāsiqūn

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.

Q.S Al-Hasyr [59] : 19

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan-Nya kepada kita semua, dengan segala kasih sayang-Nya.

Depok, Selasa 27 Juli 2021

Oleh : Hasanuddin
Ketua Umum PB HMI 2003-2005

- Advertisement -

Berita Terkini