Ramadhan, Momentum Perdamaian Dunia

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Dalam Islam Ramadhan adalah bulan yang memiliki keutamaan dibandingkan bulan-bulan lainnya , curahan Rahmat Allah diturunkan di bulan suci ini. Al Qur’an diturunkan, perintah menunaikan ibadah puasa disampaikan, Ramadhan bulan yang penuh ampunan.

Sebelum datangnya perintah berpuasa di bulan Ramadhan, tradisi menjalankan ibadah puasa sudah ada sejak nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad, seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim dan Nabi Daud, yang kemudian disempurnakan dalam puasa Ramadhan yang ditegaskan dalam surat Al Baqarah ayat 183, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Bulan suci Ramadhan bukan sekedar kewajiban berpuasa sebulan penuh bagi umat Islam, namun menjadi sarana ibadah yang menyatukan nilai-nilai ketakwaan kepada Allah SWT Sang Pencipta alam semesta dengan nilai-nilai kemanusian terhadap ciptaan-Nya.

Ramadhan melatih kesabaran, mengendalikan hawa nafsu-amarah, menumbuhkan empati bagi orang lain, melahirkan solidaritas sosial, menciptakan insan yang welas asih, yang pada akhirnya mengukuhkan kehadiran Islam sebagai Rahmatan lil Alamin.

Di bulan Ramadhan, sejarah mencatat peristiwa-peristiwa besar peradaban dunia. Di bulan Ramadhan selalu menjadi momentum arah masadepan perdamaian Dunia. Proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, berlangsung di bulan Ramadhan.

Begitupun peristiwa terbesar yang melanda dunia dengan wabah penyakit corona virus memuncak di bulan Ramadhan setahun lalu melahirkan kerjasama yang erat seluruh negara di dunia untuk menemukan Vaksin Covid-19, yang hasilnya mulai kita rasakan memasuki bulan Ramadhan 1442 H tahun ini, dimana seluruh Bangsa di dunia bersatu untuk dapat segera mengakhiri pandemic Covid 19.

Namun disisi lain dunia yang tengah menghadapi tantangan bersama memulihkan yang terpapar Corona Virus, masih ada bagian yang jauh dari kebersamaan. Kesejahteraan dan kedamaian yang menjadi modal utama pemulihan pandemic covid-19, merupakan ironi bagi wilayah-wilayah dimana ketegangan, konflik, sengketa wilayah bahkan peperangan masih berkecamuk.

Kerjasama antar negara dunia seakan terputus di wilayah sengketa yang juga membutuhkan uluran tangan para pemimpin Dunia. Sebut saja di Syiria, Yaman,Nagorno Karabakh, Crimea-Ukraina Timur, Ossetia Selatan, Kashmir Afghanistan, Libya, Venezuela, Myanmar, Palestina, Ethiopia, Burkina Faso hingga ketegangan di Laut China Selatan.

Kesemuanya menginginkan kedamaian, hanya perdamaian yang dapat menghantarkan kesejahteraan umat manusia.

Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh, sebagian besar wilayah konflik Dunia yang tengah berlangsung, tampak sebagian besar keterlibatan negara-negara berpenduduk muslim yang rakyat dan pemimpinnya tengah menyambut bulan suci Ramadhan yang mulia saat ini.

Bulan suci Ramadhan yang menebarkan salam kasih sayang, merupakan momentum yang seharusnya dapat digunakan oleh para pemimpin negara-negara Islam untuk  mempersatukan semua pihak yang bertikai, mempertemukan para pemimpin untuk menghentikan persengketaan, menghentikan sikap permusuhan.

Terlebih jika konflik itu terjadi dalam sebuah Negara dimana Islam menjadi mayoritas, atau konflik antar negara yang sama-sama berpenduduk muslim mayoritasnya, bahkan konflik antar negara yang pemimpinnya berbeda Agama, seorang pemimpin muslim dapat menjadi pionir menciptakan perdamaian.

Juga bagi pemimpin dunia lainnya, yang dapat memahami hakikat bulan Ramadhan bagi umat Islam, akan menjadikan momen untuk mengambil insiatif perdamaian di berbagai wilayah sengketa.

Para pemimpin negara-negara besar dunia saat ini tengah menghadapi kegamangan. Di satu sisi ingin mengukuhkan supremasinya, disisi lain menghadapi tantangan internal yang sama dan tidak mudah mengatasinya, pandemic Covid-19. Di satu sisi menunjukan kehebatan kekuatan teknologi militernya, disisi lain menghadapi masalah ekonomi domestiknya. Tidak ada satu negara pun yang tidak terimbas jatuh perekonomiannya akibat pandemic Global, pertumbuhan ekonomi dibawah 0.

Disatu sisi ingin memiliki pengaruh mengendalikan atau menguasai negara lain, disisi lain tergantung pada dukungan negara lain. Tidak ada satupun negara yang saat ini bisa disebut sebagai Super Power. Kekuatan pengaruh sebuah negara dalam geo-strategi global saat ini sangat ditentukan oleh kolektifitas aliansinya.

Situasi ini merupakan peluang bagi para pemimpin negara-negara Islam untuk membangun aliansi kolektifnya sesama negara berpenduduk mayoritas Islam dalam menciptakan perdamaian dunia, khususnya di wilayah-wilayah sengketa dengan mayoritas muslim terbesar hidup disana : Syiria, Palestina, Yaman, Kashmir, Crimea, Afghanistan, Libya dan lainnya.

Para pemimpin negara Islam seharusnya berinsiatif menyelesaikan sengketa di wilayahnya, bahkan mengajak para pemimpin negara lain untuk bersama-sama mendukung terciptanya perdamaian. Bukan sesuatu yang mustahil untuk mewujudkannya.

Bulan Ramadhan adalah momentum yang paling baik untuk mengajak seluruh umat muslim dunia menciptakan perdamaian, memperkokoh persaudaraan, membangun kembali peradaban yang mensejahterakan umat manusia.

Pesan perdamaian dan persaudaraan umat Islam yang mencintai umat manusia, yang toleran, yang menjauhi cara-cara kekerasan dalam upaya menyelesaikan masalah , perlu diimplementasikan dengan nyata untuk menyadarkan Dunia tentang arti pentingnya nilai-nilai Islam yang Rahmatan lil Alamin, memberi kebaikan bagi semesta alam. Bulan Ramadhan adalah waktu terbaik untuk melakukan hal ini.

Ada dua agenda besar yang menjadi tantangan para pemimpin negara-negara Islam saat ini yaitu mengatasi pandemic Covid-19 agar segera keluar dari krisis nasional-global dan menghentikan konflik-peperangan di wilayah-wilayah negara berpenduduk islam.

Semoga para pemimpin negara-negara Islam dan negara lainnya, di bulan suci Ramadhan 1442 H ini mampu menciptakan perdamaian dunia yang abadi. (*)

Oleh : Prof Dr H Yuddy Chrisnandi SH ME

Penulis adalah Guru Besar Ilmu Politik Universitas Nasional/ Duta Besar RI untuk Ukraina, Armenia & Georgia

 

- Advertisement -

Berita Terkini