Perkembangan Dunia Islam Berada di Tangan Ummat Muslim Sendiri

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Agung Wibawanto

Era peradaban dalam Islam terbagi dalam tiga fase besar, yakni: Era Klasik (650 M – 1250 M); Era Pertengahan (1250 M – 1700 M), dan; Era Modern (1800 M – sekarang).

Periodisasi sejarah peradaban Islam dimulai dari Periode Klasik. Periode ini merupakan masa kemajuan, keemasan, dan kejayaan Islam. Periode Klasik dibagi ke dalam dua fase yakni fase ekspansi, integrasi, dan kemajuan (650-1000 M) dan fase disintegrasi (1000-1250 M).

Pada masa kemajuan, Islam mengalami internasionalisasi. Islam mulai masuk ke Eropa melalui Spanyol di masa Bani Umayyah. Pengaruh Islam meluas dari Afrika Utara sampai Spanyol di belahan Barat, bahkan hingga menyentuh Persia dan India di belahan Timur.

Pada masa ini, ilmu pengetahuan dan arsitektur berkembang di kota-kota Spanyol seperti Cordoba dan Granada. Beberapa bangunan dengan arsitektur megah juga dibangun pada masa itu, seperti istana Az Zahra Cordoba dan istana Alhambra Granada.

Sejumlah ulama besar bermunculan di fase ini, antara lain Imam Malik, Imam Abu Anifah, Imam Syafi’i dan Imam Ibn Hambal dalam bidang Fiqh. Ada juga Imam al-Asya’ri, Imam al-Maturidi, Wasil ibn ‘Ata’, Abu Huzail, Al-Nazzam dan Al-Jubba’i dalam bidang Teologi.

Memasuki fase disintegrasi yang berlangsung antara 1000-1250 M, kejayaan Islam mulai surut. Hal ini disebabkan hancurnya Kota Baghdad, yang menjadi salah satu kota dengan ilmu pengetahuan paling maju, karena serangan Hulagu Khan.

Memasuki Era Pertengahan, peradaban Islam mengalami penurunan, kemunduran, bahkan sebagian mengistilahkannya dengan kehancuran Islam. Terutama hancurnya tiga kerjaan Islam terbesar saat itu akibat kalah perang dengan Eropa. Lambat laun bangsa Arab dan dunia Islam dikuasai Eropa (Barat).

Barulah di Era Modern sekitar tahun 1800-an dunia Islam mulai bangkit kembali hingga sekarang. Kesadaran untuk mengembangkan dunia Islam di era modern terutama juga karena kekalahan Arab terhadap Israel tahun 1960-an. Pertanyaan besar bagi kita kaum muslim, mengapa Islam yang dulu digdaya bisa mengalami kemunduran dan kalah dari dunia Barat?

Pertanyaan ini akan menjadi introspeksi diri bagi kita semua kaum muslim. Apakah benar karena Barat itu sungguh kuat dan hebat? Apakah benar karena Barat punya tujuan menghancurkan Islam? Atau karena kaum muslim sendiri yang lemah karena terpecah? Perpecahan terbesar kaum muslim sudah terjadi di masa paska wafatnya nabi Muhammad SAW.

Persoalannya pun sederhana, siapa yang berhak meneruskan Muhammad SAW sebagai Khalifah? Dari situ mulai muncul bibit perpecahan dan terbentuk lah Sunni dan Syiah. Padahal sesama Islam, ajaran dan kitab nya pun sama Al Qur’an dan Sunnah Nabi (Al hadist). Di dalam banyak kesempatan setelah wafatnya Nabi SAW, di antara mereka justru berperang.

Kisah kematian Syaiddina Ali bin Abi Thalib yang tragis merupakan salah satu bentuk perpecahan di kalangan muslim sendiri. Jauh sebelum itu, ada pihak yang menghendaki keturunan atau keluarga Nabi Muhammad SAW lah yang pantas untuk meneruskan menjadi Khalifah. Sementara pihak lain hanya mengakui cukup sampai Muhammad SAW yang dianggap sebagai pemimpin karena kenabiannya.

Pertentangan dan perdebatan ini kemudian menjadi sebuah mazhab yang diyakini kebenarannya bagi masing-masing pengikut. Kelompok Sunni pro dianggap pro kepada Umar bin Khatab, sementara kelompok Syiah pro kepada Ali dan keluarga Nabi SAW. Berkembang pula tradisi dan kebiasaan yang dibudayakan di masing-masing kelompok membuat polarisasi antar sesama muslim terlihat semakin lebar.

Ada tradisi atau kebiasaan yang dilakukan Syiah dan tidak diakui kelompok Sunni bahkan dianggap bidah hingga disesatkan. Sedangkan kebiasaan kelompok Sunni tidak diakui/diikuti Syiah. Lebih tragis lagi tiap kelompok saling menjatuhkan. Ini bukan mau melihat siapa yang benar dan siapa yang salah. Hanya sekadar menyampaikan bagaimana kondisi atau wajah ummat Islam saat ini.

Perkembangan zaman adalah keniscayaan. Termasuk perkembangan dunia Islam. Nabi SAW sendiri dalam sebuah hadist pernah mengingatkan akan terpecahnya Islam menjadi 73 golongan. Nasehat penting yang bisa ditarik agar segala perbedaan tidak kemudian menjadi pertengkaran di tengah ummat muslim sendiri.

Terpecahnya umat Islam ke dalam 73 golongan ini disebutkan dalam hadits yang salah satunya dikeluarkan oleh Imam At-Tirmidzi. Diriwayatkan,

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِفْتَرَقَ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً.

Artinya: “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan.” (HR At-Tirmidzi).

Tidak sedikit yang berpendapat riwayat dalam hadits tersebut lemah. Namun, Imam Tirmidzi menyatakan hadits tersebut sahih. Pecahnya muslim dalam Islam juga disebutkan dalam QS Al-An’am ayat 159,

إِنَّ ٱلَّذِينَ فَرَّقُوا۟ دِينَهُمْ وَكَانُوا۟ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِى شَىْءٍ ۚ إِنَّمَآ أَمْرُهُمْ إِلَى ٱللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.”

Abdul Razzaq Al-Kailani dalam bukunya Syaikh Abdul Qadir Jailani: Guru Para Pencari Tuhan menjelaskan, sebanyak 73 golongan dalam Islam tersebut berasal dari 10 kelompok. Nama kelompok tersebut adalah Ahlu Sunnah, Khawarij, Syi’ah, Murjia’ah, Mu’tazilah, Musyabbihah, Jahamiyyah, Dhirariyyah, Najjariyyah, dan Kilabiyyah.

Ahlu Sunnah hanya terdiri dari satu golongan. Sedangkan, Khawarij ada 10 golongan, Mu’tazilah 6 golongan, Murji’ah 12 golongan, dan Syi’ah 32 golongan. Sementara itu, Jahamiyyah, Najjariyyah, Dhirariyyah, dan Kilabiyyah memiliki satu kelompok saja. Sedangkan, Musyabbihah memiliki tiga golongan.

Kesimpulan yang bisa ditarik, kita yakini saja mana yang baik dan benar menurut kita tanpa menghakimi yang lain sepanjang bentuknya bukan syirik dan musyrik. Kewajiban sesama muslim sebatas saling mengingatkan dalam kerangka amar maruf nahi mungkar. Soal hidayah itu merupakan urusannya Allah SWT. Bahkan nabi Muhammad SAW tidak kuasa mencabut ataupun memberi hidayah.

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al Baqarah/ 2:272)

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al Qashash/ 28:56).

- Advertisement -

Berita Terkini