Selain Capres, Apakah Pemilih Sudah Mengenal Calon Ibu Negara? Siapa Paling Menarik?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Oleh: Agung Wibawanto

Gimana jadinya jika calon ibu negara juga diberi panggung debat? Setidaknya diberi penilaian untuk dilihat tingkat elektabilitasnya. Seorang ibu negara tidak sekadar pendamping dan pelengkap seorang kepala negara. Tapi juga punya peran penting baik dalam konteks politik maupun yang lainnya.

Masih ingat dengan diplomasi kebaya dan batik, atau diplomasi kasih ibu kepada pengungsi korban perang? Atau bahkan menjadi komando bagi pemberdayaan perempuan dan anak. Karena ada sisi lain dari seorang perempuan yang sudah menjadi ibu yang berbeda dengan laki-laki (presiden).

Bukan berarti ibu negara lebih dominan dari presiden, tapi bisa berperan aktif, tentu dalam konotasi positif. Daripada bilang tidak nyampuri urusan politik suami, tapi diam-diam punya hasrat kuasa yang melebihi suaminya. Atau bahkan bisa mengatur-atur suaminya dalam rumah tangganya.

Meski itu pun pilihan dari pembawaan diri ibu negara, namun biarkan masyarakat menilai. Masyarakat menghendaki seorang ibu negara yang seperti apa untuk mendampingi presiden? Uji publik menjadi kesempatan publik mengenal lebih dekat dan sekaligus menilai karakter calon ibu negara.

Rakyat tidak ingin lagi presiden yang mengaku patuh pada konstitusi tapi takluk dari kuasa ibu negara. Rakyat ingin mendapatkan dan melihat pasangan yang serasi, harmonis dan sama-sama aktif terutama berinteraksi kepada publik. Kondisi pilpres saat ini memang sedikit berbeda.

Sebelum-sebelumnya, para istri kandidat hanya ikut mendampingi suami saat kampanye dan itupun kebanyakan hanya di panggung kampanye terbuka. Calon ibu negara tidak pernah tampil sendiri di depan publik untuk bisa membantu merebut hati dan pikiran rakyat pemilih.

Kini, Siti Atikoh, istri Ganjar Pranowo, berani tampil sendiri, bahkan terlihat aktif mengikuti beberapa acara yang tidak hanya terkait pencapresan. Publik pun bisa menilai bagaimana karakter Siti Atikoh calon ibu negara ini? Karena bisa saja publik melihat, capresnya baik dan bagus tapi tidak dengan istrinya.

Idealnya, suami istri, atau capres dan calon ibu negara itu memiliki kesetaraan dan saling suport. Sejak Atikoh muncul dan kini menjadi sorotan publik secara positif, muncul pula Selvi Ananda, istri Gibran, meski bukan calon ibu negara. Karena calon ibu negara kubu no. 2 tidak ada, aliasnya capresnya jomblo.

Namun Selvi belum berani untuk tampil sendiri blusukan seperti yang dilakukan Atikoh. Selvi selalu didampingi Gibran, atau bisa sebaliknya, Gibran selalu didampingi Selvi. Karena kurang percaya diri maka harus didampingi? Biar rakyat yang menilai, begitu kata Gibran. Rakyat menilai begitu.

Lain lagi dengan Fery Farhati Ganis, ia muncul lebih belakangan hanya di atas panggung (ikut senam) dan didampingi putrinya. Ya, memang tidak apa-apa jika yang mampu ditampilkannya seperti itu. Pada akhirnya biarkan rakyat menilai dan bisa melihat seberapa kapasitas pribadi mereka. Karena selera konsumen juga tidak sama.

Ada yang suka Selvi dianggap setia mendampingi suami, atau Fery yang gak neko-neko (banyak pasifnya), atau Atikoh yang memang aktif dan mandiri tidak didampingi suami ataupun puteranya. Pilpres memang memilih capres dan cawapres, tapi jangan lupa, capres yang sukses ada seorang perempuan di belakangnya.

Jangan sampai terulang ibu negara yang justru lebih berkuasa bisa mengatur-atur presidennya. Lantas bagaimana capres yang tidak punya calon ibu negara? Ya itu sudah menjadi garis tangannya. Meski rakyat (mungkin) merasa kasihan tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Kasihan tidak ada yang nemani di kala sendiri.

Atau, perlukah nama Titiek Soeharto dimasukkan sebagai kandidat calon ibu negara? Karena ada selentingan, Titiek mau rujuk jika Prabowo menjadi Presiden. Anggap saja benar, maka silahkan rakyat menilai bagaimana sosok dan pribadi Titiek untuk kemungkinan menjadi ibu negara? Akan kembali ke orba, pastinya.

- Advertisement -

Berita Terkini