Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Untuk Kaum Muda

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Lima puluh empat tahun yang lalu, negara yang kita cinta ini pernah mengalami ancaman yang sangat luar biasa. Ancaman itu bukan yang pertama kali, tujuh belas tahun sebelumnya, di saat bangsa kita mempertahankan Indonesia dari Agresi Militer Belanda II, niatan merongrong bangsa dan negara ini datang dari kaum komunis di Indonesia yang bergabung dalam sebuah partai berhaluan ideologi komunis, yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI). September 1948, Muso sebagai Pimpinan PKI memproklamirkan Negara Soviet Madiun berhaluan komunis dan memberontak pada Indonesia, dengan menangkapi serta membunuhi pejuang-pejuang kemerdekaan dan tokoh-tokoh masyarakat waktu saat itu. Alhamdulillah, kejahatan itu gagal total.

Tahun 1965, tepatnya 30 September hingga 1 Oktober pemberontakan itu terjadi lagi. Akan tetapi dengan waktu dan tokoh PKI yang berbeda. Enam Perwira TNI dan seorang Ajudan Jenderal A.H. Nasution diseret paksa oleh utusan PKI kemudian dibunuh dan dimasukkan kedalam sumur, yang kita kenal sekarang dengan sebutan Lubang Buaya. Dalam tragedi ini, setidaknya ada dua tujuan kaum komunis atau PKI pimpinan D.N. Aidit melakukan pembunuhan itu. Pertama, melakukan kudeta atau ingin berkuasa di Republik Indonesia ini dan kedua, ingin menggantikan ideologi atau dasar negara; Pancasila, menjadi ideologi Komunis. Alhadulillah, usaha itu pun gagal total lagi, berkat usaha dan perjuangan kaum Pancasilais saat itu.

Nah, dua kali pemberontakan PKI terhadap Republik Indonesia yang gagal tersebut adalah memiliki motif yang sama, yaitu ingin menghapuskan Pancasila kemudian menggantinya dengan ideologi komunis. Mengapa menggantikan ideologinya, karena jika masih Pancasila maka negara Soviet yang mereka inginkan tidak akan tercapai atau membuat Diktator Proletariat tidak terwujud. Ideologi komunis sangat ingin menghapuskan agama-agama yang telah lama hidup sebelum kedatangannya (komunis) abad 20. Sedangkan, Pancasila menjadi penyokong agama-agama yang ada dan pemersatu rakyat Indonesia yang sangat mejemuk, sehingga pluralisme dalam berbangsa dan bernegara dapat hidup.

Kesaktian Pancasila

Setelah usaha jahat PKI 1965 gagal, dan Pancasila tetap terjaga walau menelan korban sebagaimana yang kita sebutkan di atas, 1 Oktober pun diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila, dan satu hari sebelumnya dikenal dengan peringatan penghianatan PKI dengan sebutan Gerakan 30 September (G30S/PKI).

Perlu di tekankan bahwa, kesaktian Pancasila yang dimaksudkan di sini adalah mampunya tumbuh dan berkembang sesuai kondisi dan keadaan bangsa kita. Pancasila yang disepakati para pendiri negara kita ini, adalah sesuai dengan hati nurani dan hidup mengakar di Republik Indonesia ini sejak dahulu. Kesaktian Pancasila adalah mampu menyatukan perbedaan-perbedaan ras, suku, agama, dan berbagai aspek kemasyarakatan lainnya.

Cak Nur (nama sapaan Nurcholish Madjid) dalam bukunya yang berjudul Islam dan Doktrin Peradaban mengatakan bahwa, Pancasila adalah pendukung titik temu dari agama-agama (kqlimah sawa) yang ada di Indonesia. Ia pun sering menegaskan bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan kepercayaan yang ada di Indonesia, khususnya Islam.

Kesaktian Pancasila itu bagi saya sendiri adalah karena dalam sila-silanya mengandung nilai-nilai universal yang merekatkan perbedaan tanpa harus saling menjatuhkan. Nilai-nilai universal itu adalah seperti; nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawah atau demokrasi, dan nilai keadilan. Nilai-nilai ini jika diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sangat besar manfaatnya di dalam negara kita ini.

Penanaman Nilai-nilai Pancasila Pada Kaum Muda

Kaum muda kita, yang akan menggantikan kaum tua saat ini, dalam berbangsa dan bernegara perlu ditanamkan nilai-nilai Pancasila yang bersamaan penanaman ajaran agama masing-masing. Kaum muda yang saat ini hidup dalam kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi harus dibentengi dengan ideologi yang tepat sesuai dengan keadaan bangsa dan negara kita.

Era modern saat ini, betapa mudahnya ideologi-ideologi menyebar ke mana-mana. Jika penyebaran ideologi itu ideologi yang baik, itu tidak menjadi masalah. Akan tetapi, sebagaimana kita ketahui ideologi-ideologi yang menghancurkan manusia (ideologi sesat) terus ada, bahkan penyebaran ideologi komunis yang bertentangan dengan agama dan Pancasila kita semakin subur penyebarannya.

Penyebaran ideologi itu tidak bisa ditahan seiring meluasnya dan mudahnya kontak sosial, walau tidak secara langsung. Ideologi tidak pernah mati walau sudah dilarang. Ideologi akan tetap hidup selama akal atau pikiran manusia ada dan juga berkembang sesuai perkembangan zaman. Maka, yang harus dilakukan adalah membentengi anak-anak muda dengan ajaran agama dan penanaman Pancasila.

Cara teknisnya dapat dilakukan lewat pendidikan sejak dini hingga dewasa, baik itu pendidikan formal atau nonformal. Selain lewat pendidikan atau lembaga pendidikan maksudnya, ruang-ruang dialog harus terus dibuka walau berbeda latar belakang keluarga, sukus, agama, dan aspek lainnya. Sebagaimana anak muda yang melek internet, kita harus menguatkan filterisasi (penyaringan) informasi atau berbagai bahan bacaan serta Vidio yang dikonsumsi lewat berbagai saluran. Dalam bermedsos (media sosial) online harus digunakan dalam hal-hal kebaikan. Jangan sampai medsos yang “membunuh” kita sehingga kita lalai akan tugas fungsi kita sebagai pemuda Indonesia.

Penanaman nilai-nilai Pancasila itu dapat juga dilakukan dalam lingkungan keluarga. Penanaman bukan hanya sekedar kata-kata ajakan dan peringatan. Akan tetapi, dilakukan dalam tindakan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Misalnya, menanamkan sikap berketuhanan dengan mengajak beribadah, dan cara lainnya yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Sebagai penutup, manusia akan terus bergantian dan jaman akan terus berubah sampai hari yang telah ditentukan. Di mana hari itu tidak ada lagi penghitungan sejarah, yaitu hari Yaumil akhir. Sebagai kaum muda yang akan membawa perubahan baik di dunia ini, mari selalu memahami ajaran agama kita masing-masing dan nilai-nilai Pancasila dan serta tidak lupa mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari dalam berbangsa dan bernegara. Mudah-mudahan!

Oleh: Brimob Ritonga

Penulis adalah Instruktur HMI, Pemerhati Kaum Muda dan Penggiat Literasi di Kota Medan.

- Advertisement -

Berita Terkini