Memilih atau Apatis? Pemilu 2024 Sebagai Jalan Pemuda Menentukan Pemimpin Menuju Indonesia Lebih Baik

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Oleh: Hanafi (Pemuda Sumenep, Alumni IAIN Madura)

Peran pemuda dalam menentukan arah masa depan bangsa ini sangat krusial.

Presiden Soekarno dalam pidatonya mengatakan, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.

Itu artinya, peran pemuda tidak bisa dipandang sebelah mata, sebab kontribusi mereka sangat nyata dan penting bagi bangsa Indonesia.

Namun yang menjadi pertanyaan pemuda seperti apa yang diharapkan oleh bangsa Indonesia ini?

Apakah pemuda yang instan tanpa melewati dinamika yang penuh heroik dan tantangan dari bawah.

Dalam persepektif penulis, sejak meletusnya aksi mahasiswa pada tahun 1998 dipandang sebagai protes terbesar di masa orde baru.

Mahasiswa menuntut kebijakan yang otoriter harus dihentikan oleh penguasa.

Ada pula terbaru di abad saat ini,  mahasiswa menolak tiga periode kepemimpinan Presiden Jokowi sebagai isu yang dianggap liar sangat meresahkan.

Mahasiswa juga menolak menolak UU Cipta Kerja yang dinilai tidak pro terhadap rakyat.

Terbaru beberapa elemen mahasiswa juga melakukan aksi soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang dianggap memuluskan Gibran Rakabuming Raka menjadi Cawapres dari Prabowo Subianto.

Beberapa aksi tersebut adalah bukti nyata bahwa pemuda masih memiliki pandangan politik kritis menjadi bagian pengontrol terhadap penguasa bukan sekedar sebagai objek.

Memilih pemimpin dengan bijak dalam kontestasi pemilu 2024 akan menentukan arah bangsa ke depan.

Dalam negeri demokrasi saat ini yang telah melewati fase era orde baru, menyuarakan pendapat atau opini ke publik disahkan.

Berbeda dengan saat orde baru, pendapat atau opini masyarakat dibungkam oleh pemerintah yang otoriter.

Pada kontestasi Pilpres 2024 tahun ini akan menghadirkan 3 calon pasangan pemimpin masa depan.

Tiga calon itu di antaranya Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (01), Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka (02), dan Ganjar Pranowo – Mahfud MD (03).

Menurut pendapat penulis, tiga calon pasangan pemimpin semuanya adalah baik.

Kendati demikian, setiap calon pemimpin memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing.

Paling penting adalah untuk memilih memperhatikan jejak rekam dari setiap calon dan melihat visi – misi yang termaktub,  mana paling rasional, objektif dan pro terhadap masyarakat.

Sebagai pemuda harus kritis, perlu kehati-hatian dan melakukan kajian-kajian kepemimpinan sehingga terhindar dari praktik money politcs yang mudah digiring oleh kelompok atau pihak lain demi mengkapitalkan suara calon yang akan bertarung.

Pemuda tidak boleh digiring oleh perilaku para pejabat, apalagi mereka yang hanya bermain gimmick tanpa ide dan substansi gagasan.

Apatis atau golput pada Pemilu 2024 bukanlah sebuah solusi terhadap bangsa yang sangat besar ini.

Apalagi kegiatan Pemilu 2024 terlaksana karena menggunakan uang rakyat yang diambil dari APBD/APBN seperti  pengadaan kotak suara, kartu pemilih, bayar petugas KPPS, Banwaslu dan lain sebagainya.

Sehingga dari itulah, memanfaatkan kesempatan emas ini untuk memilih pemimpin yang paling sedikit kekurangannya adalah konsekuensi logis menentukan nasib arah bangsa ke depan.

Tidak ada pemimpin yang sempurna. Semua adalah manusia biasa yang sangat berpotensi berbuat menabrak nilai-nilai kemanusiaan dan agama.

Siapapun yang terpilih pada Pemilu 2024, pemuda dalam menyampaikan pendapat atau kritik yang membangun harus disampaikan terhadap penguasa.

Menjadi oposisi yang rasional, lugas dan objektif adalah keharusan yang perlu diperjuangkan.

Masyarakat sebagai kontrol terhadap penguasa agar program yang telah dicanangkan dalam visi dan misinya pemimpin berjalan dengan lancar serta menyentuh terhadap rakyat kecil guna memastikan menuju pemimpin lebih baik.

Untuk itu, penulis mengajak terhadap para pemuda baik gen Z dan generasi milineal untuk mensukseskan Pemilu 2024.

Awali dengan menyebut nama Tuhanmu ketika memilih pemimpin sehingga saat mencoblos di TPS masing masing nanti sesuai dengan akal, hati nurani dan perilaku yang sejalan di lapangan.

- Advertisement -

Berita Terkini