Jelang Rilis Pertumbuhan Ekonomi RI dan Suku Bunga The FED, Waspadai Ketidakpastian di Pasar

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Akan ada banyak agenda dan data penting yang akan dirilis pada pekan ini. Dari tanah air kita akan disuguhkan rilis data kinerja inflasi, ditambah dengan pertumbuhan ekonomi. Inflasi secara bulanan diproyeksikan akan mengalami peningkatan. Sementara inflasi secara tahunan akan bergerak turun. Data inflasi tersebut belum akan memberikan pengaruh besar bagi kinerja pasar keuangan domestik di awal pekan ini.

“Yang paling dinanti pelaku pasar adalah rilis data pertumbuhan ekonomi. Meskipun sejauh ini pertumbuhan ekonomi nasional masih berpeluang membukukan kinerja yang bagus. Tetapi potensi perlambatan yang terjadi perlu untuk dicermati. Terlebih menjelang akhir pekan ini Bank Sentral AS atau The FED akan menetapkan besaran suku bunga acuannya. Ditambah testimoni terkait dengan kondisi ekonomi AS yang turut dibarengi dengan ekspektasi bagaimana kebijakan suku bunga nantinya,” kata Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Senin (1/5/2023).

Selama ini, kata Benjamin, perkembangan kinerja ekonomi di AS yang turut dibarengi dengan terjadinya krisis di sektor perbankan. Telah membuat sikap pelaku pasar terbelah, karena ketidakpastian bagaimana suku bunga acuan global yang dimotori oleh The Fed nantinya akan terbentuk. Meski demikian, Benjamin masih meyakini bahwa tetap ada ketidakpastian, mengingat data inflasi dan ketenaga-kerjaan di AS masih solid.

“Karena krisis perbankan masih terus terjadi. Menggiring saya pada kesimpulan bahwa kondisi pasar keuangan masih rawan mengalami tekanan dalam jangka pendek. Tren pertumbuhan ekonomi AS yang melambat menjadi 1.1% di Q1 secara YoY akan mendorong perlambatan pada kinerja ekonomi di Negara lain. Ancaman resesi sulit untuk terelakkan dan akan membuat pelaku pasar pesimis,” jelas Benjamin.

Di pekan ini, lanjut Benjamin, pasar keuangan akan bergerak volatile dan berpotensi berfluktuasi liar dibandingkan dengan kinerja sebelumnya. Perdagangan di pasar keuangan khususnya pasar saham akan menuntut kehati-hatian ekstra karena situasinya bisa berubah dalam waktu yang sangat cepat.

“Untuk kinerja pasar saham yang mengalami kenaikan sekitar 1.4% selama sepekan sebelumnya ini bisa memicu aksi profit taking di pekan ini. IHSG masih berpeluang terkoreksi terlebih jika sikap The FED ditambah data pertumbuhan ekonomi di tanah air tidak mampu menopang penguatan. Untuk kinerja mata uang rupiah sendiri saya menilai masih diuntungkan dengan krisis perbankan di AS yang terjadi sampai saat ini, meksipun potensi penguatannya terbatas,” kata dia.

Benjamin menambahkan, rupiah masih akan mampu bertahan di area 14.600 hingga 14.800 per US Dolar. Sementara IHSG yang sangat dekat dengan level 7.000 memiliki resistensi yang kuat dan rawan terkoreksi di bawah 6.900.

“Untuk harga emas memang masih mengalami tekanan meskipun bisa berbalik menguat sekiranya sinyal kenaikan bunga acuan The FED memudar. Untuk harga emas berpeluang ditransaksikan dikisaran $1.950 hingga $2.000 per ons troy di pekan ini,” jelas Benjamin mengakhiri. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini