Kisah Faisa Giras, Alumni Santri Al-Ittihad Cianjur Kuliah di Thailand

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Bangkok – Thailand adalah sebuah Negara Monarki Konstitusional yang terletak di Asia Tenggara dengan Kepala Negara seorang Raja dan Kepala Pemerintahan Perdana Menteri. Mayoritas penduduk Thailand etnis Thai dan beragama Buddha.

Adalah Faisa Giras, Alumni Pondok Pesantren Al-Ittihad Cianjur angkatan 18 (Al-Fatih) adalah santri yang memiliki kesempatan untuk menimba ilmu di negari Gajah Thailand.

“Sebelumnya saya selama 6 tahun belajar tingkat SMP dan SMA, lalu ikut pengabdian selama 1 tahun di pesantren yang sama,” katanya kepada wartawan, Kamis (24/03/2022).

Awalnya Faisa bisa kuliah di Thailand bermula ketika dirinya tertarik dengan program Kemitraan Strategis, Project, Mangement dan Public Speaking.

“Setelah mengikuti beberapa kali pendaftaran, saya 7 kali mengalami kegagalan ikut program pembelajaran keluar negeri dan alhamdulillah diterima keluar negeri,” imbuh pemilik akun Instagram @Faisa1409.

Kisah Faisa Giras, Alumni Santri Al-Ittihad Cianjur Kuliah di Thailand
Faisa Giras

Tak hanya itu, Faisa aktif berorganisasi seperti menjadi Ketua Pengembangan Bahasa Pondok Pesantren Al-Ittihad (2018-2020), Ketua Unit 1 Forpis PMR Kabupaten Cianjur (2018-2019), Volunteer AFS Yes Program Amerika (2019), Volunteer International Youth Leader Thailand (2019), Ketua HRD Komunitas Kejar Mimpi Cianjur (2020) dan Anggota Forum Debat Cianjur (2019).

“Kalau prestasi saya pernah Juara Debat Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab se-Kabupaten Cianjur (2018-2020), peserta terbaik Latihan Kader Muda (LAKMUD) PAC IPNU Kecamatan Sukaluyu Cianjur (2019), pembicara Pentingnya Bahasa di RRI Bandung (2020), peraih Beasiswa Yasbil Short Course Beder University, Albania, Eropa (2020) dan peraih Beasiswa Keguruan S1 Eduversal, Payap University, Chang Mai,Thailand (2021),” bebernya.

Mahasiswa asal Cianjur ini menambahkan banyak hal yang menantang kian pekan, mengarungi dicampur melelahkan. Kadang dijadikan refleksi, momentum untuk terus mengenali diri sendiri. Terpikir beberapa kemungkinan, sedari tak layak diperjuangkan. berbagai hal besar terus terjadi, entah kita berarti atau tidak sama sekali.

“Bahasa itu bukan segalanya, namun segalanya tanpa bahasa bukanlah apa apa. Pernyataan ini yang terus menghantui saya dan saya percaya akan sukses bergelut di dunia bahasa,” imbuhnya.

Kisah Faisa Giras
Faisa Giras (tengah)

Dia menyadari bahwa seseorang tidak bisa disebut terbaik dalam dunia akademik, namun ia yakin sekali bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil.

“Saya bermimpi ingin belajar ke luar negeri sedari SMP, segala aktifitas hingga perlombaan bahasa sampai tingkat provinsi pernah saya alami, dan alhamdulillah bisa mendapat gelar juara,” paparnya.

Aktifis muda NU ini berprinsip ‘menjadi seseorang yang berguna jauh lebih penting daripada ingin dianggap penting’. Modal yakin dengan dukungan diri sendiri yg kuat untuk terus bergerak, ikhtiar dengan terus fokus pada titik inti mencapai target yang diinginkanndan tawakal pada Allah SWT.

“Karena sejatinya Allah maha mengatur segalanya, yang akan memberikan kepada kita yang terbaik. hingga saya diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi S1 saya di Thailand, Chang Mai, Payap University,” pungkasnya.

- Advertisement -

Berita Terkini