Setelah Libur Panjang, Bursa Saham, Rupiah dan Emas Dibayangi Tekanan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Setelah libur panjang, kinerja pasar keuangan diperkirakan akan kembali masuk dalam tekanan di pekan ini. Sejumlah tekanan pasar berada dari sisi eksternal, dan pekan ini hanya menyediakan 3 hari perdagangan dengan beberapa agenda atau data ekonomi penting. Sejumlah data penting yang akan memberikan pengaruh ke pasar diantaranya adalah rilis data pertumbuhan ekonomi di sejumlah Negara barat.

Hal itu dikatakan Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Selasa (25/4/2023).

“Di sisi lain, laporan keuangan dari sejumlah emiten di lantai bursa pada masing-masing Negara juga turut mempengaruhi nantinya. Sejauh ini pelaku pasar di banyak bursa di asia masih pesimis dengan kinerja emiten di bursa saham. Hal ini memicu terjadinya tekanan pada sejumlah bursa saham di Asia. Sementara IHSG sendiri diproyeksikan bergerak dalam rentang 6.700 hingga 6.850,” jelas Benjamin.

Lanjut dikatakan Benjamin, untuk kinerja mata uang Rupiah, diproyeksikan akan bergerak dalam rentang 14.800 hingga 14.950. Mata uang rupiah masih dibayangi tekanan seiring dengan jadwal Gubernur Bank Sentral AS atau The FED yang akan memutuskan besaran bunga acuannya pada bulan Mei mendatang. Sejauh ini, The FED diproyeksikan akan menaikkan bunga acuan sebesar 25 basis poin.

“Akan tetapi, pelaku pasar bukan hanya terfokus pada besaran bunga acuan yang ditetapkan nantinya. Namun lebih dari itu, testimoni dari Gubernur Bank Sentral AS akan menjadi penentu bagaimana nantinya pasar akan menyikapi atau mengambil kebijakan investasi di pasar keuangan. Agresifitas kebijakan Bank Sentral AS dalam menaikkan bunga acuan nantinya akan lebih didengar dan dinanti,” kata Benjamin.

Sementara itu, jelas Benjamin, harga emas yang sempat mampu bertahan di kisaran $2.000 per ons troy sebelum Idul Fitri. Belakangan mengalami koreksi dan sejuah ini ditransaksikan dikisaran $1.992 per ons troy nya. Penurunan harga emas ini juga dipengaruhi sikap investor yang masih wait and see. Dimana Bank Sentral AS yang akan menentukan arah pergerakan harga emas dalam waktu dekat.

“Meskipun untuk harga emas sendiri masih ditopang dengan sentimen fundamental yang cukup kuat dalam jangka panjang. Namun emas belum mampu menghindari sejumlah sentimen negatif jangka pendek. Dan sentimen negatif tersebut datangnya dari kinerja US Dolar yang memang kerap diuntungkan dari kebijakan kenaikan bunga acuan. Dan di pekan ini harga emas memiliki skenario koreksi harga dikisaran $1.830 per ons troy, dan resisten ada di level $2.000 per ons troy nya,” jelas Benjamin. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini