Aktivis Kelompok Cipayung Siantar-Simalungun Angkat Bicara Soal Pembunuhan Wartawan di Simalungun

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Pematang Siantar – Seorang wartawan senior Pematang Siantar, yang juga diketahui merupakan Pimpinan Redaksi (Pimred) media massa lokal di  Sumatera Utara (Sumut), Mara Salem Harahap atau yang sering dikenal dengan panggilan Marshal, ditemukan warga sudah berlumuran darah dan meraung kesakitan di dalam kendaraan pribadi beliau tepatnya di Huta VII Nagori Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Jumat (18/6/2021) sekira pukul 22.30 WIB.

Warga pun membawa Marshal ke RS Horas Insani, namun sesampainya disana pihak rumah sakit tidak dapat melanjutkan proses penanganan dikarenakan tidak adanya dokter bedah, Marshal pun dilarikan ke RS Vita Insani, namun nyawa wartawan yang dikenal kritis itu tidak dapat tertolong lagi.

Kemudian jenazah Marshal dibawa ke RS Djasamen Saragih guna dilakukan otopsi, namun sesampainya di sana pihak rumah sakit juga melakukan rujukan agar jenazah diotopsi di RS Bhayangkara Medan.

Terkait dengan kejadian ini, organisasi kemahasiswaan yang tergabung dalam Kelompok Cipayung Plus Pematang Siantar yang terdiri dari IMM, GMKI, GMNI, PMKRI, PMII, dan HMI sangat mengutuk keras dan mengecam tindakan penembakan yang dilakukan kepada jurnalis.

Cipayung Plus Pematang Siantar dalam hal ini akan terus mengawal dan juga meminta agar pihak berwajib khususnya Poldasu di bawah naungan Kapolri dapat mengusut dengan tuntas, kasus yang terjadi terhadap wartawan di Pematang Siantar.

Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Pematang Siantar, Fauzan Azmi Hasibuan mengatakan bahwa kejadian ini merupakan hal yang harus diusut tuntas, guna menghambat terjadinya kasus yang sama di waktu yang akan datang.

“Kami Cipayung Plus Pematang Siantar, terkhusus Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Pematang Siantar turut berduka atas meninggalnya wartawan senior yang kita tahu beliau ini saat kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang menyimpang di tengah masyarakat,” ujarnya, Minggu (20/6).

“Siapapun itu dan apapun motif pelaku melakukan aksi bejat tersebut, menghilangkan nyawa manusia secara sengaja harus dilawan, dan kita sebagai masyarakat dan khususnya negara tidak boleh kalah dengan kekerasan, dan kami yakin pihak kepolisian dapat mengusut sampai tuntas kasus ini, jangan sampai kepercayaan masyarakat hilang kepada aparat,” tegasnya.

Kemudian Ketua Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Pematang Siantar, Hexa Hutapea menyampaikan bahwa terjadinya penembakan terhadap salah satu wartawan senior ini merupakan hal yang sangat tidak manusiawi.

“Saya berharap agar pihak polres Simalungun serius dalam menyelidiki dan mengusut tuntas tindakan kriminal ini sehingga pihak keluarga korban mendapatkan perlindungan hukum dan kepastian hukum. Kami keluarga besar GMNI Pematang Siantar turut berduka atas meninggalnya abangda Marshal Harahap yang merupakan seorang jurnalis senior di Kota Pematangsiantar yang dikenal sebagai wartawan yang kritis terhadap kebijakan kebijakan pemerintah kota Pematang Siantar,” ungkapnya.

Lebih lanjut disampaikan oleh Edis Galingging selaku Ketua Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Pematang Siantar menyampaikan, perisitiwa ini sangat mengejutkan dunia pers di Kota Pematang Siantar, mengingat beliau merupakan salah satu wartawan yang cukup kritis dalam hal menyoroti kebijakan-kebijakan di Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun.

“Penyebab kasus ini harus diusut tuntas, mengingat Pasal 4 UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dinyatakan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara. Serta Pasal 8 UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dinyatakan bahwa dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum,” tegas Edis.

Kemudian dari Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Fauzan Hariansyah menyampaikan, menyampaikan pembunuhan yang terjadi terhadap wartawan ini merupakan tindakan yang keji, di mana diketahui korban adalah salah satu wartawan senior.

“Beliau ini sangat kritis terkait kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyimpang, maka dari itu kita mengutuk keras pelaku pembunuhan tersebut, Keadilan harus ditegakkan. Para pelaku pembunuhan harus segera diadili dan diberi hukuman yang setimpal, kami berharap agar Kapolres Kabupaten Simalungun dapat mengungkap dan menyelasaikan kasus pembunuhan ini dengan cepat, dan juga harus mencari tahu lebih dalam apa sebenarnya motif pelaku. Jika kasus ini tidak selesai dan korban tidak mendapatkan keadilan, saya yakin teman-teman Cipayung Plus sepakat akan turun ke jalan dan menyuarakan keadilan. Kami dari HMI turut berduka cita atas musibah yang terjadi kepada Marshal Harahap. Mudah-mudahan beliau ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi Tuhan,” harapnya.

Juwita Panjaitan selaku Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Pematangsiantar-Simalungun menyampaikan tanggapannya atas kejadian tersebut. Beliau mengatakan, hal tersebut adalah perbuatan yang sangat keji dan tidak memiliki prikemanusiaan.

“Saya menyampaikan hal ini jangan pernah terjadi lagi kejadian tersebut di Kota Pematangsiantar, karena hal ini telah mencoreng nilai-nilai kemanusian dan Hak Asasi Manusia,” tandasnya.

Juwita juga mengatakan bahwa korban penembakan tersebut adalah seorang pemilik salah satu media online yang dalam waktu terakhir ini korban tersebut sedang menyuarakan kasus narkoba yang sedang marak-maraknya di Pematangsiantar. “Pemerintah harus mempunyai sikap yang tegas dalam mengusut tuntas kasus pembunuhan tersebut agar kejadian yang sama tidak pernah terjadi lagi,” ujar Juwita.

Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Pematang Siantar-Simalungun, Rifki Pratama mengutuk kekerasan dan pembunuhan terhadap wartawan Kota Pematangsiantar. “Ini merupakan tindakan kriminal dan tidak manusiawi. Saya meminta kepada pihak Kapolres Simalungun agar mengusut tuntas tindakan yang tidak manusiawi sehingga memberi hukuman yang setimpal,” pungkasnya. (Ardi)

- Advertisement -

Berita Terkini