Forhati Medan, Laksanakan Pelatihan Pembuatan Eco Enzym

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Pelatihan Eco Enzyme perdana dilaksanakan oleh Majelis Daerah (MD) Forum Alumni HMI Wati (Forhati) Medan dilaksanakan di rumah seorang anggota Jalan Seser Medan, Sabtu (4/9/2021).

DR. Rosliani, S.S., M.Hum. sebagai Ketua Periodik Forhati Medan menyampaikan antusiasnya dengan kegiatan pelatihan pembuatan eco enzyme ini, karena kota Medan, sebagai ibu kota provinsi Sumatera Utara menghasilkan lebih dari 2000 ton sampah setiap harinya.

“Hal ini akan mempengaruhi kesehatan masyarakat kota Medan secara langsung maupun tidak, karena timbunan sampah yang menggunung mengeluarkan gas metana atau amoniak berefek bau busuk yang menyengat. Selain itu, bakaran sampah menghasilkan CO2 (karbon dioksida) yang dapat menggangu pernapasan manusia,” jelasnya.

Lulik panggilan akrab Ketua Forhati ini menekankan bahwa efek sampah, lingkungan menjadi terlihat kumuh, kotor dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, merupakan sarang lalat, tikus dan hewan liar lainnya. Dengan demikian sampah berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit.

“Pengelolaan sampah diperkotaan menjadi focus kita dengan memperbanyak pelatihan eco enzyme ditegah masyarakat kota Medan, memberikan edukasi sejak dini kepada masyarakat akan pentingnya sampah dikelola menjadi bermanfaat serba guna untuk keperluan rumah tangga sehari hari,” pungkasnya.

Forhati Medan
Pelatihan Pembuatan Eco Enzym

Sambutan dari Ketua Periodik Forhati Sumut drg. Sulfia Dewi Rambe, menjabarkan bahwa Indonesia sebagai penghasil sampah plastik no 2 terbesar di dunia, dan hampir 60% sampah organic yang dihasilkan bersumber dari rumah tangga keluarga.

“Ini menjadi ancaman besar dari bonus demografi kita bila kita tidak dapat mengelola dan memanfaatkannya dengan baik. Lingkungan Sampah yang tertimbun lama, terurai dan lama kelamaan menjadi busuk menyerap ketanah sehingga akan mempengaruhi drainase air yang menjadi sumber kehidupan kita. Lingkungan akan menjadi rusak dan kesehatan masyarakat akan terganggu karenanya,” jelasnya.

Forhati Sumut, kata Sulfia, sangat konsen dengan Kesehatan lingkungan, ada lebih 6 personil pengurus sebagai relawan eco enzyme, dan kita akan terus memperbanyak relawan relawan yang peduli dengan lingkungan. Kita berterima kasih kepada Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Utara yang telah bekerja sama melaui Rumag Briket dapat merealisasikan program ini.

Selanjutnya Sulfia dalam panggilan akrabnya menjabarkan sampah organic yang dapat menghasilkan eco enzyme dari proses fermentasi selama 100 hari dapat pula dikelola produk turunannya lebih lanjut. Seperti cuka apel, nenas dan salak, ada juga mother enzyme yang itu semua bermanfaat bagi Kesehatan manusia. Selain itu, sampah organic juga dapat menghasilkan kompos yang sangat baik bagi pupuk tanaman.

“Harapannya peserta setelah mengikuti pelatihan ini akan terus di follow up, dan menjadi relawan penggiat lingkungan Forhati Sumatera Utara. Rasa kebahagiaan saya kepada Majelis Daerah Forhati Medan yang tetap konsisten melaksanakan pelatihan ini walau kota Medan saat ini sedang diguyur hujan lebat sepanjang hari,” tutur Sulfia.

Selanjutnya narasumber dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DR. Rena Arifa Simbolon menjabarkan bahwa eco enzyme ini berasal dari DR Rosukon yang melakukan penelitiannya selama 30 tahun di Thailand, sekarang menjadi Hak Paten PBB sehingga siapa saja boleh membuat dan menyebarluaskan eco enzyme ini diseluruh dunia. Apresiasi disampaikan beliau kepada Majelis Wilayah Forhati Sumut yang terus menyuarakan kesadaran sehat dan mengedukasi masyarakat akan perlunya merawat kesehatan diri dan lingkungannya.

Kak Rena dalam teguran akrabnya menginformasikan bahwa kota Medan, khususnya di Belawan merupakan daerah yang paing kumuh, ribuan ton sampah dihasilkan disana.

“Setiap harinya ada ratusan pekerja yang mengais sampah untuk dijual ke pengepul sampah, namun mereka tidak menyadari bila ini terus menerus berlanjut akan mengakibatkan berbagai penyakit yang akan mereka alami seperti sakit pada pencernaan dan pernafasan mereka,” ungkapnya.

Selanjutnya, sambungnya, kesadaran masyarakat akan kebersihan dan Kesehatan lingkungan masih rendah, banyak slogan telah diberikan agar tidak membuang sampah ditempat liar yang bukan tempatnya. Himbauan pada sloganpun sangat kreatif, dari slogan “Jangan membuang sampah ditempat ini”, sampai slogan “Yang membuang sampah ini kami do’akan cepat mati” itupun tidak mempengaruhi kesadaran masyarakat.

“Butuh perjuangan dan energi yang banyak dan jangan cepat lelah dan bosan, dalam mengedukasi masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan, karena lingkungan yang terawat akan mempengaruhi keberadaan keberlanjutan kehidupan manusia namun sebaliknya bila lingkungan kita tidak terawat dan terabaikan maka akan mempercepat kepunahan manusia dimasa yang akan datang,” jelasnya.

Untuk diketahui, eco enzyme dalam proses pembuatannya sangatlah mudah, hanya mengumpulkan bahan organic yang bersumber dari limbah rumah tangga keluarga, di tambah dengan limbah gula (molase) dapat diganti dengan gula tebu/merah dan dicampur air, dengan perbandingan 1:3:10, 1 bagian molase, 3 bagian dari limbah buah/sayur dan 10 bagian dari air.

Usahakan air yang dipakai adalah air sumur atau boleh air hujan yang ditampung, bila memakai air leding (air PDAM) harus diendapkan selama seharian agar zat kimia yang terkandung didalam air tersebut tidak mempengaruhi kualitas dari eco enzyme.

Penyimpanan eco enzyme ini melalui proses anaerob, memakai wadah plastic yang tertutup sampai 100 hari. Penyimpanannya jauhkan dari sinar matahari langsung, tidak boleh berdekatan dengan aliran listrik dapat berakibat terjadi korsleting karena eco enzyme ini menghasilkan gelombang elektromagnetik. Juga tidak boleh disimpan diatas sebsiteng kotoran manusia, karena sama sama mengandung gas dapat mengakibatkan terjadi ledakan.

Manfaat eco enzyme sangatlah banyak, berguna bagi kehidupan manusia. Manfaatnya dapat memberikan nutrisi tanah bagi tumbuhan sebagai pupuk biologi, membersihakan air, sebagai pembersih alami untuk perabotan, pembersih lantai, anti bau, memberikan kesehatan mulut dengan cara berkumur, banyak lagi manfaat yang lain dari eco enzyme bahkan dapat bernilai ekonomi, menambah penghasilan keluarga, dengan tag linenya “eco enzyme sejuta manfaat”.

Pelatihan dimulai dari pukul 10.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Acara berlansung baik dan lancar, antusias peserta tidak surut walau hujan turun dengan derasnya. Pelatihan ini dihadiri oleh Presidium Forhati Sumut yang lain seperti Yenny Susanti Siregar ST dan Serasi Malem Sitepu SPd, juga didukung oleh pengurus lainnya seperti Nurbaity Damanik SP dan pengurus Majeis Daerah Medan. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini