Mengapa Aku Bangga Dengan Sumatera Utara?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Sumatera Utara – Membicarakan tentang Sumatera Utara, apalagi menuliskannya tidak akan pernah habis. Ribuan kata dalam cerita atau tulisanpun tidak akan dapat menjelaskan secara keseluruhan provinsi yang ber-ibukota Medan ini, atau yang akrab disebut dengan Sumut.

Dari Pesisir Timur, Pengunungan Bukit Barisan, Kepulauan Nias hingga Pesisir Barat menjadi wilayah Sumut yang banyak menarik perhatian mata dunia. Gunung-gunung dan bukit-bukit menjulang tinggi menjadi patok pengokoh tanah Sumut. Lembah-lembah, sungai-sungai hingga pantai-pantai menjadi ukiran penguat patok pengokoh tanah Sumut. Ribuan tempat wisata yang memanjakan mata, hati dan pikiran, dari pedesaan hingga perkotaan melengkapi keindahannya.

Siapa yang tidak kenal dengan keindahan Danau Toba. Keindahannya tidak hanya menyihir mata masyarakat lokal, tapi dari sudut penjuru dunia telah mengenal Danau Toba. Siapa yang yang tidak kenal dengan Istana Maimun. Istana maimun salah satu diwajadikan wajah Sumut yang setiap hari tidak pernah sepi dari kunjungan berbagai kalangan. Dan masih banyak tempat wisata lainnya yang menjadi wajah Sumatera Utara yang menjadi perhatian dari berbagai penjuru dunia.

Sumut terdiri dari tiga puluh tiga Kabupaten/Kota (25 Kabupaten dan 8 Kota) dan dihuni 14 juta jiwa lebih ummat manusia. Beragam suku, agama, adat istiadat, ras, serta antar golongan lainnya dapat hidup damai dan rukun. Jarang sekali kita mendengar isu-isu rasialisme di Sumut. Tidak berlebihan jika kita katakan inilah bukti bahwa Sumut aman dan bermartabat.

Masyarakatnya yang ramah tamah, membuktikan bahwa mitos yang mengatakan bahwa, “Orang Sumut itu keras dan kasar”, sepenuhnya tidak benar. Walau kita dengar ada yang bersuara keras, tapi ketahuilah bahwa hatinya lembut. Seperti sebuah kata bijak mengatakan; “Wajah preman, berhati dangdut.” Di Sumut akulturasi budaya membuat warganya menjadi heterogen dan saling hormat-menghormati.

Adat dan istiadat masih dijaga awet walau perkembangan arus tekhnologi infomasi dan komunikasi semakin deras. Kultur dan kebudayaan di setiap daerah menjadi ciri khas masyarakat Sumut di berbagai daerah. Heterogenitas tidak pernah menjadi penghalang dalam beraktivitas sehari-hari. Yang bersuku Batak dapat berteman dengan yang bersuku Melayu, Jawa, Minang, Banjar dan dengan suku-suku lainnya yang ada di Sumut. Bahkan tidak menjadi penghambat dalam menjalin kekeluargaan selama memiliki kepercayaan akidah yang sama.

Dari pedesaan hingga perkotaan di Sumut menjadi sumber kekayaan Sumut baik secara Sumber Daya Manusia (SDM) maupun Sumber Daya Alamnya yang kaya. Konon katanya pulau ini adalah pulau emas mengingat hasil alamnya yang kaya raya, baik di darat maupun di laut. Masyarakatnya Sumut masih terus menjaga nilai-nilai agama sesuai dengan kepercayaan dan keyakinannya dalam kehidupannya sehari-hari.

Perlu kita ketahui bahwa berdasarkan survei Indeks Persepsi Maladministrasi (Inperma) yang dilakukan oleh Ombudsman Republik Indonesia, Provinsi Sumut mendapat peringkat keempat dari 10 pemerintah provinsi (Sumut, Kepri, Jambi, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, NTT, Kaltim, Sulsel dan Sultra) yang telah mendapat predikat zona hijau tentang pelayanan, baik dalam survei kepatuhan terhadap Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

Berbagai macam bahasa yang ada di Sumut, tapi dapat dipersatukan dalam bahasa yang satu, yaitu bahasa Indonesia. Ini adalah bukti bahwa warga Sumut menjunjung tinggi kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di Sumut Pancasila benar-benar terbukti dapat diaplikasikan. Warga Sumut rukun sebagai warga negara, dan ini patut kita jaga setiap hari.

“Tekun Berkarya, Hidup Sejahtera, dan Mulia Berbudaya.” adalah semboyan Sumut yang bukan sembarang semboyan. Semboyan ini mengandung makna filosofis yang sangat dalam dan sangat bermanfaat dalam kehidupan warga Sumut sehari-hari. Semboyan itu pun bukan hanya dalam kata ucapan, tapi menjadi salah satu landasan bergeraknya pembangunan di Sumut.

“Tekun Berkarya”, telah dibuktikan lewat kreativitas anak-anak Sumut. Baik yang ada di Sumut maupun di daerah lainnya. Tak terhitung karya anak-anak Sumut yang menyumbangkan karyanya untuk bangsa dan negara dalam berbagai aspek, baik yang berkarya semasa hiduonya maupun yang ada hingga saat ini.

“Hidup Sejahtera”, menjadi semboyan kepedulian Pemerintah Sumut yang datang dari dalam diri untuk mensejahterakan masyarakat Sumut. Kita akui memang bahwa tidak semuanya sejahtera, akan tetapi garis kemiskinan dan susahnya mencari pekerjaan di Sumut dapat dituntaskan Pemerintah Sumut yang tidak melupakan kerja sama dengan masyarakat itu sendiri. Hal ini bisa dibuktikan dengan memperhatikan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumut dalam Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi  Sumut tahun 2018.

Selanjutnya, “Mulia Berbudaya”, terbukti dengan menjunjung tinggi budaya-budaya yang ada, maka membuat warga Sumut tetap harmonis. Perbedaan marga, suku, dan agama tidak dijadikan penghalang dalam persaudaraan demi membangun Sumut. Hal ini karena adanya sifat kemuliaan pada warga Sumut yang tertanam sejak dulu.

Apakah ini dituliskan sebagai bentuk kebanggaan karena aku lahir di Sumut? Bukan, bukan karena Sumut menjadi tempat kelahiranku. Sumut bagiku bukan sekedar letak geografis kelahiran, tapi ia mengajarkan arti sebuah kecintaan pada negara dan manusia.

Nah, lantas apa yang membuat aku, engkau dan kita semua bangga dengan Sumatera Utara? Jawabnya adalah apa yang telah dituliskan di atas tadi. Hal itu baru sedikit saja, tidak dapat kutuliskan panjang lebar mengingat tulisan ini harus ada batasannya. Alangkah lebih baiknya dibuktikan dengan penglihatan dan pengalaman secara langsung. Dan tulisan ini pun tidak lebih indah dibandingkan Sumut secara realitanya.

Penulis: Brimob Ritonga (Penggiat Literasi di Sumut)

- Advertisement -

Berita Terkini