Apresiasi Islam Terhadap Ke-Bhinekaan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Dr. H. Arifinsyah, M.Ag

MUDANews.com – Satu tema penting dalam hidup ini yang harus kita sadari adalah bagaimana Islam mengapresiasi soal ke-Bhinekaan dan keberagaman. Apa pentinganya keberagaman bagi kehidupan kita, dan bagaimana islam yang dibawakan oleh para nabi  Mission Properties untuk menghargai kehidupan ini agar lebih baik dan lebih kuat dimasa yang kan datang.

Islam melihat, bahwa keragaman itu adalah kehendak tuhan, apapun yang kita miliki hari ini, suku apapun kita, adalah kehendak tuhan, jadi tidak ada diantara kita ini yang bisa dahulu meminta kepada tuhan aku harus dijadikan suku ini atau suku itu. Mengapa, karena itu adalah pemberian tuhan. Karena dia pemberian tuhan, maka sudah pastilah pemberian itu harus kita hargai. Karena dia pemberian tuhan, semua keberagaman itu baik, tidak ada yang tidak baik. Jadi jika ada orang yang mengatakan suku dialah yang paling baik, sementara suku yang lain tidak baik, sesungguhnya dia sudah tidak menghargai ciptaan tuhan.

Nabi nabi yang Allah Swt,  utus kemuka bumi semua berhadapan dengan keberagaman, tidak ada seorang nabi yang hanya menghadapi masalah tunggal. Hari ni juga di bangsa kita, tidak ada satu tempat apapun yang Homogen, semuanya Hetrogen. Baik dari sisi etnis, agama, ras, suku, maupun tingkat pemehaman kita semua berbeda. Jika kita perkecil ruang lingkupnya, tiga puluh orang akan menghasilkan pola pikir yang juga beragam, setidaknya tiga puluh pola pikir, dan pasti tentunya berbeda pandanagn dalam menilai sesuatu.

Orang yang berhasil mengarungi kehidupan didunia adalah, orang yamg mampu menghargai keberagman tersebut. Keberagaman itu akan menjadi aset,  keberagaman itu akan menjadi khazanah, dan keberagaman itu sudah tentu akan menjadi keindahan. Bunga jika hanya ada satu jenis saja di taman, sudah tentu tidak akan indah dipandang oleh mata setiap yang memendangya. Oleh sebab bergaman corak dan namalah yang menjadi sebab keindahan bunga tersebut.

Islam melihat bahwa keberagaman yang ada didunia ini, baik jenis kelamin mapun suku- suku yang ada di indonesia tentunya, sesungguhnya semua itu adalah ladang amal bagi setiap diri seorang muslim. Sebagai contoh yang Rasul perlihatkan kepada kita ketika beliau hijrah ke Madinah dari Mekkah. Dimadinah baginda Nabi Muhammad Saw, berjumpa dengan orang ‘Aus, Nabi Muhammad disebut Kaum muhajirin oleh orang- orang madinah, sedangkan orang- orang madinah sebut dengan ansor.

Begitu Rasul berada di madinah, rasul berubicara kepada orang- orang madinah, “hai semua saudaraku, ansor saudaraku, muhajirin saudaraku, yahudi saudaraku, nasrani saudaraku, majusi saudaraku, mari sama- sama kita bangun madinah, tetapi aku yang menjadi pimpinan kalian semua, jika kalian setuju, maka ikut peraturanku”, sebab para kaum ansor dan semua orang yang berada dimadinah sepakat mengikuti rasul sebagai pemimpin mereka, maka rasul pun membuat pernyatan dengan terbitnya piagam madianah untuk orang- orang muslim, dan untuk oarang- oarang non muslim ada aturan sesuai yang mereka sepakati, namun jangan kalian mengikuti aturan orang muslim, sebab itu adalah pemaksaan, begitu lah akhlak baginda rasul dan menyikapi keberagaman di madinah pada awal- awal beliau hijrah dikota tersebut.

Suatu hari abu bakar datang kerumah aisyah Ra, beliau bertanya kepada aisyah, ya aisyah sewaktu Rasulullah hidup dahulu, apa yang beliau lakukan ketika pagi hari sebelum melakukan aktivitas yang lain? Aisyah menjawab, wahai ayahku, disudut masjid nabawi itu ada seorang yahudi yang buta, dan beliau memberi makan yahudi buta tersebut sambil menyuapi orang tersebut, dan seriap Rasulullah datang memberi makan kepadanya, setiap itu jugalah si yahudi buta tersebut menghina dan memaki Rasulullah, tanpa dia sadar siapa sebenarnya yang memberi makan dia dan menyuapi dia makan, itulah yang pertama kali dilakukan Rasul pada pagi hari.

Lantas abu bakar pun melaksanakan aktivitas yang biasa Rasul buat tersebut dengan membawa makanan kepada yahudi itu serta menyuapi manakan tersebut kepadanya. Akhirnya si yahudi buta tersebut menolak suapan yang diberikan oleh bau bakar, seraya berkata, siapa engkau sebenrnya? Suapan mu tak seperti biasanya, tak selembuat orang yang selama ini datang memberiku makan, akhirnya abu bakar menjelaskan kepada si yahudi tersebut bahwa dia bukanlah orang biasa yang datang menyuapinya, yahudi bertanya, lantas siapakah selama ini yang menyuapi ku makan? Abu bakar menjawab ia adalah Muhammad Saw, orang yang selalu kau hina, maki dan kau bilang gila tersebut, ialah yang selalu memberi mu makan dan menyuapi mu setiap hari. Yahudi tersebut pun terdiam lalu bertanya kembali, dimana sekarang Muhammad Saw tersebut, beliau sudah meninggalkan kita untuk selamanya jawab abu bakar, si yahudi pun menangis dan meminta abu bakar untuk membimbing dia bersyahadat.

Begitulah contoh keberagaman yang di perlihatkan rasul kepada kita, allah ingin kita ini menjadi makhluk yang bukan tanpa salah, tetapi makhluk yag harus sadar dan menyadari kesalahanya serta memaklumi kesalahan orang lain. Sebab jika kita bertanya kepada diri kita masing- masing siapa diantara kita manusia yang paling bersih dan suci disisi Allah, tidak akan ada satupun diantara kita yang berani menjawab hal tersebut. Oleh sebab itu tak pantas lah bagi kita mengatakan orang lain itu buruk kitalah yang suci yang nantinya mengakibatkan ketidak harmonisan antar keberagaman.

Jangan bermimpi kita hidup akan disennagi oleh semua orang, jangankan kita manusia biasa yang berlumur dosa, bahkan baginda Nabi Saw saja ada yang tidak suka dengan kehadiran beliau, jadi wajar bagi kita menyikapi hidup ini secara alamiah, mennyadari bahwa semua ini adalah pemberian tuhan semata bahwa kita ini adalah ragam, dan dalam keragaman itu kita menikmati hidup.

Pada akhirya Allah menciptakan kita tidak satu skiil, tetapi memiliki potensi- potensi yang berbeda, maka dari itu mari sama- sama kita hargai keberagaman dimana pun kita berada, agar  Allah juga akan menghargai kita, dalam banyak riwayat dikatakan, “sayangilah semua penduduk bumi, agar penduduk langit menyangi anda”,  jangan ciptakan permusuhan, seribu kawan itu sedikit, satu orang musuh itu adalah banyak, jangan ciptakan musuh dalam hidup ini, mari kita ciptakan keberagaman, kita lemah lembut kepada sesama ciptaan Allah, marhamah agar hidup kita dapat menjadi Rahmatanlil ‘Alamin.

Wa Ma Tawfiqi Illa Billah,,,

Penulis adalah Ketua Forum Pembauran Kebangsaan Provinsi Sumatera Utara

- Advertisement -

Berita Terkini