Hari Guru Nasional, Yuk Intip Sepak Terjang Serasi Malem Sitepu

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Binjai – Momentum Hari Guru Nasional tahun 2021, Serasi Malem Sitepu, S.Pd, akrab disapa “Asih”, Asih adalah seorang guru dengan sosok istimewa. Keistimewaan Asih bukan hanya pada profesi keguruannya saja, Ia juga seorang organisatoris sejak mahasiswa dan dianugerahi keberagaman talenta.

Semenjak mahasiswa Asih aktif berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan diberi amanah menjadi Ketua Umum KOHATI Komisqriat FPIPS IKIP Medan (1995-1996) dan Sekretaris Umum KOHATI Cabang Medan (1997-1998).

Pasca menyelesaikan Strata Satunya, Asih mulai mengabdikan dirinya sebagai Guru di SMP Negeri 5 Binjai pada 2007 dan saat ini menjabat sebagai Pembantu Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.

Asih berpendapat bahwa pengetahuan tentang ilmu dan teori mudah didapatkan, tinggal searching google dapat, dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai guru, komposisi aspek Kognitif, afektif dan psikomotorik, wajib diubah dengan tidak lagi lebih besar ke aspek kognitif, namun ke psikomotorik dan afektif.

“Kehadiran atas semangat dan motivasi kita dapat memicu dan menggerakkan anak didik berkreasi sesuai dengan naluri mereka, guru hanya sebagai pemantiknya saja. Sekali petik, jadilah mereka sesuai yang mereka inginkan, tentunya bersifat positif,” tutur Asih.

“Kita beri pengalaman yang baru buat mereka, sesuatu  yang baru yang nantinya tidak akan pernah mereka lupakan. Guru semestinya tetap berpikir positif dan mencintai siswa seperti kita mencintai anak sendiri, bekerja dengan hati, curahkan kasih sayang kepadanya dan kelak mereka menjadi pribadi yang lembut, mandiri, percaya diri dan berakhlak mulia,” jelas Asih.

Keaktifan berorganisasinya tidak berhenti ketika selesai kuliah, Asih juga tetap berorganisasi sebagai Presidium di Forum Alumni HMI Wati (FORHATI) Binjai dan FORHATI Sumut.

Pengalaman organisatoris tersebut menjadi dasar dan  bekal baginya untuk juga terlibat mengaktifkan OSIS serta mengembangkan kreativitas siswa di tengah pandemi Covid-19.

Ketika siswa belajar dari rumah secara daring, akan hadir kejenuhan anak dan mengindikatori semangat belajarnya menurun. Hal tersebut membuat Asih bersama sekolah tempatnya mengajarnya memutuskan untuk memacu kreativitas siswa dengan berbagai kegiatannya.

Dengan harapan agar sisiwa kembali semangat belajar saat kegiatan tatap muka dengan waktu yang sangat terbatas dan pastinya selalu mengikuti protokol kesehatan.

Berbagai kegiatan dilaksanakan di SMPN 5 Binjai di bawah tanggung jawab PKS Kesiswaan. Di antaranya membuat Eco Enzyme (EE), yaitu program pelestarian lingkungan, mengubah limbah organik (sampah buah/sayur) diproses permentasi selama 100 hari dan menjadi eco enzyme, yakni cairan alami serba guna dan bernilai ekonomi.

Menurut Asih, banyak manfaat diperoleh dari EE ini, di antaranya sebagai pupuk tanaman/ bunga, pembersih udara (disinfektan), pembersih lantai, perlengkapan rumah, sebagai obat luka, dan lainnya.

“Kita tanamkan kesadaran sejak dini pada siswa agar kelak mereka dapat menjaga dan melestarikan lingkungannya,” sebut Asih seraya menambahkan pembuatan EE ini dilaksanakan hampir tiga bulan sekali.

Selain itu, mereka juga membuat pupuk kompos dengan mengumpulkan limbah organik (dedaunan) dengan kotoran hewan (kohe) dipermentasikan dengan menggunakan cairan eco enzyme selama lebih kurang satu bulan.

Kata Asih, mereka rutin bekerjasama dengan Puskesmas setempat untuk mengadakan Posyandu Remaja dan Posbindu untuk guru.

“Anak-anak kita beri penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan. Guru dan siswa dicek kesehatannya secara gratis,” kata perempuan smart, beauty and humble, kelahiran 6 Juni 1974 ini.

Selain itu, anak didik dilatih mencintai kesenian dan kebudayaan daerah dengan okut serta mengisi kegiatan-kegiatan yang berlabelkan seni dan kebudayaan, salah satunya yaitu melatih menari tarian daerah.

“Jangan sampai di zaman milineal, Higt Teknologi, anak-anak menjadi semakin malas dan konsumtif menjadi generasi rebahan. Teknologi mestinya membuat kita produktif, kreatif, dan aktif. Modernisasi tidak mesti kita lupa akan akar budaya sendiri, SMP Negeri 5 Binjai sejak dini diperkenalkan untuk mencintai kebudayaan daerahnya. Rutinitas latihan untuk dapat menarikan tarian daera kita laksanakan sampai mereka terlatih dan terampil saat sekolah menggelar acara,” jelas Asih.

Mereka juga dibantu menyalurkan potensinya dalam olah vokal, setelah latihan menari, mereka bergantian bernyanyi, sehingga kualitas vokalnya tambah bagus dan tumbuh kepercayaan diri.

Hobi Nyanyi

Asih menuturkan, awalnya sedikitpun tidak pernah berangan-angan menjadi guru. Dulu, saat masih kecil, dia justru berkeinginan menjadi dokter. Setelah SMA berubah ingin menjadi business woman.

Saat mengikuti pesantren kilat di sekolah pada bulan Ramadan, kakak instruktur yang mengelola training mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi menyarankan agar masuk IKIP (Unimed-red) untuk mewarnai kampus IKIP saat itu, karena mahasiswanya didominasi nonmuslim.

Dengan bismillah ikut tes, alhamdulillah masuk IKIP Negeri Medan 1993. Hal inilah selanjutnya membawanya seperti saat ini, menjalani profesi sebagai seorang guru.

Di waktu senggang usai mengajar, Asih menyempatkan diri menyalurkan hobinya bernyanyi. Setiap hari dia terus belajar mengolah dan mengasah kualitas vokalnya.

“Saya banyak belajar saat melihat acara program pencarian bakat di televisi,” ungkap guru yang mengajar bidang studi IPS ini.

Dari situ dia belajar mengikuti saran dari para juri dan sering melatihnya saat tayangan yang ada live music-nya. Aliran slow rock pun menjadi pilihannya dalam bernyanyi.

“Kalau sudah terdengar instrumen musik, adrenalin saya terus bergejolak. Jiwa bergemuruh, semangat membuncah untuk ikutan nyanyi,” sebut Asih.

Tak mengherankan pula, jika sejumlah alumni HMI di MW KAHMI Sumatera Utara, menjulukinya sebagai ‘Nicky Astria’-nya Forhati, sebuah julukan yang pantas dan tidak terlalu berlebihan.

Di samping hobi menyanyi, Asih juga pernah ikut berlatih menari saat masih duduk di SMP di kampungnya.

Bermodalkan pengalaman itu pulalah membuat Asih lumayan lincah menari, sehingga diberi kepercayaan melatih para pelajar di sekolahnya, menari.

Begitulah sosok Serasi Malem Sitepu. Tak cuma rutin mengajar, dia juga bisa membekali anak didiknya dengan berbagai keterampilan.

Kepemilikan atas sejumlah value added (nilai plus), yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya, melainkan pun juga bisa ditransfer kepada anak didiknya.

Sedangkan, dalam melakoni kerasnya tantangan kehidupan, Asih menerapkan motto ‘Dengan ilmu hidup akan mudah, dengan iman hidup lebih terarah, dengan seni hidup menjadi indah”.

Berlomba-lombalah berbuat kebaikan. Hidup itu, sekali mati selamanya. “Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi sesama,” kata Asih sedikit
bertausiyah, seraya tersenyum syarat makna. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini