BBM Sudah Dinaikkan, Nasib Ekonomi Sumut Bagaimana?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Pemerintah telah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Kenaikan harga BBM tersebut tentunya akan mempengaruhi kinerja ekonomi kedepan.

“Ada beberapa hal terkait ekonomi di wilayah Sumatera Utara (Sumut) yang perlu diperhatikan secara serius, agar dampak kenaikan harga BBM ini bisa diminimalisir dampaknya terhadap daya beli masyarakat. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah pemutakhiran data penerima bantuan sosial,” kata Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Sabtu (3/9/2022) malam.

Dengan tren laju tekanan inflasi yang tinggi, sambungnya, ditambah dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang terancam stagflasi. Potensi penambahan jumlah masyarakat miskin berpeluang terjadi di wilayah ini. Kenaikan harga BBM saat ini memang tidak akan lantas membuat jumlah angka kemiskinan di September mengalami kenaikan, namun nanti di bulan Maret 2023 data penambahan angka kemiskinan akan sangat terlihat.

“Untuk bulan September tahun 2022 ini, presentase penduduk miskin di Sumut berpeluang naik di kisaran angka 8.53%, dari posisi Maret 2022 di level 8.42%. Dengan garis kemiskinan di bulan September 2022 yang bisa naik di kisaran angka 583 ribu per kapita. Dan di bulan Maret 2023 nanti tingkat kemiskinan di Sumut berpeluang menembus angka 9%,” imbuhnya.

Lebih jauh dijelaskan Benjamin, faktor pemicu peningkatan angka kemiskinan yang paling besar adalah laju tekanan inflasi. Salah satunya karena kenaikan harga beras, ditambah dengan nilai tukar petani yang berpeluang turun. Disisi lain, 40% rumah tangga yang termasuk dalam lapisan terbawah berpeluang untuk mengalami peningkatan pengeluaran. Dan bantuan sosial pemerintah setelah mulai September ke Maret 2023 nanti diyakini akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

“Faktor penambah beban lainnya adalah nilai tukar petani dalam 4 – 6 bulan kedepan diperkirakan akan mengalami penurunan. Hal ini dipicu oleh tingginya inflasi ditambah dengan harga komoditas yang cenderung stagnan, ditambah dengan ancaman resesi global yang akan menekan harga komoditas unggulan Sumut kedepan,” ujarnya.

Inflasi di Sumut, ungkap Benjamin, berpeluang menyentuh angka 6.4% pada tahun 2022 ini. Sementara pertumbuhan ekonomi akan tertekan di bawah 5% nantinya. Ada gap antara pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang mengindikasikan tekanan daya beli yang masih akan terjadi di masa yang akan datang.

“Sementara itu, potensi penurunan harga cabai di bulan September, sumbangsih deflasinya akan tertutupi oleh inflasi akibat kenaikan harga BBM,” tandasnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini