Sumut Harus Waspada, Sejumlah Negara Tujuan Ekspor Sumut Tengah Bermasalah

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Data menunjukan ekspor Sumut ke China pada bulan agustus 2022, secara nominal mengalami penurunan 31.7%, Ekspor ke Amerika turun 23,5%, Dan ekspor ke India mengalami kenaikan sebesar 202%.

“Tetapi yang perlu digaris bawahi adalah ekspor ke India ini fluktuasinya sangat tajam. Saya menilai ekspor ke India di bulan agustus yang sebesar 218,7 juta US Dolar, tidak bisa dijadikan acuan sepenuhnya dalam melihat perkembangan ekspor di bulan sebelumnya. Karena rata rata ekspor Sumut ke india periode April ke Agustus itu dikisaran 94 juta US Dolar,” jelas Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin di Medan, Selasa (18/10/2022).

Dijelaskan Benjamin, sejumlah Negara tujuan ekspor Sumut tengah mengalami kontraksi atau resesi. AS menjadi Negara yang masuk dalam jurang resesi. Sejumlah Negara Eropa akan masuk dalam jurang resesi. Dan sejumlah Negara lainnya seperti Pakistan dengan beban hutang besar juga memiliki peluang besar mengalami masalah fundamental ekonominya.

“Di sisi lain China melambat pertumbuhan ekonominya, dimana di kuartal kedua hanya tumbuh 0.4%. Sementara India yang mencatatkan pertumbuhan 13.5% di kuartal kedua 2022, diragukan akan mampu membukukan pertumbuhan tetap di jalur kenaikan yang sama,” jelas Benjamin.

Selanjutnya, kata Benjamin, Jepang dan Korea Selatan juga terancam masuk jurang resesi. Artinya ada banyak Negara yang diproyeksikan mengalami gangguan ekonomi yang bisa saja menekan permintaan komoditas dari Sumut. Dan yang perlu diwaspadai adalah China.

“Nah kalau China juga melambat saja atau mengalami Resesi nantinya. Maka eskpor Sumut akan berhadapan dengan badai yang sempurna. Karena bukan hanya China saja yang merasakan adanya tekanan ekonomi tersebut,” kata Benjamin.

Namun, jelas Benjamin, Negara lain juga akan kena getahnya. Karena dampak perlambatan ekonomi China saja sudah bisa membuat banyak Negara mengalami tekanan pertumbuhan ekonomi yang cukup parah.

“Sejauh ini konsumsi rumah tangga masih menyumbang setengah dari pertumbuhan ekonomi di Sumut. Namun jangan abaikan ekspor Sumut yang berpotensi melambat. Karena sejauh ini sudah ada sejumlah perusahaan kelapa sawit di hilir yang merumahkan karyawan kontraknya,” kata Benjamin.

Jadi, kata Benjamin, gangguan ekspor Sumut ini juga akan mengganggu konsumsi rumah tangga di wilayah Sumut, yang akan bermuara pada pelemahan laju pertumbuhan ekonomi di wilayah ini,” ujarnya.

Diungkapkan Benjamin, masih ada komoditas atau barang unggulan ekspor Sumut seperti karet, kopi dan produk kimia. Dan semuanya masih dalam potensi mengalami tekanan pada kinerja ekspornya. Jika resesi di tahun depan terjadi, Sumut sangat berpeluang merealisasikan pertumbuhan dalam rentang 2,6% hingga 3%.

Benjamin menambahkan, salah satu indikator melihat potensi tekanan ekonomi besar di Sumut bisa dilihat dari harga CPO. Jika turun di bawah 3.200 ringgit per ton, maka multiplier effect dari pelemahan harga dan ekspor bisa memberikan pukulan yang signifikan terhadap aktifitas bisnis sawit dari hulu hingga ke hilir. Termasuk penambahan jumlah pengangguran. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini