Kebijakan Putin Untungkan Petani Sawit, Namun Ancaman Penurunan Harga Masih Mengintai

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Harga CPO belakangan ini masih mampu bertahan di atas level 4.000 ringgit per ton, tepatnya di harga 4.392 ringgit per ton, atau dikisaran $875.68 per tonnya. Harga CPO yang cukup stabil tersebut memberikan kenyamanan bagi para petani sawit, dimana harga TBS di sejumlah wilayah (khususnya Sumut) berada di atas Rp. 2.000 Per Kg. Harga 2.000 itu sudah memberikan keuntungan bagi petani sawit, meskipun tidak terlampau signifikan.

Hal itu disampaikan Pengamat Ekonomi, Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Jumat (4/11/2022).

“Kalau melihat perkembangan global, harga CPO belakangan ini sempat diuntungkan dengan kebijakan penangguhan ekspor yang dilakukan oleh Rusia pada hari Sabtu (29/10). Dimana pasca kebijakan tersebut langsung membuat harga komoditas pangan dunia mengalami kenaikan tajam, khususnya komoditas yang terkait langsung dengan penghentian kebijakan ekspor Rusia seperti gandum, jagung dan bunga matahari,” jelasnya.

“Nah harga CPO sendiri yang pada perdagangan, Jumat (28/10) sempat menyentuh 3.989 ringgit per ton, langsung melesat di atas level 4.000 ringgit per ton dan bertahan hingga hari ini. Tantangan harga CPO kedepan muncul dari China sebagai konsumen terbesar CPO. Yang meskipun pada kuartal ketiga ekonominya mampu tumbuh melebihi ekspektasi sebesar 3.9%. Akan tetapi belum menghapus ancaman sepenuhnya seperti pandemi covid 19 yang bisa saja membuat China kembali melockdown sejumlah wilayahnya,” jelas Benjamin.

Di sisi lain, ungkapnya, tren kenaikan suku bunga acuan The FED, ditambah dengan penguatan US Dolar terhadap sejumlah mata uang dunia salah satunya ringgit Malaysia, juga menguntungkan harga CPO. Namun tantangan beserta ancamannya juga tidak kalah besar di tahun 2023 mendatang. Salah satunya adalah ancaman resesi ekonomi global yang bisa menekan permintaan CPO, dan bisa membuat harga CPO relatif mengalami penurunan.

“Karena penurunan pada harga CPO dunia bisa menyeret pelemahan harga TBS di tingkat petani, yang akan membuat daya beli masyarakat terganggu. Untuk itu perlu memetakan bagaimana harga CPO bisa dinilai berada pada posisi yang aman dan baik bagi industri maupun bagi petani sawit,” jelasnya.

Dalam situasi sekarang ini (biaya input produksi dan biaya hidup naik), ungkapnya, petani mengharapkan harga TBS itu bisa diatas 1.800 per Kg. Yang berarti harga CPO berada diatas kisaran harga 3.800 ringit per tonnya. Disisi lain saya menilai industri pengolahan kelapa sawit masih memiliki kemampuan finansial yang baik jika harga CPO masih mampu diatas 3.400 ringgit per ton.

“Masalah ketidakpastian ekonomi kedepan, seperti masalah geopolitik maupun ancaman resesi tidak lantas akan membuat harga CPO mengalami penurunan. Khusus untuk resesi ekonomi saya pikir ini jadi ancaman serius bagi harga CPO. Tetapi untuk masalah geopolitik saya menilai harga CPO bisa saja diuntungkan jika situasianya memanas. Dan sejauh ini Presiden Rusia Vladimir Putin juga menyatakan bahwa kembalinya rusia dalam kesepakatan ekspor biji-bijian, belum bisa dipastikan partisipasinya akan berlangsung dalam waktu berapa lama,” pungkas Benjamin. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini