Tingkat Kemiskinan di Sumut Turun, Peran Pemerintah Sangat Penting

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Mengacu kepada rilis data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan di Sumatera Utara (Sumut) mengalami penurunan sejak September 2020 hingga bulan Maret 2023. Penurunan angka kemiskinan ini sudah selayaknya kita apresiasi.

“Karena memang bukan perkara gampang untuk menuntaskan masalah kemiskinan disaat terjadi perlambatan ekonomi di Sumut. Di sisi lain, dampak dari perlambatan ekonomi global maupun resesi yang terjadi di sejumlah Negara, pada dasarnya juga turut berpengaruh pada ekonomi Sumut,” kata Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin di Medan, Jumat (21/7/2023).

Hal tersebut, kata Benjamin, di tengah banyaknya tekanan ekonomi yang terjadi belakangan ini, baik eksternal dan internal. Menekan jumlah angka kemiskinan itu merupakan sebuah prestasi. Tingkat kemiskinan Sumut pada bulan Maret 2023 turun di level 8.15% dari posisi September 8.33%. Tingkat keparahan dan kedalamannya juga membaik di level 1.261 dan 0.324, dari 1.411 dan 0.339.

“Yang menandakan bahwa pengeluaran masyarakat miskin semakin dekat dengan garis kemiskinan yang sebesar Rp. 602.999 per kapita per bulan. Atau sebesar Rp. 3.280.315 pengeluaran per rumah tangga miskin. Dimana perhitungannya satu rumah tangga memiliki 5.4 orang anggota keluarga. Di sisi lain pengeluaran masyarakat miskin juga tidak menjauh dari garis kemiskinannya. Dan kesenjangan antara masyarakat miskin juga membaik,” jelas Benjamin.

Menurut Benjamin, kemiskinan memang seharusnya menjadi “medan perang” pemerintah baik pusat dan daerah. Karena masyarakat miskin yang paling rentan dan rapuh saat menghadapi kondisi ekonomi global yang tengah mengalami bergejolak. Dan dari pengamatan saya sejauh ini, belanja pemerintah memegang peranan penting dalam menekan angka kemiskinan di bulan maret.

“Penurunan angka kemiskinan ini memang tidak terlepas dari upaya pemerintah untuk menekan kemiskinan ekstrim menjadi 0. Sehingga belanja pemerintah yang menjadi andalan untuk menekan angka kemiskinan tersebut. Meski demikian, pada dasarnya angka kemiskinan masyarakat ini masih menyisahkan masalah karena adanya pengeluaran untuk rokok kretek/filter,” kata Benjamin.

Lebih jauh Benjamin menjelaskan, presentasenya di perkotaan sebesar 12.63%, sementara di pedesaan 9.94%. Jadi ada pengeluaran sebesar 326 ribu hingga 414 ribu per rumah tangga miskin yang habis untuk rokok.

“Kalau saja pengeluaran tersebut bisa dihilangkan, maka garis kemiskinan akan turun, dan masyarakat yang keluar dari angka kemiskinan menjadi lebih banyak. Kalau pengeluaran tersebut bisa dikurangi atau dihilangkan, target pengentasan kemiskinan ekstrim bisa lebih cepat diselesaikan,” kata Benjamin. (Arda)

- Advertisement -

Berita Terkini