Gibran Dijuluki ‘Nepo Baby’, Feri Mukli: Masyarakat Lebih Terpukau Dengan Gagasan Gibran

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

DETAKSUMUT.ID – Calon wakil presiden (Cawapres) Gibran Rakabuming Raka menjadi trending topik pasca debat cawapres beberapa waktu lalu. Banyak yang memuji penampilan dan gagasan yang ia sampaikan dalam debat tersebut dan ada juga yang tetap mengkritiknya bahkan ada istilah “nepo baby” dan politik dinasti yang tersematkan padanya.

Ketua Bappilu Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Sumatera Barat, Feri Mukli menyebut julukan-julukan tersebut tidak bisa disematkan kepada Gibran. Ia menyebut Gibran memang anak seorang presiden dan Gibran sendiri tidak bisa memilih takdir terlahir dari rahim siapa.

“Anak seorang pengusaha boleh kok meneruskan usaha orang tuanya, namun tentu dengan harapan ditangan anaknya usaha menjadi lebih berkembang. Begitu juga dengan mas Gibran, beliau menawarkan Indonesia masa depan yang menjadi pusat kekuatan baru dunia, dengan melanjutkan hilirisasi di berbagai sektor termasuk hilirisasi digital,” jelas Feri yang juga Caleg DPRD Provinsi Sumbar Dapil 1 atau Kota Padang pada Kamis, 28 Desember 2023.

Diketahui, Gibran merupakan anak sulung dari Presiden Joko Widodo. Ia menjabat sebagai walikota Surakarta sejak Februari 2021. Ketika itu sematan politik dinasti melekat pada ia dan keluarga Jokowi. Sampai pada akhirnya ditetapkan sebagai calon wakil presiden dari Prabowo Subianto.

Meskipun demikian, Feri menyebut politik dinasti tidak bisa disematkan kepada Gibran karena keputusan akhir berada di tangan rakyat.

“Hal tersebut tidak bisa disebut politik dinasti karena keputusan akhir tetap berada di tangan rakyat, yang menentukan hasilnya rakyat bukan elite dan juga bukan partai politik,” jelasnya.

Lebih jauh, Feri menyebut, orang orang memilih Gibran nantinya karena terpukau dengan gagasan yang ditawarkan Gibran yang luar biasa baik didalam debat ataupun masa kampanye. Gagasan-gagasan tersebut lah yang menjadi patokan masyarakat nanti memilihnya. Salah satu gagasannya adalah soal hilirisasi, termasuk ide hilirisasi digital.

Didalam debat cawapres beberapa waktu lalu, Gibran mengatakan butuh generasi emas untuk mewujudkan Indonesia emas. “Kita harus mampu mengubah future challenge menjadi future opportunity, kita harus punya future talents yang dilengkapi dengan future skills, untuk itu hilirisasi digital akan kami genjot,” ujarnya dalam debat pada Jumat, 22 Desember 2023.

Untuk menggenjot hilirisasi digital, Gibran berjanji akan menyiapkan anak-anak muda menjadi ahli kecerdasan buatan atau artificial intellegence alias ahli AI, serta ahli digital lainnya.

- Advertisement -

Berita Terkini