Adu Kuat Strategi Perang Jokowi vs Banteng Merah, Partainya Sendiri

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Oleh: Agung Wibawanto

Strategi pemenangan Prabowo-Gibran: Lakukan yang dilarang. Klo melanggar aturan? Bikin drama, rekayasa. Politik itu persepsi. Rakyat sajikan saja drama Korea.

Drama dibikin jika sudah sangat kepepet alias terpaksa. Kalau tekanannya biasa saja sih bisa ditutup dengan joget Gemoy. Sudah jarang terlihat mereka joget-joget.

Drama terakhir yakni drama meja makan. Butuh pengakuan bahwa Jokowi dukung Prabowo. Tapi kan presiden harus netral? Diatur, jadilah drama pura-pura makbar.

Harus dipublish? Jelas dong, kan biar jelas yang sudah jelas? Jumat ketemu Prabowo, Sabtu ketemu Airlangga Hartarto, dan Minggu ketemu Zulhas. Bahas harga cabe dan telor yang meroket?

Tentu bukan. Kalau tidak panik begini pasti cukup jogetin aja, tapi ini super duper emergency kwadrat. Bagaimana empat lelaki penguasa berencana mengalahkan seorang perempuan Megawati?

Megawati dengan para kader dan rakyat relawannya ditengarai masih sangat kuat. Buktinya, elektabilitas Prabowo tidak nambah-nambah gimana mau satu putaran? Sementara Ganjar terus menempel.

Tidak ada skenario dua putaran dalam pikiran Jokowi. Itu petaka. Terlebih adanya rumor Nasdem (AMIN) akan merapat ke GAMA di putaran kedua. Ini petaka. Jokowi akan malu.

Apalagi pamor Jokowi belakangan makin menurun. Terakhir, Jokowi dicemooh “Wuuuuu…” oleh perangkat desa dan rakyat petani. Rakyat peserta pertemuan bahkan memaksa keluar GOR sebelum acara usai.

Ini tidak main-main. Ibarat seorang dirigen, Jokowi mulai oleng mempertahankan alunan simponi dari orchesra yang dipimpinnya. Penonton mulai gelisah dan gemuruh merasa tidak nyaman dan tidak percaya lagi.

Bagaimana ini? Padahal semua cara sudah dilakukan termasuk yang dilarang KPU dan UU Pemilu. Lalu, mungkin saja ada instruksi ke Prabowo untuk memberi Babinsa se Jateng sejuta/orang.

Jateng adalah kunci suara, terutama bagi GAMA yang kerap disebut kandang banteng. Kalau wilayah itu bisa direbut Gibran, maka selesai masalah, bisa satu putaran.

Kemungkinan yang sangat mungkin juga adanya pengarahan kepada Airlangga maupun Zulhas. Kan tidak ada makan gratis bagi Jokowi? “Elu gue traktir makan tapi nurut ya.” Dah jamak lah.

Persiapan debat malam ini juga dianggap penting, terutama bagaimana bisa menjatuhkan lawan, dan publik pun menganggap Wowo hebat. Bisa lewat trap question atau yang lainnya.

Wowo dianggap menguasai materi debat kali ini karena dia seorang Menhan. Tapi orang lupa bahwa Menhan itu anak buahnya Menkopolhukam. Jadi, ilmunya Wowo lebih sempit timbang MMD.

Selanjutnya, Jokowi berencana ke LN (tergantung kondisi/update) di saat PDIP ultah. PDIP sih tanpa beban, sebaliknya Jokowi menjadi serba salah. Ingin menolak tapi dia belum mengembalikan KTA partai.

Mau datang ke acara itu, sudah pasti koor sorak sorai akan menunggu untuknya. Jokowi tidak pernah menyangka menjadi begini rumitnya permainan caturnya sendiri. Awas, skak mat oleh kudanya sendiri.

- Advertisement -

Berita Terkini