Hari Guru Nasional, Berikut 8 Kompetensi Pendidik, Yuk Simak Apa Saja?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

by Agung Wibawanto

Menjadi guru/dosen (baca: pendidik) dengan kacamata serta pemikiran yang pragmatis tentu sangat mudah sekali. Tidak heran selalu banyak yang berkeinginan menjadi pendidik. Berpikir bahwa saya sudah bekerja (bukan berstatus pengangguran lagi), tugas utama menyampaikan materi mapel/matkul, membuat soal ujian dan melakukan penilaian hasil evaluasi (ujian).

Namun untuk menjadi pendidik yang ideal? Kita ketahui bahwa kriteria “ideal” mestinya sudah dipahami pendidik baik melalui permendikbud, permenristek-dikti, maupun manual pelatihan atau training untuk guru dan dosen. Jujur, saya hanya menggunakan intuisi dari pengalaman mendidik, serta hasil obrolan dengan peserta didik hingga mahasiswa.

Saya bertanya, “Menurut kamu, guru/dosen yang menyenangkan itu yang seperti apa?” Kategori “menyenangkan” di sini dimaksudkan akan menyebabkan siswa/mahasiswa menjadi bertambah semangat belajarnya. Ada bermacam-macam harapan mereka dan berikut saya coba rangkumkan dan dikaitkan dengan kompetensinya.

(1) Memahami profesinya dengan baik. Ingat, “profesinya”, bukan “pekerjaannya”. Seorang pendidik merupakan sosok yang mulia, berpengetahuan luas dan bisa menjadi teladan, pahlawan tanpa tanda jasa, yang kelak menentukan tegak atau rubuhnya sebuah bangsa, dan masih banyak lagi kalimat yang menunjukkan betapa penting posisi seorang pendidik;

(2) Memiliki jiwa mengabdi. Ruh dari seorang pendidik itu ada pada jiwa mengabdinya. Pengabdian yang tidak kunjung padam hingga akhir hayat. Insting dari seorang pendidik yang selalu hangat, penyayang, peduli, dan sebagainya itu harusnya tetap melekat di manapun dan kapanpun, terutama saat bertemu dengan anak-anak ataupun saat membahas dunia anak (tidak berorientasi pada materi);

(3) Mampu berinteraksi dengan siswanya. Berinteraksi di sini bukan satu arah tapi dua arah. Pendidik mudah melakukan komunikasi namun belum tentu komunikatif. Kecenderungannya guru yang bertanya dan siswa menjawab, itu satu arah. Namun bagaimana siswa berani bertanya, memberikan usul atau pendapat dan bercerita kepada gurunya, merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang pendidik (kerap disebut fasilitator).

(4) Kreatif dan inovatif. Seorang pendidik harus memiliki kemampuan untuk selalu kreatif dan inovatif sehingga tidak membuat bosan siswanya. Terkadang mungkin perlu untuk melucu, bermain game, membuat kuis dengan hadiah, belajar di luar kelas, membuat project, dan sebagainya. Untuk itu pendidik tidak boleh berhenti belajar dan harus selalu mengasah wawasannya. Carilah hal apa saja yang bisa membuat senang anak;

(5) Mampu menggerakkan. Selain berfungsi sebagai fasilitator, seorang pendidik juga harus mampu menjadi motivator siswa. Di kala siswa mengalami sebuah kejadian yang membuatnya drop dan tidak ada orang yang bersedia menolongnya, maka pendidik hadir untuk mensuport, memberi keyakinan diri, mengajak agar siswa mampu mengatasi masalah dan mendampinginya. Motivator juga berarti berkemampuan menggerakkan siswa yang tadinya tidak suka menjadi suka, yang tadinya tidak mau jadi mau;

(6) Menahan diri. Ini tidak mudah, namun memang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Siswa akan senang kepada guru/dosen yang tidak mudah marah ataupun tersinggung, namun bukan berarti tidak tegas. Ketegasan justru sangat dibutuhkan guna melatih kedisiplinan siswa. Jadilah pendidik yang dihormati bukan untuk ditakuti. Menahan diri juga termasuk terhadap godaan untuk melakukan pungli, misalnya, ataupun cobaan menghadapi orangtua siswa yang tidak koperatif;

(7) Menjaga penampilan. Pendidik (entah itu guru ataupun dosen) diharapkan menjadi idola siswanya. Selain perangai dan tingkah laku, maka penampilan diri juga penting. Hal ini untuk mengajarkan dan siapa tahu menjadi kebiasaannya siswa agar selalu bersih dan rapi di setiap berbusana, rambut disisir serta tidak beraroma yang tidak mengenakkan. Ingat, tidak sedikit siswa yang meniru gurunya dalam berperilaku maupun berpenampilan, dan siswa akan senang memiliki guru/dosen seperti itu;

(8) Friendly. Ada kalanya seorang pendidik berubah fungsi sebagai seorang teman bagi siswanya. Posisi seperti ini yang paling disenangi siswa karena seperti tidak ada jarak, dalam arti siswa bisa bercerita atau berkeluh kesah apapun. Walau terkadang di awal agak ragu atau sungkan, namun sesungguhnya siswa sangat mengharapkan agar guru mau menjadi pendengar yang baik di setiap persoalannya (entah persoalan di sekolah ataupun di rumah). Untuk itu, bersikaplah ramah dan berempati.

Inilah kompetensi diri yang mendasar dari seorang pendidik yang sangat disenangi siswanya. Siswa atau mahasiswa tidak membutuhkan pendidik yang cerdas, berprestasi dan memiliki materi berlebih. Mereka hanya ingin agar pendidik mau mengerti terhadap apa yang mereka alami dan rasakan, sedikit empati dan perhatian, maka pendidik tersebut akan menjadi guru/dosen paling favorit di antara pendidik yang lainnya.

Dan, penghargaan terbesar bagi seorang pendidik bukanlah karena bergaji besar, mendapat trophy sebagai juara guru teladan, mendapat piagam untuk segala prestasi. Penghargaan tertinggi itu jika siswa merasa senang karena keberadaannya dan bersikap hormat terhadap dirinya, terlebih jika siswanya dapat berhasil kelak dalam hidup dan kehidupannya. Salam hormat bagi Pendidik Indonesia.

- Advertisement -

Berita Terkini