Inflasi Bulan April Diprediksi Akan Sangat Rendah, Jangan Jadikan Tolak Ukur Keberhasilan Pengendalian Inflasi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Harga sejumlah kebutuhan masyarakat di bulan Ramadan ini terpantau belum mengalami kenaikan. Padahal sekitar kurang dari 10 hari lagi Idul Fitri akan tiba.

“Namun saya meragukan bahwa inflasi di bulan April ini akan mampu menembus 0.2%. Mengingat sejumlah harga kebutuhan masyarakat masih relatif stabil atau tidak bergerak. Justru pada hari ini berdasarkan pemantauan PIHPS, harga cabai rawit mengalami penurunan. Dari rata rata 22.300 per Kg di kota Medan, menjadi 20.600 per Kg hari ini,” jelas Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Rabu (12/4/2023).

Benjamin mengatakan sesuatu yang tidak lazim tengah terjadi selama Ramadan tahun ini. Dimana harga justru cenderung mengalami penurunan, padahal momen Ramadan tahun ini seharusnya menjadi momen dimana inflasi kerap naik karena adanya dorongan permintaan. Atau kerap diistilahkan dengan demand push inflation. Tetapi Ramadan dan Idul Fitri tahun ini menjadi ujian berat bagi para pelaku bisnis seperti petani, peternak dan pedagang.

“Saya sangat yakin bahwa banyak yang berekspektasi lebih (over estimate) terkait dengan lompatan kebutuhan masyarakat selama Ramadan dan Idul Fitri. Bahkan over estimate juga dialami oleh perusahaan peternakan skala besar seperti penyedia kebutuhan daging ayam dan telur ayam. Yang notabene mereka memiliki sumber daya manusia mumpuni dalam perencanaan bisnis perusahaan kedepan,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan Benjamin, walaupun memang tidak mudah pada dasarnya untuk melihat perubahan belanja masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh masalah gangguan daya beli. Sehingga penyediaan stok yang telah direncanakan, justru menjadi bumerang yang merugikan perusahaan, karena masyarakat justru mengerem belanjanya. Alhasil stok yang sudah tersedia terpaksa dijual dengan harga murah atau bahkan di bawah harga keekonomiannya.

“Saya turut meyakini bahwa sebelumnya TPID juga telah mempersiapkan serangkaian kebijakan untuk meminimalisir inflasi yang terjadi selama ramadhan dan Idul Fitri tahun ini. Namun realisasi di lapangan justru mengejutkan, dimana Maret terjadi deflasi 0.31% untuk wilayah Sumut. Dan sampai sejauh ini harga kebutuhan masyarakat juga masih terdiam di level yang tidak jauh berbeda dibandingkan bulan Maret sebelumnya,” kata Benjamin.

Lanjutnya, meskipun masih ada sekitar 18 hari hingga menjelang tutup bulan April. Namun, sejauh ini, Benjamin pesimis bahwa akan ada lonjakan inflasi yang didorong dari sisi pengeluaran masyarakat.

“Jadi saya tetap pada ekspektasi awal bahwa inflasi April maksimal akan ditutup di level 0.2%. Dan saya menyarankan kepada TPID untuk tidak menjadikan inflasi yang rendah nantinya sebagai tolak ukur keberhasilan dalam pengendalian inflasi selama Ramadan dan Idul Fitri,” imbuhnya.

Benjamin menjelaskan karena tolak ukur pengendalian inflasi yang sulit itu memang selalu datang pada saat Ramadan dan Idul Fitri. Tetapi tahun ini berbeda sehingga tolak ukurnya harus diubah. Sehingga upaya yang dilakukan dalam pengendalian inflasi di bulan Maret maupun April, dapat terus ditingkatkan di bulan mendatang.

Benjamin berpendapat bahwa inflasi akan kembali naik setelah lebaran nanti. Cuaca salah pemicunya, dan perubahan harga jual beberapa komoditas akan kembali disesuaikan ke harga keekonomiannya.

“Jadi tantangan pengendalian inflasi setelah lebaran nanti saya perkirakan akan semakin berat. Terlebih harga minyak mentah dunia belakangan bergerak naik, ditambah dengan perang yang belum berkesudahan yang pada dasarnya sangat berpeluang memicu gangguan rantai pasok, yang bisa bermuara pada lonjakan harga bahan pangan global,” tandasnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini